KADO ULTAH PERNIKAHAN
A
A
A
LONDON - Novak Djokovic menjadi petenis kelima yang sukses merebut lebih dari tiga gelar di Wimbledon setelah menang atas Roger Federer 7-6, 6-7, 6-4, 6-3di Center Court, All England Lawn Tennis and Croquet Club, dini hari kemarin.
Sukses tersebut membuat dia berhasil menyandingkan Trofi Wimbledon dan Australia Terbuka yang direngkuhnya Januari lalu. Kemenangan ini sekaligus membayar lunas kekecewaannya saat final Prancis Terbuka dikalahkan Stan Wawrinka, bulan lalu.
”Ini adalah tantangan besar menghadapi Federer. Banyak pemain dari generasi saya yang melirik dia dan mengikuti jejaknya,” kata Djokovic, dilansir atpworldtour. ”Saya sudah tahu sejak memasuki lapangan bahwa Federer akan bermain seperti dia selalu bermain dengan saya. Tapi, dia selalu membuat saya bekerja keras untuk setiap poin,” ujarnya.
Selain menambah koleksi gelar ATP menjadi 54 trofi, mengalahkan Federer juga membuatnya mencatatkan kemenangan ke-200 di ajang grand slam. Tiga gelar Wimbledon ini sekaligus menyamai perolehan gelar yang dicapai pelatihnya Boris Becker saat menjadi juara pada 1985, 1986, 1989. Hasil ini sekaligus menjadikan Djokovic sebagai petenis pertama yang mampu mempertahankan gelar Wimbledon sejak 2007.
Menariknya, keberhasilan Djokovic mendapatkan hadiah 1,880 juta poundsterling (Rp38,8 miliar) itu bertepatan kado ultang tahun (ultah) perniakahannya yang pertama. Pada 12 Juli, tahun lalu, petenis berusia 28 tahun itu menikahi sang kekasih, Jelena Ristic, atau seminggu setelah menyabet gelar keduanya di Wimbledon.
Semangat Djokovic semakin bertambah setelah mendapatkan keturunan pada Oktober lalu. ”Setahun yang lalu saya menang di Wimbledon. Hari itu kami (bersama Jelena) menikah di gereja untuk memulai hidup baru bersama-sama,” kenang Djokovic.
”Tentu saja menjadi orang tua pada Oktober lalu adalah dimensi lain yang besar dari cinta kami dan itu memberi energi. Membuat kami lebih dekat bersamasama. Jadi, jelas ketika Anda pergi berlibur tahunan dengan trofi Wimbledon akan sedikit berbeda ketika tidak memilikinya.
Tapi saya pikir, baik menang atau kalah, dia (Jelena) selalu ada. Keluarga selalu ada,” paparnya. Bagi Federer yang berusia 33 tahun dan 333 hari, kekalahan ini sangat mengecewakan karena mengakhiri impian menjadi juara Wimbledon tertua di Era Terbuka. Apalagi, peraih 17 gelar grand slam itu tak pernah menjadi juara selama tiga tahun sejak menjuarai grand slam terakhirnya pada Wimbledon 2012.
Kesempatan menjadi petenis satu-satunya merebut delapan gelar atau yang terbanyak di Wimbledon, akhirnya tak tercapai. Dia harus puas masih bersanding dengan legendaris Amerika Serikat Pete Sampras dengan tujuh trofi. ”Djokovic bermain bagus tidak hanya hari ini, tapi pada seluruh dua pekan ini, sepanjang tahun, tahun lalu, dan tahun sebelum itu,” ucap Federer.
”Jelas, saya akan sangat senang jika bisa menang di pertandingan itu. Tapi, saya sedikit senang karena permainan saya meningkat,” papar finalis grand slam tertua sejak 1974 ini. Sementara itu, petenis putri asal Swiss, Martina Hingis, mempersembahkan gelar kedua di ajang Grand Slam Wimbledon 2015. Setelah Hingis meraih gelar juara Wimbledon di nomor ganda putri berpasangan dengan Sania Mirza (India), Sabtu (11/7), kini dia kembali merebut gelar juara dari pasangan ganda campuran bersama Leander Paes (India).
