Nasib Petinju Indonesia Babak Belur

Sabtu, 23 Mei 2015 - 06:21 WIB
Nasib Petinju Indonesia Babak Belur
Nasib Petinju Indonesia Babak Belur
A A A
JAKARTA - Tinju merupakan salah satu cabang olahraga yang menuntut adanya full body contact dan mengandalkan kekuatan fisik, sehingga olahraga yang dilaksanakan di dalam ring ini dikenal sebagai salah satu olahraga yang cukup banyak risiko. Kendati demikian, olahraga adu jotos ini masih digemari oleh cukup banyak masyarakat tanah air.

Indonesia sendiri, menurut pemilik Hartono Tanuwidjaja Boxing Camp, Hartono Tanuwidjaja, mempunyai banyak potensi terhadap olahraga tinju. Bahkan, beberapa petinju tanah air sempat menyandang sabuk juara dunia, sebut saja Ellyas Pical (tiga kali juara dunia kelas bantam yunior versi IBF), Nico Thomas (kelas terbang mini IBF), Chris John (kelas bulu super WBA), Muhammad Rahman (kelas terbang mini IBF dan WBA), dan Daud Yordan (kelas ringan IBO).

Meski digemari banyak masyarakat, namun kehidupan para petinju profesional tanah air cukup memprihatinkan, secara umum bisa dikatakan sulit. "Sekali bertanding di tingkat nasional, seorang petinju hanya dapat honor tiga juta rupiah," terang Hartono kepada Sindonews di Jakarta, belum lama ini.

"Namun, saya secara pribadi merasa prihatin dengan gaji tiga juta rupiah. Akhirnya, saya mencoba memberikan gebrakan dengan memberikan bayaran sebesar lima juta rupiah," sambung pria yang juga berprofesi sebagai pengacara itu.

Bagaimanapun juga jumlah tiga juta, tampaknya sangat tidak cukup untuk kebutuhan hidup dan pemenuhan nutrisi dan gizi seorang petinju. Apalagi kalau petinju itu menderita kekalahan knockout (KO), yang itu berarti dia tidak bisa naik ring selama tiga bulan. Dengan demikian, hitungannya mereka membagi bayaran Rp3 jutanya untuk masa tiga bulan.

Sehingga tidak jarang para petinju profesional yang banting setir menjadi tenaga keamanan sampai debt collector atau penagih utang. Bahkan, mantan juara dunia tinju asal Indonesia, Ellyas Pical pernah berurusan dengan pihak berwajib, lantaran kasus narkoba. Alhasil banyak juga yang mempertanyakan jaminan masa depan para petinju profesional.

Sebagai seorang manajer dan promotor yang mencoba bekerja maksimal dalam olahraga adu jotos, Hartono juga berharap peran aktif Badan Olahraga Profesional Indonesia (BOPI) dan pemerintah melalui Menteri Pemuda dan Olahraga turut memperhatikan nasib para petinju profesional tanah air, karena tinju merupakan salah satu cabang olahraga yang terbukti bisa mengharumkan Indonesia di pentas dunia. "(Selama ini) peran pemerintah enggak ada. Enggak ada bantuan dari pemerintah. Perjuangannya enggak ada sama sekali," tukas Hartono.

"Ke depannya, kami berharap BOPI dan pemerintah lebih memberikan perhatiannya kepada olahraga tinju, jangan hanya fokus satu cabang olahraga tertentu saja," harapnya.
(nug)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7273 seconds (0.1#10.140)