Kisah Ironi Casillas dan Seorang Pelayan Camp Nou
A
A
A
MADRID - Rivalitas El Clasico di La Liga yang mengerucut pada dua klub termahsyur dunia; Real Madrid dan Barcelona, memberi stigma dua klub tersebut punya sisi saling bergesekan. Dalam sepekan terakhir, hal itu kembali terlihat dari bagaimana keduanya memperlakukan anggota keluarga besar masing-masing. Seperti apa yang dirasakan Iker Casillas dan seorang pelayan di Camp Nou, Manel Vich, ternyata punya cerita ironi yang perbedaannya bak langit dan bumi.
Minggu (12/7/2015), Madrid resmi melepas legenda yang juga lahir dan besar di Ibu kota Spanyol tersebut, Iker Casillas. Pemain yang sudah mengabdi selama 25 tahun sejak masih bocah, diputus kontraknya oleh Los Blancos untuk membiarkan sang pemain hijrah ke Porto meski masih terikat kontrak hingga 2017. (Baca Juga: RESMI: Madrid Restui Iker Casillas Pindah ke Porto)
Dilepasnya pemain yang sudah dijuluki Saint atau Santo alias orang suci tersebut langsung mengundang beragam reaksi, termasuk dari rival beratnya di Barcelona yang juga menyayangkan lawan terbaiknya mesti hengkang secara tidak hormat. Beberapa penggawa Blaugrana, sebut saja Andres Iniesta, Gerard Pique, Carles Puyol, bahkan Xavi Hernandez, turut menyuarakan kesedihan atas kepergian Casillas. (Baca Juga: Xavi: Rakyat Spanyol Tidak Menghargai Casillas)
Menariknya, bukan tanpa alasan rival abadinya mengecam tindakan Madrid melepas Casillas. Dalam beberapa kesempatan, Blaugrana memang kerap menunjukkan caranya bagaimana menghargai seorang legenda. Megahnya pesta kepergian Xavi musim ini mungkin jadi hal yang masih segar dalam ingatan pecinta sepak bola.
Melansir The Green Soccer Journal, ada kisah ironi untuk Casillas jika disandingkan dengan seorang anggota keluarga Barca, tepatnya seorang pelayan di Stadion Camp Nou, Manel Vich. Pria tua yang bekerja sebagai announcer atau pembaca susunan pemain sebelum Barca bertanding, dapat kehormatan khusus dari sutradara film asal Belanda, Johan Kramer dengan dibuatkan film dokumenter bertajuk La Veu del Barca atau Voice of Barca (Suara Barca).
Kramer yang sempat membuat beberapa film dokumenter Barca, merasa kagum dengan pengabdian Manel Vich yang telah mencapai 59 tahun. Sejak berada Les Corts Stadium hingga Camp Nou dibangun dan tak seorangpun peduli dengan siapa sosok di balik pengeras suara, Vich tetap dianggap sebagai anggota keluarga Barca sejak 1956.
Dedikasi Manel Vich memang tak perlu diragukan lagi. Pria yang kini berusia 77 tahun tercatat hanya absen membacakan susunan pemain Barca sebanyak tiga kali sepanjang kariernya. "Dua kali karena menjalani operasi ginjal, kemudian ketika putri saya menikah," ungkap Manel Vich yang sangat mengidolakan pemain legendaris Barca, Ladislao Kubala.
Kembali ke sosok Casillas, apa yang telah diberikan pemain berusia 34 tahun memang seolah tak pernah dianggap, baik oleh masyarakat, penggemar, hingga jejeran manajemen Madrid. Dalam beberapa musim terakhir, Casillas malah sering mendapat cemooh di Santiago Bernabeu. Sampai pada akhirnya di musim 2015, sang pemain menggelar konferensi pers seorang diri dengan berurai air mata untuk mengumumkan kepergiannya.
Sangat ironi mengingat nasib sang pemain sekelas Casillas, tak lebih beruntung dari Manel Vich. Pemain yang telah mencatatkan namanya dalam kejayaan Madrid selama dua dekade lebih, diperlakukan tak lebih baik ketimbang seorang announcer tua di Camp Nou. Menyedihkan sekali bukan?
Minggu (12/7/2015), Madrid resmi melepas legenda yang juga lahir dan besar di Ibu kota Spanyol tersebut, Iker Casillas. Pemain yang sudah mengabdi selama 25 tahun sejak masih bocah, diputus kontraknya oleh Los Blancos untuk membiarkan sang pemain hijrah ke Porto meski masih terikat kontrak hingga 2017. (Baca Juga: RESMI: Madrid Restui Iker Casillas Pindah ke Porto)
Dilepasnya pemain yang sudah dijuluki Saint atau Santo alias orang suci tersebut langsung mengundang beragam reaksi, termasuk dari rival beratnya di Barcelona yang juga menyayangkan lawan terbaiknya mesti hengkang secara tidak hormat. Beberapa penggawa Blaugrana, sebut saja Andres Iniesta, Gerard Pique, Carles Puyol, bahkan Xavi Hernandez, turut menyuarakan kesedihan atas kepergian Casillas. (Baca Juga: Xavi: Rakyat Spanyol Tidak Menghargai Casillas)
Menariknya, bukan tanpa alasan rival abadinya mengecam tindakan Madrid melepas Casillas. Dalam beberapa kesempatan, Blaugrana memang kerap menunjukkan caranya bagaimana menghargai seorang legenda. Megahnya pesta kepergian Xavi musim ini mungkin jadi hal yang masih segar dalam ingatan pecinta sepak bola.
Melansir The Green Soccer Journal, ada kisah ironi untuk Casillas jika disandingkan dengan seorang anggota keluarga Barca, tepatnya seorang pelayan di Stadion Camp Nou, Manel Vich. Pria tua yang bekerja sebagai announcer atau pembaca susunan pemain sebelum Barca bertanding, dapat kehormatan khusus dari sutradara film asal Belanda, Johan Kramer dengan dibuatkan film dokumenter bertajuk La Veu del Barca atau Voice of Barca (Suara Barca).
Kramer yang sempat membuat beberapa film dokumenter Barca, merasa kagum dengan pengabdian Manel Vich yang telah mencapai 59 tahun. Sejak berada Les Corts Stadium hingga Camp Nou dibangun dan tak seorangpun peduli dengan siapa sosok di balik pengeras suara, Vich tetap dianggap sebagai anggota keluarga Barca sejak 1956.
Dedikasi Manel Vich memang tak perlu diragukan lagi. Pria yang kini berusia 77 tahun tercatat hanya absen membacakan susunan pemain Barca sebanyak tiga kali sepanjang kariernya. "Dua kali karena menjalani operasi ginjal, kemudian ketika putri saya menikah," ungkap Manel Vich yang sangat mengidolakan pemain legendaris Barca, Ladislao Kubala.
Kembali ke sosok Casillas, apa yang telah diberikan pemain berusia 34 tahun memang seolah tak pernah dianggap, baik oleh masyarakat, penggemar, hingga jejeran manajemen Madrid. Dalam beberapa musim terakhir, Casillas malah sering mendapat cemooh di Santiago Bernabeu. Sampai pada akhirnya di musim 2015, sang pemain menggelar konferensi pers seorang diri dengan berurai air mata untuk mengumumkan kepergiannya.
Sangat ironi mengingat nasib sang pemain sekelas Casillas, tak lebih beruntung dari Manel Vich. Pemain yang telah mencatatkan namanya dalam kejayaan Madrid selama dua dekade lebih, diperlakukan tak lebih baik ketimbang seorang announcer tua di Camp Nou. Menyedihkan sekali bukan?
(aww)