Inggris yang Merana dan Sinyal Bangkitnya Raksasa Italia
A
A
A
LONDON - Label kompetisi paling kompetitif yang disematkan pada Liga Premier Inggris, tampaknya tak lantas berjalan lurus dengan prestasi klub pesertanya di kancah kompetisi Eropa. Buktinya, Para wakil Inggris tak bisa berbuat banyak saat melakoni laga perdana mereka di kompetisi Liga Champions Eropa.
Yang pertama kali disoroti tentunya Manchester City. Klub yang musim lalu berhasil mengakhiri musim dengan duduk di posisi dua klasemen sementara, nyatanya harus tumbang di tangan Juventus yang sebenarnya diragukan untuk bisa tampil gemilang usai ditinggal banyak pemain andalan.
Sebaliknya, Manchester City yang diperkirakan bakal tampil beringas setelah kedatangan beberapa pemain mahal seperti Raheem Sterling, Kevin De Bruyne dan Nicolas Otamendi, nyatanya malah tampil mengecewakan saat bermain di hadapan pendukung sendiri. Namun Manuel Pellegrini selaku pelatih menganggap kalau kekalahan ini hanyalah lantaran Juventus memiliki keberuntungan lebih dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan taktik yang diterapkan Manchester City
''Ini sangat mengecewakan, saya rasa kami tidak pantas menelan kekalahan. Kami memiliki peluang yang lebih baik, dan kami juga bermain lebih baik dari Juventus. Ini sama sekali bukan soal kesalahan taktikal, Juventus hanya beuntung bisa mencetak dua gol cantik,'' ungkap Pellegrini seperti dilansir Caught Offside.
Pellegrini mungkin bisa berkilah kalau kekalahan tersebut bukan lantaran kesalahan strategi yang diterapkannya, karena pada saat yang sama, Manchester City juga memiliki sedikit masalah dengan beberapa pemain utama yang tidak bisa bermain maksimal lantaran baru saja menyelesaikan proses pemulihan cedera. Namun hal tersebut tidak bisa terjadi pada Arsenal.
Tim London Utara sama sekali tak bisa mengelak kalau mereka telah menerapkan pola yang salah pada laga perdana Liga Champions Eropa. Buktinya, pelatih Dinamo Zagreb, Zoran Mami yang berhasil menang 2-1 atas Arsenal mengaku kalau sejak awal dirinya bisa menang bila berhadapan dengan Arsenal lantaran pola permainan mereka mudah ditebak dan membosankan.
'Kami rasa sangat penting untuk menutup pergerakan di tengah lapangan, untuk menghentikan passing-passing cepat. Itu yang kami lakukan dan tidak ada hal yang baru,'' ungkap Mami.
''Kami sudah melihat bagaimana tim yang berhasil mengalahkan Arsenal menggunakan taktik yang sama. Ini adalah cara terbaik untuk mengalahkan mereka,'' sambungnya.
Dari tiga wakil Inggris yang berlaga di Liga Champions Erop musim ini, hanya Chelsea yang berhasil meraih hasil sempurna. Namun mereka juga tak boleh berbangga, Maccabi Tel Aviv yang dihadapi Chelsea, adalah klub asal Israel yang sudah 11 tahun lamanya tak pernah mencicipi berlaga di kompetisi Liga Champions Eropa.
Manchester United yang musim lalu harus absen dari kompetisi Eropa juga harus mengalami nasib tak jauh berbeda. Saat bertandang ke markas PSV Eindhoen, Setan merah yang mampu unggul lebih dulu, nyatanya harus rela mengakhiri laga dengan skor 2-1.
Hal berbeda justru terjadi pada klub asal Italia. Meski hanya mengirim dua wakil di Liga Champions Eropa, namun Italia seakan ingin menunjukan kalau mereka telah siap untuk masuk dalam persaingan kandidat jawara Eropa.