Pada final keduanya berhasil mengalahkan Alexander Peya/Timea Babos dua set langsung 6- 1, 6-1.
Raikhul Amar
Sukses tersebut membuat dia berhasil menyandingkan Trofi Wimbledon dan Australia Terbuka yang direngkuhnya Januari lalu. Kemenangan ini sekaligus membayar lunas kekecewaannya saat final Prancis Terbuka dikalahkan Stan Wawrinka, bulan lalu.
”Ini adalah tantangan besar menghadapi Federer. Banyak pemain dari generasi saya yang melirik dia dan mengikuti jejaknya,” kata Djokovic, dilansir atpworldtour. ”Saya sudah tahu sejak memasuki lapangan bahwa Federer akan bermain seperti dia selalu bermain dengan saya. Tapi, dia selalu membuat saya bekerja keras untuk setiap poin,” ujarnya.
Selain menambah koleksi gelar ATP menjadi 54 trofi, mengalahkan Federer juga membuatnya mencatatkan kemenangan ke-200 di ajang grand slam. Tiga gelar Wimbledon ini sekaligus menyamai perolehan gelar yang dicapai pelatihnya Boris Becker saat menjadi juara pada 1985, 1986, 1989. Hasil ini sekaligus menjadikan Djokovic sebagai petenis pertama yang mampu mempertahankan gelar Wimbledon sejak 2007.
Menariknya, keberhasilan Djokovic mendapatkan hadiah 1,880 juta poundsterling (Rp38,8 miliar) itu bertepatan kado ultang tahun (ultah) perniakahannya yang pertama. Pada 12 Juli, tahun lalu, petenis berusia 28 tahun itu menikahi sang kekasih, Jelena Ristic, atau seminggu setelah menyabet gelar keduanya di Wimbledon.
Semangat Djokovic semakin bertambah setelah mendapatkan keturunan pada Oktober lalu. ”Setahun yang lalu saya menang di Wimbledon. Hari itu kami (bersama Jelena) menikah di gereja untuk memulai hidup baru bersama-sama,” kenang Djokovic.
”Tentu saja menjadi orang tua pada Oktober lalu adalah dimensi lain yang besar dari cinta kami dan itu memberi energi. Membuat kami lebih dekat bersamasama. Jadi, jelas ketika Anda pergi berlibur tahunan dengan trofi Wimbledon akan sedikit berbeda ketika tidak memilikinya.
Tapi saya pikir, baik menang atau kalah, dia (Jelena) selalu ada. Keluarga selalu ada,” paparnya. Bagi Federer yang berusia 33 tahun dan 333 hari, kekalahan ini sangat mengecewakan karena mengakhiri impian menjadi juara Wimbledon tertua di Era Terbuka. Apalagi, peraih 17 gelar grand slam itu tak pernah menjadi juara selama tiga tahun sejak menjuarai grand slam terakhirnya pada Wimbledon 2012.
Kesempatan menjadi petenis satu-satunya merebut delapan gelar atau yang terbanyak di Wimbledon, akhirnya tak tercapai. Dia harus puas masih bersanding dengan legendaris Amerika Serikat Pete Sampras dengan tujuh trofi. ”Djokovic bermain bagus tidak hanya hari ini, tapi pada seluruh dua pekan ini, sepanjang tahun, tahun lalu, dan tahun sebelum itu,” ucap Federer.
”Jelas, saya akan sangat senang jika bisa menang di pertandingan itu. Tapi, saya sedikit senang karena permainan saya meningkat,” papar finalis grand slam tertua sejak 1974 ini. Sementara itu, petenis putri asal Swiss, Martina Hingis, mempersembahkan gelar kedua di ajang Grand Slam Wimbledon 2015. Setelah Hingis meraih gelar juara Wimbledon di nomor ganda putri berpasangan dengan Sania Mirza (India), Sabtu (11/7), kini dia kembali merebut gelar juara dari pasangan ganda campuran bersama Leander Paes (India).
Pada final keduanya berhasil mengalahkan Alexander Peya/Timea Babos dua set langsung 6- 1, 6-1.
Raikhul Amar
(ars)