Menguak Efek Positif dan Negatif Hak Siar Liga Inggris

Sabtu, 05 September 2015 - 00:08 WIB
Menguak Efek Positif...
Menguak Efek Positif dan Negatif Hak Siar Liga Inggris
A A A
LONDON - Nilai hak siar Liga Premier Inggris tahun depan akan melesat drastis. Kompetisi di ranah Britania Raya itu bakal mengantongi bayaran senilai 8 miliar pounds atau Rp 172 triliun di musim 2016/2017.

Kontrak baru dengan Sky, BT, serta BBC yang meroket nyaris 3 miliar pounds tersebut telah disepakati dan mulai berjalan tahun depan. Saat ini, nilai hak siar Liga Premier Inggris mencapai 5,5 milliar pounds atau setara Rp 118 triliun dimana setiap klub memperoleh jatah 54,1 juta pounds atau Rp 1,2 triliun.

Pada musim 2014/2015, Chelsea merengkuh pemasukan paling fantastis. Gelontoran pundi-pundi sekitar 98,99 juta pounds atau Rp 2,1 triliun berhasil dikantongi. Pemasukan tersebut terbagi menjadi tiga bagian.

Di awal kompetisi, FA memberikan Chelsea 54,1 juta pounds atau Rp 1,2 triliun sebagai tunjangan tahunan. Sebanyak 25 partai siaran langsung Chelsea, menghasilkan uang sebesar 19,98 juta pounds atau Rp 428 milliar. Karena klub pimpinan Roman Abramovich tersebut keluar sebagai juara, Chelsea meraih kembali 24,7 juta pounds atau Rp 533 miliar.

Berdasarkan statistik keuangan yang spektakuler ini, wajar jika klub-klub Liga Inggris rutin menggoyang lantai bursa transfer. Manchester City contohnya. Mereka sudah menghamburkan 99 juta pounds atau Rp 2,1 triliun demi memboyong Kevin De Bruyne dari Wolfsburg, serta Raheem Sterling dari Liverpool.

Langkah berani Manchester City diduplikat sang seteru sekota, Manchester United. Jelang hari penutupan bursa transfer musim panas 2015/2016, Setan Merah mencuri perhatian dunia saat memutuskan merekrut pemain muda AS Monaco, Anthony Martial.

Usia Martial yang masih menginjak 19 tahun dianggap sangat riskan mengalami turbelensi. Mahar senilai 36 juta pounds atau Rp 776 miliar yang tanpa ragu digelontorkan Setan Merah agar dapat membajak tanda tangan calon bintang masa depan tim nasional Prancis itu dinilai sebagai suatu perjudian besar.

Kembali bicara hak siar, hingga kini hanya Bundesliga Jerman yang mampu mendekati Liga Premier Inggris. Bundesliga memiliki hak siar senilai 2,8 miliar pounds atau Rp 60 triliun. Secara matematis, jumlah pemasukan Bundesliga cuma seperempat dari total pendapatan Liga Inggris.

Kondisi seperti ini dapat memberi keleluasaan bagi klub-klub Liga Inggris dalam berbelanja personel anyar. Tetapi jika menelaah efek domino yang terjadi nantinya, tentu hal ini akan berbahaya.

Apabila para pemain mumpuni dari liga-liga lain terus dilucuti, jelas bisa berujung kemerosotan kualitas turnamen sepak bola di negeri mereka. Penurunan tersebut berimbas pada anjloknya kapabilitas klub dalam mengarungi kompetisi internasional seketat Liga Champions.

Bahkan CEO Bayern Muenchen, Karl-Hanz Rummeniege yang bertekad menjaga dominasi sepak bola Jerman mulai merasa gusar. Dia meminta pada media partner untuk meningkatkan kontrak hak siar Bundesliga, demi mendongkrak ketangguhan klub-klub Jerman dalam bersaing di arena transfer, sekaligus cara mengantisipasi invasi klub-klub Liga Inggris yang tak henti mencomot pemain besar dunia.

"Kami melihat adanya jurang perbedaan antara Bundesliga dan Liga Premier Inggris. Tsunami transfer akan meningkatkan kekuatan dan kedigdayaan. Saya secara khusus prihatin terhadap daya saing klub-klub dari liga kami saat harus berkompetisi di Liga Champions dan Liga Eropa," ucap Rummenigge seperti dilansir Reuters, Jumat (4/9/2015).

Secara khusus, Rummenigge menyoroti kepindahan Bastian Schweinsteiger serta Kevin De Bruyne ke Manchester United dan Manchester City. Menurutnya, kepergian dua pemain tersebut merupakan wujud ketidakberdayaan klub-klub Jerman menepis kekuatan finansial klub-klub asal Negeri Ratu Elizabeth.
(bep)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5437 seconds (0.1#10.140)