Rossi Tak Ikut Dalam Keputusan, Masa Depan Yamaha Harus Terjaga

Minggu, 15 Januari 2017 - 18:02 WIB
Rossi Tak Ikut Dalam Keputusan, Masa Depan Yamaha Harus Terjaga
Rossi Tak Ikut Dalam Keputusan, Masa Depan Yamaha Harus Terjaga
A A A
MADRID - Hanya beberapa hari lagi jelang peluncuran motor baru YZR-M1 di markas Telefonica Movistar, di Madrid, 19 Januari 2017. Media massa dunia terus menspekulasikan seberapa jauh, hubungan baik antara duet pembalap tim Yamaha Factory Racing, yaitu Valentino Rossi-Maverick Vinales, bakal bertahan?

Ya, jelang tes pramusim MotoGP 2017 di Sirkuit Sepang, Malaysia, akhir Januari nanti. Setidaknya ada dua pertanyaan yang masih membutuhkan jawaban. Pertama, tentu saja seberapa kuat daya saing pasangan Jorge Lorenzo-Ducati. Lalu yang kedua, terkait jalinan kerjasama Rossi-Vinales di Yamaha.

Seperti diketahui, selama 20 tahun kariernya di Kejuaraan Dunia GP Motor, Rossi selalu berusaha mencoba untuk menghayati perannya sebagai pembalap utama timnya. Lupakan dulu persaingannya dengan Tetsuya Harada serta Loris Capirossi di tim Aprilia pada kelas 250cc. Tapi ketika di kelas bergengsi, dia jauh lebih beruntung mendapat rekan setim.

Namun tahukah Anda, kalau Rossi baru tiga kali kalah bersaing dengan rekan setimnya di kelas bergengsi? Siapa sajakah yang bisa mengalahkan The Doctor?

Mari kita mulai pada tahun 2000, musim debutnya di kelas 500cc dengan motor tim satelit Honda Nastro Azzurro. Tapi di sana dia hanya sebagai pembalap ‘solo’ hingga jadi juara dunia 2001 dengan generasi terakhir NSR.

Naik ke tim pabrikan Honda Repsol, Rossi unggul dari Tohru Ukawa dan Nicky Hayden, hingga jadi juara dunia 2002-2003. Lantas musim-musim terbaiknya berlangsung bersama tim Yamaha. Pada tahun pertamanya mengalahkan Carlos Checa, hingga tiga musim berikutnya mengungguli Colin Edwards.

Banyak yang bilang, kalau baik Checa dan The Texas Tornado (julukan Edwards), paham betul kalau mereka berada di samping seorang Valentino muda yang haus gelar. Hubungan baik The Doctor dengan dua pembalap yang pernah jadi juara dunia Superbike itu, sejak satu tim hingga saat ini masih berhubungan baik.

Pun dengan Tohru Ukawa dan Nicky Hayden yang sempat mengalahkan Rossi di perebutan MotoGP 2006. Hanya saja, seorang rekan setim yang rumit datang pada 2008. Dialah Jorge Lorenzo. Pada dua musim awal, The Doctor unggul. Namun kemenangan porfuera pada 2010, memaksa Rossi hijrah ke Ducati.
Statistik hasil klasemen akhir musim Valentino Rossi vs rekan setimnya di MotoGP. (Foto-GPOne)
Kembali pada 2013 usai dua musim mengecewakan bersama Ducati, Rossi dan Lorenzo sama-sama mencetak 2 kali unggul dan 2 kali kalah pada empat musim di era kedua persaingan mereka di Yamaha. Usai perang sipil di 2015-16, kali ini giliran Lorenzo yang pindah ke Ducati. Mulai 2017, posisi Lorenzo digantikan Maverick Vinales.

“Saya benar-benar senang dengan pilihan yang kami buat,” kata bos tim Yamaha Factory Racing, Lin Jarvis, pada hari penandatanganan kontrak mereka dengan Vinales. “Tentu saja, ketika Anda kehilangan juara dunia seperti Jorge Lorenzo, sulit untuk mencari penggantinya. Kami memiliki dua pilihan, pembalap berpengalaman atau yang muda. Tentu saja yang berpengalaman itu adalah Pedrosa, sedang yang muda Vinales, yang sebenarnya selalu jadi pilihan pertama kami,” imbuhnya.

Pilihan Yamaha tidak salah. Di pertengahan 2016, dia mempersembahkan satu kemenangan seri di Inggris buat Suzuki, tim yang sudah dua musim dibelanya di kelas bergensi sejak naik kelas langsung dari Moto3. Bagaimana dengan Rossi yang akan bersaing dengan pembalap berusia 21 tahun (Vinales)?

“Vale telah menghormati keputusan kami, tapi dia tidak memainkan peran dalam keputusan kami. Tentu saja, kami harus tetap menjaga masa depan Yamaha,” beber Jarvis.

Apa kata Rossi? “Maverick seorang pembalap yang tangguh yang akan sulit dihadapi. Dia masih bisa meningkatkan kemampuannya lebih banyak lagi, sedang saya hanya sedikit. Dia rekan setim yang kuat, masih 21 tahun. Saya senang kami akan memiliki tim yang kuat, dengan saya memiliki pengalaman, dia masih muda. Langkah ini telah terbuktif negatif buat Suzuki, tapi sangat positif untuk Yamaha.”

Banyak pengamat MotoGP bilang, sifat dan karakteristik seorang Vinales bukan seorang ekstrovert seperti Marc Marquez. Dia lebih mirip, tapi tidak menutup diri seperti Lorenzo. Ini bisa menjadi kombinasi karakter yang bagus untuk jadi rekan setim Rossi.

Tapi mungkin, satu-satunya hal yang mengkhawatirkan bagi pecinta Rossi adalah pengakuan Lin Jarvis tentang alasan kepindahan Vinales ke Yamaha. “Dia tidak di sini untuk menjadi bintang atau demi uang, dia hanya ingin menjadi juara dunia, untuk menjadi yang terbaik. Dan itulah yang meyakinkan kami,” tutur Jarvis.

Vinales kemudian menambahkan: “Saya memilih Yamaha, karena menjadi rekan setim Valentino adalah kesempatan yang unik bagi seorang pembalap muda untuk belajar dari yang terbaik.”
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 2.0672 seconds (0.1#10.140)