Tidak Gampang Pertahankan Eksistensi Sasana Tinju
A
A
A
JAKARTA - Membangun dan mengembangkan sebuah sasana tinju, serta membina petinju profesional di tanah air ternyata bukanlah perkara yang mudah. Demikian sedikit gambaran yang didapat ketika Sindonews bertemu dengan pemilik Hartono Tanuwidjaja Boxing Camp, Hartono Tanuwidjaja, di Jakarta, baru- baru ini.
Menurut Hartono, mendirikan sebuah sasana tinju mungkin sedikit lebih mudah dibanding menjaga eksistensinya, termasuk juga mencetak juara. Pasalnya, tidak sedikit kebutuhan yang harus dipenuhi agar sasana tinju tetap eksis dan bisa terus membina petinju-petinju profesional dalam negeri. Sejauh ini, sudah cukup banyak sasana tinju dalam negeri yang terpaksa gulung tikar karena adanya keterbatasan.
"Kita harus menjaga makanan (nutrisi) dan gizi atlet tinju, serta pemenuhan vitamin mereka. Belum lagi kebutuhan lainnya, seperti hand wrap, celana, serta kebutuhan lainnya," ungkap Hartono, yang juga mengaku tidak sengaja mendirikan sasana tinju.
Sasana tinju yang dikelola Hartono sendiri sudah membina beberapa petinju yang pernah mencicipi gelar juara nasional, seperti Irfan Ega dari Jember (juara kelas welter junior), dan Carlos Lopez (kelas bulu junior).
Hartono, yang memiliki profesi utama sebagai pengacara, berkisah bahwa dirinya penuh perjuangan saat kali pertama membangun Hartono Tanuwidjaja Boxing Camp di daerah Cengkareng, Jakarta Barat pada pertengahan 2011. "Awalnya sangat sederhana, pagar sasana kita dari kayu, lalu tali ringnya bekas tali kapal. Kita juga urus ijin ke KTI, ATI, hingga KTPI," terang pria kelahiran 9 Juni 1965.
Setelah membangun sebuah sasana tinju, Hartono pun memberanikan diri untuk menjadi promotor tinju dengan bendera Hartono Tanuwidjaja Promotion-Boxing Promoter. Hal ini dilakukannya, salah satunya adalah untuk memberikan para petinju kesempatan bertanding di dalam ring. Ini bukan hanya petinju dari sasananya saja, namun juga petinju dari sasana lain.
"Saat menjadi promotor saya melakukan terobosan, yakni menggelar tinju di siang hari. Sebelumnya, pertandingan tinju banyak dilakukan pada malam hari. Saat itu, saya menggelar lima kejuaraan nasional di GOR Sunter, Jakarta Utara," papar Hartono.
Setelah itu, Hartono pun mengadakan kontes pertarungan tinju di Karangasem, Bali pada akhir 2012. Kali ini, kontes tinju tersebut mendapat dukungan penuh dari bupati dan Pangdam. Bekerjasama dengan Nicolas Johan Kilikily dari Maluku Barat Daya (MBD) Promotion, Hartono juga pernah menyelenggarakan duel internasional memperebutkan sabuk kelas bulu WBO Asia Pacific antara Carlos Lopez versus petinju Filipina, Cirilo Espino pada 3 Juni 2012.
"Dalam waktu dekat, kalau tidak akhir tahun ini mungkin awal tahun depan, saya ingin membikin acara tinju di Lapangan Renon, Bali. Acara bakal dikemas dengan menarik. Karena bekerjasama dengan HOG Harley Davidson, pertarungan nanti akan memperebutkan HOG Cup," jelas promotor yang juga pernah menggagas event langka Ring Tinju Advokat.
Menurut Hartono, mendirikan sebuah sasana tinju mungkin sedikit lebih mudah dibanding menjaga eksistensinya, termasuk juga mencetak juara. Pasalnya, tidak sedikit kebutuhan yang harus dipenuhi agar sasana tinju tetap eksis dan bisa terus membina petinju-petinju profesional dalam negeri. Sejauh ini, sudah cukup banyak sasana tinju dalam negeri yang terpaksa gulung tikar karena adanya keterbatasan.
"Kita harus menjaga makanan (nutrisi) dan gizi atlet tinju, serta pemenuhan vitamin mereka. Belum lagi kebutuhan lainnya, seperti hand wrap, celana, serta kebutuhan lainnya," ungkap Hartono, yang juga mengaku tidak sengaja mendirikan sasana tinju.
Sasana tinju yang dikelola Hartono sendiri sudah membina beberapa petinju yang pernah mencicipi gelar juara nasional, seperti Irfan Ega dari Jember (juara kelas welter junior), dan Carlos Lopez (kelas bulu junior).
Hartono, yang memiliki profesi utama sebagai pengacara, berkisah bahwa dirinya penuh perjuangan saat kali pertama membangun Hartono Tanuwidjaja Boxing Camp di daerah Cengkareng, Jakarta Barat pada pertengahan 2011. "Awalnya sangat sederhana, pagar sasana kita dari kayu, lalu tali ringnya bekas tali kapal. Kita juga urus ijin ke KTI, ATI, hingga KTPI," terang pria kelahiran 9 Juni 1965.
Setelah membangun sebuah sasana tinju, Hartono pun memberanikan diri untuk menjadi promotor tinju dengan bendera Hartono Tanuwidjaja Promotion-Boxing Promoter. Hal ini dilakukannya, salah satunya adalah untuk memberikan para petinju kesempatan bertanding di dalam ring. Ini bukan hanya petinju dari sasananya saja, namun juga petinju dari sasana lain.
"Saat menjadi promotor saya melakukan terobosan, yakni menggelar tinju di siang hari. Sebelumnya, pertandingan tinju banyak dilakukan pada malam hari. Saat itu, saya menggelar lima kejuaraan nasional di GOR Sunter, Jakarta Utara," papar Hartono.
Setelah itu, Hartono pun mengadakan kontes pertarungan tinju di Karangasem, Bali pada akhir 2012. Kali ini, kontes tinju tersebut mendapat dukungan penuh dari bupati dan Pangdam. Bekerjasama dengan Nicolas Johan Kilikily dari Maluku Barat Daya (MBD) Promotion, Hartono juga pernah menyelenggarakan duel internasional memperebutkan sabuk kelas bulu WBO Asia Pacific antara Carlos Lopez versus petinju Filipina, Cirilo Espino pada 3 Juni 2012.
"Dalam waktu dekat, kalau tidak akhir tahun ini mungkin awal tahun depan, saya ingin membikin acara tinju di Lapangan Renon, Bali. Acara bakal dikemas dengan menarik. Karena bekerjasama dengan HOG Harley Davidson, pertarungan nanti akan memperebutkan HOG Cup," jelas promotor yang juga pernah menggagas event langka Ring Tinju Advokat.
(nug)