Ini Dia Sosok yang Membuat Van Gaal Dibenci
A
A
A
MANCHESTER - Meski Louis van Gaal baru semusim membesut Manchester United, namun pelatih asal Belanda ini tampaknya sudah memberikan pengaruh besar ke dalam filosofi permainan Setan Merah. Ia dianggap memiliki filosofi berbeda yang bahkan membuat sebagian pemain utamanya merasa jengah dan tak bisa untuk bekerja sama lebih lama di bawah asuhannya.
Contohnya saja Angel Di Maria. Meski kedatangannya berhasil memecahkan rekor transfer Liga Inggris, namun pemain yang diboyong dari Real Madrid nyatanya hanya bertahan selama semusim. Dan Di Maria tak sungkan untuk mengatakan kalau filosofi permainan Louis Van Gaal lah yang membuatnya tak bisa bertahan lebih lama.
Namun belakangan mulai terungkap, kalau tidak nyamannya para pemain United berada di bawah asuhan Van Gaal, lantaran sosok Max Reckers yang khusus diminta untuk menganalisa secara detil performa setiap pemain Setan Merah. Hal inilah yang kemudian membuat para pemain merasa tidak nyaman dan bahkan merasa direndahkan.
Karena dalam laporan yang diberikan Recker kepada Van Gaal, sebagian besar dianggap hanya menitikberatkan pada kekurangan pemain di lapangan. Ia kemudian dianggap tidak mengedepankan laporan perkembangan setiap individual, yang lantas membuat para pemain Setan Merah terus berada di bawa tekanan.
Kabarnya, lantaran merasa semakin tidak nyaman dengan program pengembangan yang diterapkan Van Gaal, Wayne Rooney dan Michael Carrick pun memberanikan diri untuk angkat bicara. Mereka kabarnya mulai blak-blakan membicarakan apa yang tidak mereka sukai soal sang analis yang dianggap layaknya anak oleh Van Gaal.
Ya, Van Gaal memang menganggap Reckers seperti anaknya sendiri. Sumbangsih yang diberikan Recker melalui data performa para pemain, dianggap sangat penting bagi kesuksesan filosofi permainan Van Gaal.
''Saya tidak bisa melupakan guru komputer saya. Dia bahkan bukan hanya guru saya, tapi dia sudah seperti anak saya. Tapi nama belakangnya bukan Van Gaal, namanya adalah Max Reckers dan dia seorang performance analyst,'' ungkap Van Gaal.
''Dia mengumpulkan semua data yang kami butuhkan. Dan kami memiliki banyak data karena di Manchester United telah memiliki departemen sport science,'' sambungnya.
Reckers sendiri menganggap kalau tugasnya adalah murni untuk meningkatkan performa para pemain di bawah asuhan Louis Van Gaal, yang muaranya tentu saja untuk menyempurnakan permainan Manchester United secara kolektif saat berada di atas lapangan. Maka dari itu, dirinya sama sekali tidak bertujuan untuk hanya menitikberatkan pada kekurangan satu-dua pemain di atas lapangan.
''Kami ingin para pemain terus berkembang setiap harinya, begitu juga dengan para staf. Untuk itu kami terus berinovasi,'' ungkap Recker seperti dilansri Dailymail.
''Kami selalu berusaha untuk mencari teknologi serta cara baru untuk mengambangkan performa para pemain kami. Bagi kami ini bukan sebuah proyek sains ataupun teknologi, ini hanya bagaimana kami mengembangkan tim kami,'' sambungnya.
Data yang diberikan Reckers kepada Van Gaal didapat dari statistik para pemain saat berada di sesi latihan maupun dalam sebuah pertandingan. Dari data itulah, Van Gaal kemudian menentukan pola permainan, posisi bahkan pemain mana yang pantas atau tidak untuk diturunkan dalam pertandingan berikutnya.
Contohnya saja Angel Di Maria. Meski kedatangannya berhasil memecahkan rekor transfer Liga Inggris, namun pemain yang diboyong dari Real Madrid nyatanya hanya bertahan selama semusim. Dan Di Maria tak sungkan untuk mengatakan kalau filosofi permainan Louis Van Gaal lah yang membuatnya tak bisa bertahan lebih lama.
Namun belakangan mulai terungkap, kalau tidak nyamannya para pemain United berada di bawah asuhan Van Gaal, lantaran sosok Max Reckers yang khusus diminta untuk menganalisa secara detil performa setiap pemain Setan Merah. Hal inilah yang kemudian membuat para pemain merasa tidak nyaman dan bahkan merasa direndahkan.
Karena dalam laporan yang diberikan Recker kepada Van Gaal, sebagian besar dianggap hanya menitikberatkan pada kekurangan pemain di lapangan. Ia kemudian dianggap tidak mengedepankan laporan perkembangan setiap individual, yang lantas membuat para pemain Setan Merah terus berada di bawa tekanan.
Kabarnya, lantaran merasa semakin tidak nyaman dengan program pengembangan yang diterapkan Van Gaal, Wayne Rooney dan Michael Carrick pun memberanikan diri untuk angkat bicara. Mereka kabarnya mulai blak-blakan membicarakan apa yang tidak mereka sukai soal sang analis yang dianggap layaknya anak oleh Van Gaal.
Ya, Van Gaal memang menganggap Reckers seperti anaknya sendiri. Sumbangsih yang diberikan Recker melalui data performa para pemain, dianggap sangat penting bagi kesuksesan filosofi permainan Van Gaal.
''Saya tidak bisa melupakan guru komputer saya. Dia bahkan bukan hanya guru saya, tapi dia sudah seperti anak saya. Tapi nama belakangnya bukan Van Gaal, namanya adalah Max Reckers dan dia seorang performance analyst,'' ungkap Van Gaal.
''Dia mengumpulkan semua data yang kami butuhkan. Dan kami memiliki banyak data karena di Manchester United telah memiliki departemen sport science,'' sambungnya.
Reckers sendiri menganggap kalau tugasnya adalah murni untuk meningkatkan performa para pemain di bawah asuhan Louis Van Gaal, yang muaranya tentu saja untuk menyempurnakan permainan Manchester United secara kolektif saat berada di atas lapangan. Maka dari itu, dirinya sama sekali tidak bertujuan untuk hanya menitikberatkan pada kekurangan satu-dua pemain di atas lapangan.
''Kami ingin para pemain terus berkembang setiap harinya, begitu juga dengan para staf. Untuk itu kami terus berinovasi,'' ungkap Recker seperti dilansri Dailymail.
''Kami selalu berusaha untuk mencari teknologi serta cara baru untuk mengambangkan performa para pemain kami. Bagi kami ini bukan sebuah proyek sains ataupun teknologi, ini hanya bagaimana kami mengembangkan tim kami,'' sambungnya.
Data yang diberikan Reckers kepada Van Gaal didapat dari statistik para pemain saat berada di sesi latihan maupun dalam sebuah pertandingan. Dari data itulah, Van Gaal kemudian menentukan pola permainan, posisi bahkan pemain mana yang pantas atau tidak untuk diturunkan dalam pertandingan berikutnya.
(rus)