Runtuhnya Era King of Clays

Jum'at, 05 Juni 2015 - 09:18 WIB
Runtuhnya Era King of Clays
Runtuhnya Era King of Clays
A A A
PARIS - Berakhir sudah era kejayaan Rafael Nadal di Turnamen Tenis Grand Slam Prancis Terbuka.

Petenis Spanyol itu harus mengakui kekuatannya semakin lemah setelah dikalahkan Novak Djokovic di babak perempat final dengan skor 5-7, 3-6, 1-6. Tak dimungkiri Nadal adalah petenis paling sulit dikalahkan ketika bermain di lapangan tanah liat, khususnya saat berlaga di Roland Garros. Terbukti, petenis kelahiran Manacor, Spanyol, 3 Juni 1986, itu telah memenangkan sembilan gelar Prancis Terbuka edisi 2005, 2006, 2007, 2008, 2010, 2011, 2012, 2013, 2014.

Prestasi itu bahkan membuatnya dijuluki King of Clays atau Raja Tanah Liat . Tak salah memang, apalagi merujuk kualitasnya ketika bertanding di lapangan tersebut. Nadal telah mencatat persentase rekor kemenangan 70-1. Namun, semua predikat itu seakan tak berlaku ketika Nadal bersua Djokovic.

Meski lawan belum memiliki prestasi mengagumkan seperti Nadal saat berlaga di lapangan tanah liat, Djokovic membuktikan konsistensinya sebagai petenis terbaik di bumi ini. Petenis asal Serbia itu membalikkan rekor tak terkalahkan Nadal di laga tersebut. Padahal, Djokovic sempat menuai enam kekalahan dari Nadal selama tiga tahun terakhir. Namun, Nadal tak berhenti bermimpi seusai kandas tahun ini.

“Saya pernah kalah pada 2009 dan saya pikir itu belum berakhir. Saya berharap hal itu juga berlaku tahun ini dan saya menginginkan mendapat kesempatan pada tahuntahun selanjutnya. Satu hal yang perlu dicatat, saya terus bekerja keras untuk kembali menjadi lebih kuat,” tandas Nadal, dilansir Yahoosport .

Sementara Djokovic antusias menjalani tahapan selanjutnya, terutama menghadapi wakil Inggris Raya Andy Murray di babak semifinal hari ini. Djoker, julukan Djokovic, menyadari tak mudah menaklukkan Murray di laga nanti, apalagi setelah dia lolos dari petenis berpengalaman Spanyol David Ferrer dengan skor 7-6, 6-2, 5-7, 6-1.

“Melihat kualitasnya (Murray) tentu tak bisa diremehkan. Saya berharap terus menjaga konsistensi hingga menggapai juara tahun ini. Saya pun berharap kemenangan atas Nadal bisa memotivasi saya bermain lebih baik,” kata Djoker. Djokovic mungkin hanya ingin merendah jelang semifinal.

Padahal, melihat statistik pertemuan, Djoker lebih baik selama 26 pertemuan menghadapi Murray, yang mana petenis berusia 28 tahun itu telah memenangkan 18 pertandingan. Dia bahkan memenangkan tujuh laga beruntun, salah satunya kemenangannya di Miami Masters 2015. Djoker mengecundangi Murray di laga final dengan skor 7-6, 4-6, 6-0.

“Fakta itu mungkin saja menguntungkan atau bisa sebaliknya. Saya hanya berusaha bermain sebaik mungkin, karena alasan itu paling realistis menghadapi petenis seperti Murray,” papar Djoker.

Edi yuli
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7560 seconds (0.1#10.140)