Benny Dollo: Kami Unggul Segalanya
A
A
A
MALANG - Sriwijaya FC (SFC) menggenggam tiket 8 besar pertama dari Grup B. Pada laga di Stadion Kanjuruhan, Rabu (9/9/2015) sore, SFC menaklukkan Persela Lamongan dengan skor 2-0, berkat gol penalti Patrich Wanggai (66) dan Wilsansyah (69).
Dari aspek apa pun, SFC sangat pantas memetik kemenangan dan bahkan memiliki potensi lebih dari dua gol. Determinasi, semangat, kualitas serangan, performa individu, hingga organisasi tim, menunjukkan SFC lebih memiliki ambisi menang dan kematangan.
Cukup sulit menyebut siapa penampil terbaik di laga tersebut, sebab beberapa pemain SFC bermain luar biasa seperti Musafri, Syakir Sulaiman, Titus Bonai alias Tibo, hingga Patrich Wanggai. Kiper Persela Choirul Huda juga bermain solid walau kecolongan dua gol.
Tapi nama Patrich Wanggai lebih menonjol. Tidak hanya kontribusinya lewat sepakan pinalti, tapi dia memiliki atribut untuk menjadi penampil terbaik, termasuk sprint, pergerakan, daya jelajah, sekaligus power, yang membuat Persela jatuh-bangun.
Wanggai tak sekadar striker yang menunggu umpan. Dia bergerak ke samping, tengah, bahkan jauh turun ke belakang membantu pertahanan. Bisa dikata gol lewat penalti menjadi bonus berkat performa yang tak kenal lelah sepanjang laga. (Baca juga: Sriwijaya FC Raih Tiket 8 Besar)
Persela tak menunjukkan prospek menjanjikan sejak awal babak pertama. Tidak ada kesempatan satu pun yang untuk menciptakan gol karena untuk sekadar mendapat peluang pun terlampau sulit. Semua lini Persela macet total.
Sayap yang seharusnya menjadi poros serangan, sama sekali tak efektif. Zaenal Arifin dan Arif Ariyanto tak pernah bisa mengirimkan umpan silang ke penyerang. Ironisnya tak ada tendangan ke gawang SFC dalam 45 menit dan ini terburuk sejak Persela terlibat di Piala Presiden.
Sebaliknya, SFC membuat beberapa percobaan, di antaranya via Musafri di menit pertama yang tandukannya tepat ke arah kiper Khoirul Huda. Upaya Patrich Wanggai di menit ke-15 lewat sundulan juga mengarah ke pelukan Huda.
Dua tendangan ke gawang yang dilakukan Hyu Yun Koo dan Tibo di menit akhir paruh pertama juga mentah di tangan Huda. Terlepas finishing yang belum efisien, mutu permainan yang diperagakan SFC terlihat menarik.
Tak hanya mengandalkan kecepatan Tibo dan Musafri di sayap, tusukan di tengah pun kerap membuat pertahanan Persela linglung. Secara performa, Laskar Wong Kito unggul mutlak. Semua lini berjalan baik dan memberi kontribusi pada permainan.
Di fase kedua nyaris tak ada perubahan situasi karena SFC tetap mendominasi. Hanya saja Persela mencoba lebih berani melakukan tekanan mengoptimalkan kecepatan sayap. Tapi tetap terlalu sulit mendekati kotak enambelas SFC.
SFC yang tak ingin frustrasi, terus membombardir pertahanan Persela, melalui Patrich Wanggai yang lolos namun tendangan melebar dan Musafri yang cocorannya masih mampir di tangan kiper Choirul Huda pada menit ke-63. Kebuntuan baru pecah pada menit ke-66.
Syakir Sulaiman yang lolos jebakan offside, diganjal Zaenal Haq dan berujung penalti untuk SFC. Eksekusi dingin Patrich Wanggai membuka skor di laga itu. Sampai pada fase ini, fokus Persela mulai goyah dan kehilangan konsentrasi.
Buktinya, hanya dua menit dari pinalti Wanggai, giliran Wildansyah yang mengoyak jala Persela. Bergerak cepat melewati pemain belakang Persela, Wildansyah men-chip bola melewati Choirul Huda dan mulus meluncur ke gawang.
Kemenangan 2-0 mengantarkan SFC meraup 6 angka dan sementara menjadi pemimpin klasemen Grup B, namun masih menunggu hasil laga lain antara Arema Cronus kontra PSGC Ciamis. Dengan performa seperti lawan Persela, prospek SFC sebenarnya cukup cerah di turnamen ini.
"Kami tidak mampu mengimbangi permainan SFC. Sejak babak pertama permainan sulit berkembang dan terbawa alur permainan lawan. Maaf Persela gagal lolos, tapi kami sudah memberikan upaya maksimal," ujar Didik Ludiyanto, Pelatih Persela.
Didik juga mengakui secara kualitas individu Persela memang berada di bawah Laskar Wong Kito. "Kami melakukan beberapa kesalahan di pertahanan di babak kedua. Akibatnya fatal karena SFC memiliki pemain-pemain berkualitas," tandas Didik.
Kubu SFC semringah dengan kemenangan kedua di Malang dan meyakini hasil itu pantas didapatkan setelah menguasai laga secara mutlak. "Bisa disaksikan sendiri bahwa kami lebih bagus dalam bermain dan pantas menang. Di semua lini kami unggul," tutur Benny Dollo, Pelatih Arema.
