Selama 2015 Tiga Gelar Grand Slam Dikuasai Para Ayah
A
A
A
JAKARTA - Menjadi seorang ayah dari Novak Djokovic dan Stanislas Wawrinka ternyata memiliki arti besar pada ATP World Tour tahun ini.
Keduanya punya kesempatan melengkapi tunggal putra The Daddy Slamjika sukses merengkuh gelar juara di Amerikat Serikat Terbuka, 31 Agustus– 13 September mendatang. Pada musim ini, tiga gelar juara grand slam diraih Djokovic (Australia Terbuka), Wawrinka (Prancis Terbuka), dan Djokovic (Wimbledon) yang merupakan seorang ayah. Dua dari tiga laga final di grand slam tahun ini diisi ayah.
Satu-satunya petenis yang masuk final grand slam tahun ini bukan seorang ayah adalah Andy Murray di Australia Terbuka. Jelas, ini menjadi salah satu era seorang ayah mampu mendominasi grand slam. Di Wimbledon, Djokovic sempat bercanda dan menyarankan pemain lain untuk memulai sebuah keluarga jika mereka ingin menjaga permainan tenis mereka menjadi lebih baik. Bahkan, guyonan tersebut hampir terlihat seperti saran serius saat ini.
Meski sebenarnya ini bukan pertama kali seorang ayah memenangkan grand slam, sebelumnya, Jimmy Connors, Boris Becker, dan Andre Agassi juga pernah menjadi juara setelah menjadi seorang ayah. Namun, sebelumnya belum pernah ada ayah menjuarai grand slam di semua ajang grand slam di tahun yang sama. Jelas, 2015 menjadi momentum yang pas untuk pertama kali.
Sebelumnya banyak yang bertanya-tanya apakah bisa menjadi seorang ayah menjadi juara? Pertanyaan itu baru berhenti dengan kesuksesan para petenis di era saat ini. Selain Djokovic, Wawrinka telah meraih dua gelar saat menjadi ayah. Semenara Roger Federer yang merebut dua gelar (Australia Terbuka 2010 dan Wimbledon 2012) dari 17 grand slam menjadi ayah.
”Hidup telah berubah dan berubah menjadi lebih baik,” kata Djokovic, dilansir ESPN. ”Tapi, karier saya dan pendekatan profesional saya sudah ada sebelum saya menjadi seorang ayah. Beruntung saya memiliki istri yang mendukung dan memahami saya. Saya memiliki orang-orang di sekitar membangun mimpi saya dengan mengorbankan banyak hal bagi saya untuk berada di tempat saya. Saya berterima kasih untuk itu. Kami adalah tim yang hebat,” paparnya.
Menjadi orang tua memang bisa jadi melelahkan. Tapi, bagi Djokovic, hal tersebut tampaknya menjadi sebaliknya. Petenis berusia 28 tahun itu mengakui menjadi seorang ayah memberikannya energi dan semangat untuk motivasi menjadi lebih baik lagi.
”Saya tahu bahwa memberikan cinta dan waktu kita untuk bayi kita, anak kita, akan memberikan pikiran jernih. Menjadi seorang ayah benar-benar memberi saya energi lebih dari yang dibutuhkan,” pungkasnya.
Raikhul Amar
Keduanya punya kesempatan melengkapi tunggal putra The Daddy Slamjika sukses merengkuh gelar juara di Amerikat Serikat Terbuka, 31 Agustus– 13 September mendatang. Pada musim ini, tiga gelar juara grand slam diraih Djokovic (Australia Terbuka), Wawrinka (Prancis Terbuka), dan Djokovic (Wimbledon) yang merupakan seorang ayah. Dua dari tiga laga final di grand slam tahun ini diisi ayah.
Satu-satunya petenis yang masuk final grand slam tahun ini bukan seorang ayah adalah Andy Murray di Australia Terbuka. Jelas, ini menjadi salah satu era seorang ayah mampu mendominasi grand slam. Di Wimbledon, Djokovic sempat bercanda dan menyarankan pemain lain untuk memulai sebuah keluarga jika mereka ingin menjaga permainan tenis mereka menjadi lebih baik. Bahkan, guyonan tersebut hampir terlihat seperti saran serius saat ini.
Meski sebenarnya ini bukan pertama kali seorang ayah memenangkan grand slam, sebelumnya, Jimmy Connors, Boris Becker, dan Andre Agassi juga pernah menjadi juara setelah menjadi seorang ayah. Namun, sebelumnya belum pernah ada ayah menjuarai grand slam di semua ajang grand slam di tahun yang sama. Jelas, 2015 menjadi momentum yang pas untuk pertama kali.
Sebelumnya banyak yang bertanya-tanya apakah bisa menjadi seorang ayah menjadi juara? Pertanyaan itu baru berhenti dengan kesuksesan para petenis di era saat ini. Selain Djokovic, Wawrinka telah meraih dua gelar saat menjadi ayah. Semenara Roger Federer yang merebut dua gelar (Australia Terbuka 2010 dan Wimbledon 2012) dari 17 grand slam menjadi ayah.
”Hidup telah berubah dan berubah menjadi lebih baik,” kata Djokovic, dilansir ESPN. ”Tapi, karier saya dan pendekatan profesional saya sudah ada sebelum saya menjadi seorang ayah. Beruntung saya memiliki istri yang mendukung dan memahami saya. Saya memiliki orang-orang di sekitar membangun mimpi saya dengan mengorbankan banyak hal bagi saya untuk berada di tempat saya. Saya berterima kasih untuk itu. Kami adalah tim yang hebat,” paparnya.
Menjadi orang tua memang bisa jadi melelahkan. Tapi, bagi Djokovic, hal tersebut tampaknya menjadi sebaliknya. Petenis berusia 28 tahun itu mengakui menjadi seorang ayah memberikannya energi dan semangat untuk motivasi menjadi lebih baik lagi.
”Saya tahu bahwa memberikan cinta dan waktu kita untuk bayi kita, anak kita, akan memberikan pikiran jernih. Menjadi seorang ayah benar-benar memberi saya energi lebih dari yang dibutuhkan,” pungkasnya.
Raikhul Amar
(ftr)