Arema Lebih Senang Perang Terbuka di 8 Besar
A
A
A
MALANG - Produktivitas gol Arema Cronus yang rendah selama fase grup Piala Kemerdekaan 2015 menjadi pekerjaan rumah pelatih Joko Susilo. Fakta di lapangan, Arema tidak pernah menang dan hanya mencetak satu gol selama 90 menit ketika menghadapi lawan yang superdefensif.
Persela Lamongan dan PSGC Ciamis menjadi bukti Singo Edan frustrasi saat tak diberi celah. Ruang gerak terbatas membuat Cristian Gonzales dkk hanya sekadar dominan tanpa benar-benar tajam. Nah, di babak delapan besar nanti, diprediksi Arema tak akan berhadapan dengan strategi 'parkir bus' seperti itu lagi.
Ada dua faktor yang menyebabkan tim tak cukup menerapkan strategi ultra-defensive. Pertama adalah bobot klub. Mereka yang lolos ke delapan besar rata-rata punya mentalitas ofensif dan tak pernah bermain bertahan selama fase grup.
Faktor kedua adalah sistem knock out, ini membuat tim harus membuka momentum sebanyak mungkin untuk mencetak gol. Sebab kemenangan sudah menjadi harga mati, tidak bisa bermain aman dan mengincar hasil imbang seperti di babak penyisihan.
Menghadapi lawan ofensif, Arema boleh sedikit tersenyum. Rekor menunjukkan tim pujaan Aremania selalu bisa memenangi laga saat berhadapan dengan yang bermain normal atau menyerang. Sriwijaya FC bisa dicomot sebagai contoh kasus.
Memeragakan permainan terbuka, Laskar Wong Kito kebobolan tiga gol di laga kedua Grup B silam. Arema juga memiliki rekor bagus ketika menghadapi Persib Bandung, yang notabene tim dengan daya gebrak mumpuni.
Joko Susilo, Pelatih Arema Cronus, berharap timnya tak menemui kebuntuan lagi di delapan besar nanti. Diakuinya tim seperti menemui kesulitan dengan level lebih besar saat lawan menumpuk pemainnya di depan pertahanan sendiri.
"Saya berharap ada pertarungan yang sebenarnya di delapan besar. Artinya lawan tak sekadar menumpuk pemain, sehingga ada lebih banyak ruang bagi pemain untuk melakukan akselerasi. Jujur saja ada kesulitan tersendiri saat menghadapi tim yang bertahan total," cetus Joko.
Kendati demikian, dia tetap berupaya mengurai problem sulitnya mencetak gol ketika lawan bertahan. Sebab Singo Edan butuh antisipasi seandainya lawan unggul lebih dulu kemudian lebih berkonsentrasi bertahan untuk mengamankan skor.
"Semua kelemahan coba saya carikan solusinya sebelum delapan besar. Secara umum jelas saya kurang puas dengan hasil di babak penyisihan. Dengan potensi yang ada, Arema idealnya bisa lebih baik lagi," imbuh Joko Susilo.
Arema sekaligus masih dihantui mandulnya striker Cristian Gonzales. Dalam tiga laga di fase grup, dia sama sekali belum mencetak gol kendati selalu bermain penuh. Absen membobol gawang lawan dalam tiga laga berturut-turut termasuk janggal bagi pemain gaek ini.
Itu juga tak lepas dari strategi lawan yang rata-rata bertahan total. El Loco, sebutan Cristian, tidak pernah mendapat ruang mencukupi untuk bergerak. Bahkan untuk mendapat peluang saja sangat sulit karena pemain lawan berkerumun di sekitarnya.
Persela Lamongan dan PSGC Ciamis menjadi bukti Singo Edan frustrasi saat tak diberi celah. Ruang gerak terbatas membuat Cristian Gonzales dkk hanya sekadar dominan tanpa benar-benar tajam. Nah, di babak delapan besar nanti, diprediksi Arema tak akan berhadapan dengan strategi 'parkir bus' seperti itu lagi.
Ada dua faktor yang menyebabkan tim tak cukup menerapkan strategi ultra-defensive. Pertama adalah bobot klub. Mereka yang lolos ke delapan besar rata-rata punya mentalitas ofensif dan tak pernah bermain bertahan selama fase grup.
Faktor kedua adalah sistem knock out, ini membuat tim harus membuka momentum sebanyak mungkin untuk mencetak gol. Sebab kemenangan sudah menjadi harga mati, tidak bisa bermain aman dan mengincar hasil imbang seperti di babak penyisihan.
Menghadapi lawan ofensif, Arema boleh sedikit tersenyum. Rekor menunjukkan tim pujaan Aremania selalu bisa memenangi laga saat berhadapan dengan yang bermain normal atau menyerang. Sriwijaya FC bisa dicomot sebagai contoh kasus.
Memeragakan permainan terbuka, Laskar Wong Kito kebobolan tiga gol di laga kedua Grup B silam. Arema juga memiliki rekor bagus ketika menghadapi Persib Bandung, yang notabene tim dengan daya gebrak mumpuni.
Joko Susilo, Pelatih Arema Cronus, berharap timnya tak menemui kebuntuan lagi di delapan besar nanti. Diakuinya tim seperti menemui kesulitan dengan level lebih besar saat lawan menumpuk pemainnya di depan pertahanan sendiri.
"Saya berharap ada pertarungan yang sebenarnya di delapan besar. Artinya lawan tak sekadar menumpuk pemain, sehingga ada lebih banyak ruang bagi pemain untuk melakukan akselerasi. Jujur saja ada kesulitan tersendiri saat menghadapi tim yang bertahan total," cetus Joko.
Kendati demikian, dia tetap berupaya mengurai problem sulitnya mencetak gol ketika lawan bertahan. Sebab Singo Edan butuh antisipasi seandainya lawan unggul lebih dulu kemudian lebih berkonsentrasi bertahan untuk mengamankan skor.
"Semua kelemahan coba saya carikan solusinya sebelum delapan besar. Secara umum jelas saya kurang puas dengan hasil di babak penyisihan. Dengan potensi yang ada, Arema idealnya bisa lebih baik lagi," imbuh Joko Susilo.
Arema sekaligus masih dihantui mandulnya striker Cristian Gonzales. Dalam tiga laga di fase grup, dia sama sekali belum mencetak gol kendati selalu bermain penuh. Absen membobol gawang lawan dalam tiga laga berturut-turut termasuk janggal bagi pemain gaek ini.
Itu juga tak lepas dari strategi lawan yang rata-rata bertahan total. El Loco, sebutan Cristian, tidak pernah mendapat ruang mencukupi untuk bergerak. Bahkan untuk mendapat peluang saja sangat sulit karena pemain lawan berkerumun di sekitarnya.
(aww)