"Kami mengalami kesulitan cetak gol di babak pertama karena pemain kurang tenang. Kalau saja lebih efisien dalam memanfaatkan peluang, bisa lebih dua gol. Tapi kami senang akhirnya lolos, walau masih banyak yang harus dibenahi," demikian Benny Dolo.
Dari aspek apa pun, SFC sangat pantas memetik kemenangan dan bahkan memiliki potensi lebih dari dua gol. Determinasi, semangat, kualitas serangan, performa individu, hingga organisasi tim, menunjukkan SFC lebih memiliki ambisi menang dan kematangan.
Cukup sulit menyebut siapa penampil terbaik di laga tersebut, sebab beberapa pemain SFC bermain luar biasa seperti Musafri, Syakir Sulaiman, Titus Bonai alias Tibo, hingga Patrich Wanggai. Kiper Persela Choirul Huda juga bermain solid walau kecolongan dua gol.
Tapi nama Patrich Wanggai lebih menonjol. Tidak hanya kontribusinya lewat sepakan pinalti, tapi dia memiliki atribut untuk menjadi penampil terbaik, termasuk sprint, pergerakan, daya jelajah, sekaligus power, yang membuat Persela jatuh-bangun.
Wanggai tak sekadar striker yang menunggu umpan. Dia bergerak ke samping, tengah, bahkan jauh turun ke belakang membantu pertahanan. Bisa dikata gol lewat penalti menjadi bonus berkat performa yang tak kenal lelah sepanjang laga. (Baca juga: Sriwijaya FC Raih Tiket 8 Besar)
Persela tak menunjukkan prospek menjanjikan sejak awal babak pertama. Tidak ada kesempatan satu pun yang untuk menciptakan gol karena untuk sekadar mendapat peluang pun terlampau sulit. Semua lini Persela macet total.
Sayap yang seharusnya menjadi poros serangan, sama sekali tak efektif. Zaenal Arifin dan Arif Ariyanto tak pernah bisa mengirimkan umpan silang ke penyerang. Ironisnya tak ada tendangan ke gawang SFC dalam 45 menit dan ini terburuk sejak Persela terlibat di Piala Presiden.
Sebaliknya, SFC membuat beberapa percobaan, di antaranya via Musafri di menit pertama yang tandukannya tepat ke arah kiper Khoirul Huda. Upaya Patrich Wanggai di menit ke-15 lewat sundulan juga mengarah ke pelukan Huda.
Dua tendangan ke gawang yang dilakukan Hyu Yun Koo dan Tibo di menit akhir paruh pertama juga mentah di tangan Huda. Terlepas finishing yang belum efisien, mutu permainan yang diperagakan SFC terlihat menarik.
Tak hanya mengandalkan kecepatan Tibo dan Musafri di sayap, tusukan di tengah pun kerap membuat pertahanan Persela linglung. Secara performa, Laskar Wong Kito unggul mutlak. Semua lini berjalan baik dan memberi kontribusi pada permainan.
Di fase kedua nyaris tak ada perubahan situasi karena SFC tetap mendominasi. Hanya saja Persela mencoba lebih berani melakukan tekanan mengoptimalkan kecepatan sayap. Tapi tetap terlalu sulit mendekati kotak enambelas SFC.
SFC yang tak ingin frustrasi, terus membombardir pertahanan Persela, melalui Patrich Wanggai yang lolos namun tendangan melebar dan Musafri yang cocorannya masih mampir di tangan kiper Choirul Huda pada menit ke-63. Kebuntuan baru pecah pada menit ke-66.
Syakir Sulaiman yang lolos jebakan offside, diganjal Zaenal Haq dan berujung penalti untuk SFC. Eksekusi dingin Patrich Wanggai membuka skor di laga itu. Sampai pada fase ini, fokus Persela mulai goyah dan kehilangan konsentrasi.
Buktinya, hanya dua menit dari pinalti Wanggai, giliran Wildansyah yang mengoyak jala Persela. Bergerak cepat melewati pemain belakang Persela, Wildansyah men-chip bola melewati Choirul Huda dan mulus meluncur ke gawang.
Kemenangan 2-0 mengantarkan SFC meraup 6 angka dan sementara menjadi pemimpin klasemen Grup B, namun masih menunggu hasil laga lain antara Arema Cronus kontra PSGC Ciamis. Dengan performa seperti lawan Persela, prospek SFC sebenarnya cukup cerah di turnamen ini.
"Kami tidak mampu mengimbangi permainan SFC. Sejak babak pertama permainan sulit berkembang dan terbawa alur permainan lawan. Maaf Persela gagal lolos, tapi kami sudah memberikan upaya maksimal," ujar Didik Ludiyanto, Pelatih Persela.
Didik juga mengakui secara kualitas individu Persela memang berada di bawah Laskar Wong Kito. "Kami melakukan beberapa kesalahan di pertahanan di babak kedua. Akibatnya fatal karena SFC memiliki pemain-pemain berkualitas," tandas Didik.
Kubu SFC semringah dengan kemenangan kedua di Malang dan meyakini hasil itu pantas didapatkan setelah menguasai laga secara mutlak. "Bisa disaksikan sendiri bahwa kami lebih bagus dalam bermain dan pantas menang. Di semua lini kami unggul," tutur Benny Dollo, Pelatih Arema.
"Kami mengalami kesulitan cetak gol di babak pertama karena pemain kurang tenang. Kalau saja lebih efisien dalam memanfaatkan peluang, bisa lebih dua gol. Tapi kami senang akhirnya lolos, walau masih banyak yang harus dibenahi," demikian Benny Dolo.
(sha)