Menunggu Efek Bencic

Rabu, 19 Agustus 2015 - 09:20 WIB
Menunggu Efek Bencic
Menunggu Efek Bencic
A A A
CINCINNATI - Keberhasilan bocah berusia 18 tahun asal Swiss Belinda Bencic menjuarai Piala Rogers 2015 serta kisah sukses Nick Kyrgios menembus perempat final Australia Terbuka (2015) melahirkan harapan lahirnya generasi baru di dunia tenis.

Keberhasilan Bencic menjadi juara Piala Rogers dengan mengempaskan Caroline Wozniacki, Ana Ivanovic, Simona Halep, dan petenis nomor satu dunia Serena Williams membuat reputasinya melambung. Dia digadang-gadang menjadi titisan Martina Hinggis yang merupakan satu-satunya petenis Swiss yang mampu merebut gelar grand slam.

Bencic juga disebut-sebut sebagai petenis muda yang akan melesat sebagai petenis hebat pada masa mendatang. Petenis berusia 18 tahun itu juga sudah memiliki pengalaman yang besar sepanjang kariernya. Meski tergolong muda, dia sudah mengikuti beberapa ajang turnamen grand slam di Wimbledon, Australia Terbuka, Amerika Serikat Terbuka, dan Prancis Terbuka.

Bahkan, Bencic telah mengoleksi dua gelar sepanjang tahun ini. Kini namanya masuk ke peringkat 12 besar WTA. ”Ini adalah pekan yang luar biasa. Kemenangan tetaplah kemenangan karena saya sudah bekerja keras untuk ini,” kata Bencic setelah mengalahkan Halep pada partai final.

Sementara Kyrgios adalah fenomena lain di nomor putra. Meski belum pernah meraih gelar ATP, dia sudah memberikan beberapa ancaman besar untuk Novak Djokovic, Rafael Nadal, Roger Federer, dan Andy Murray. Apalagi, dia juga memiliki hasil cukup memuaskan dengan mencapai perempat final Wimbledon 2014 dan Australia Terbuka 2015. Dua nama tersebut tentu hanya beberapa dari petenis yang siap melejit.

Sport Illustrated menyebutkan ada juga nama Borna Coric (Kroasia) yang baru berusia 18 tahun, tapi sudah mencapai peringkat 33 dunia. Kemudian Thanasi Kokkinakis (Australia, 36 dunia), Donna Vekic (Kroasia, 127), Taylor Townsend (Amerika Serikat, 167), Ana Konjuh (Kroasia, 55), juga Alexander Zverev (Jerman, 86).

Masalahnya, seberapa jauh mereka bisa bertahan untuk kemudian menjadi yang terbaik? ”Ketika Anda bermain yang terbaik, Anda bermain pada insting, tidak memikirkan hal lain, membuat pilihan tepat, dan tembakan selalu berjalan dengan strategi. Saya pernah mengalami situasi itu dan mendapatkan hasilnya,” kata mantan petenis nomor satu dunia asal Australia Tracy Austin.

Austin seperti mengingatkan kepada Bencic dan para petenis muda lain untuk tidak tersandung dengan apa yang pernah dialaminya. Saat berusia 18 tahun dia sudah berhasil merebut dua gelar AS terbuka pada 1979 dan 1981. Namun, setelah itu reputasi dalam kariernya menghilang. Kejadiannya itu juga pernah dialami Eugenie Baouchard dari Kanada.

Tahun lalu dia sempat menempati posisi 5 dunia dan menembus final Wimbledon. Namun, petenis berusia 21 tahun ini terasa sangat sulit mendapatkan permainan terbaik. Sepanjang tahun ini dia sudah menelan 12 kekalahan dari 14 pertandingan terakhirnya, termasuk saat tersingkir pada babak pertama oleh Bencic di Piala Rogers. ”Ketika prestasi Anda sedang merosot, Anda memiliki keraguan saat melakukan pukulan. Anda pasti memiliki banyak pertanyaan dalam diri Anda,” paparnya.

Petenis Serbia Ana Ivanovic juga pernah merasakan hal yang sama. Ketika berusia 20 tahun dia sukses merebut gelar Prancis Terbuka dan langsung menempati nomor satu dunia. Namun, pada Juli 2010 posisinya anjlok menjadi 65 dunia. Namun, dia tetap terus berjuang dengan mencari pelatih baru hingga 2014. Akhirnya, peringkatnya saat ini sudah berada di 10 besar.

”Saya benar-benar tidak menemukan tujuan saat bermain. Saya tidak bisa menemukan kesenangan dalam hal-hal kecil karena selalu memikirkan tenis. Saya benar-benar tidak bisa pergi ke bioskop, makan malam dengan pacar, dan berjalan-jalan. Tapi, saya terus mencoba menemukan keseimbangan dan belajar apa yang saya butuhkan secara pribadi,” ujarnya.

Melihat semua ini, tak berlebihan jika setelah kekalahan dari Bencic, Serena tidak terlihat panik. Saat berjalan ke luar lapangan di Toronto, dia mengangkat lengannya dan menunjuk jari telunjuknya ke langit seperti mengirim sinyal, ”Aku masih No 1,”.

Raikhul amar
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5726 seconds (0.1#10.140)