Selain Juventus yang berhasil menumbangkan Manchester City dengan skor 1-2, AS Roma yang musim ini ngotot membenahi skuat utama, secara mengejutkan berhasil menahan imbang Barcelona yang musim lalu keluar sebagai jawara Liga Champion Eropa. Dengan pola permainan yang sangat disiplin, klub ibu kota Italia ini berhasil membuat klub asal Catalan yang terkenal dengan gaya tiki-taka, tak bisa mengembangkan pola permainan mereka.
Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran banyak pengamat Liga Inggris. Bila performa klub asal Britania Raya di level Eropa tak juga bisa berubah, maka Liga Inggris harus siap mendapat pengurangan jatah slot ke pentas Eropa di setiap musimnya.
Yang pertama kali disoroti tentunya Manchester City. Klub yang musim lalu berhasil mengakhiri musim dengan duduk di posisi dua klasemen sementara, nyatanya harus tumbang di tangan Juventus yang sebenarnya diragukan untuk bisa tampil gemilang usai ditinggal banyak pemain andalan.
Sebaliknya, Manchester City yang diperkirakan bakal tampil beringas setelah kedatangan beberapa pemain mahal seperti Raheem Sterling, Kevin De Bruyne dan Nicolas Otamendi, nyatanya malah tampil mengecewakan saat bermain di hadapan pendukung sendiri. Namun Manuel Pellegrini selaku pelatih menganggap kalau kekalahan ini hanyalah lantaran Juventus memiliki keberuntungan lebih dan sama sekali tidak ada hubungannya dengan taktik yang diterapkan Manchester City
''Ini sangat mengecewakan, saya rasa kami tidak pantas menelan kekalahan. Kami memiliki peluang yang lebih baik, dan kami juga bermain lebih baik dari Juventus. Ini sama sekali bukan soal kesalahan taktikal, Juventus hanya beuntung bisa mencetak dua gol cantik,'' ungkap Pellegrini seperti dilansir Caught Offside.
Pellegrini mungkin bisa berkilah kalau kekalahan tersebut bukan lantaran kesalahan strategi yang diterapkannya, karena pada saat yang sama, Manchester City juga memiliki sedikit masalah dengan beberapa pemain utama yang tidak bisa bermain maksimal lantaran baru saja menyelesaikan proses pemulihan cedera. Namun hal tersebut tidak bisa terjadi pada Arsenal.
Tim London Utara sama sekali tak bisa mengelak kalau mereka telah menerapkan pola yang salah pada laga perdana Liga Champions Eropa. Buktinya, pelatih Dinamo Zagreb, Zoran Mami yang berhasil menang 2-1 atas Arsenal mengaku kalau sejak awal dirinya bisa menang bila berhadapan dengan Arsenal lantaran pola permainan mereka mudah ditebak dan membosankan.
'Kami rasa sangat penting untuk menutup pergerakan di tengah lapangan, untuk menghentikan passing-passing cepat. Itu yang kami lakukan dan tidak ada hal yang baru,'' ungkap Mami.
''Kami sudah melihat bagaimana tim yang berhasil mengalahkan Arsenal menggunakan taktik yang sama. Ini adalah cara terbaik untuk mengalahkan mereka,'' sambungnya.
Dari tiga wakil Inggris yang berlaga di Liga Champions Erop musim ini, hanya Chelsea yang berhasil meraih hasil sempurna. Namun mereka juga tak boleh berbangga, Maccabi Tel Aviv yang dihadapi Chelsea, adalah klub asal Israel yang sudah 11 tahun lamanya tak pernah mencicipi berlaga di kompetisi Liga Champions Eropa.
Manchester United yang musim lalu harus absen dari kompetisi Eropa juga harus mengalami nasib tak jauh berbeda. Saat bertandang ke markas PSV Eindhoen, Setan merah yang mampu unggul lebih dulu, nyatanya harus rela mengakhiri laga dengan skor 2-1.
Hal berbeda justru terjadi pada klub asal Italia. Meski hanya mengirim dua wakil di Liga Champions Eropa, namun Italia seakan ingin menunjukan kalau mereka telah siap untuk masuk dalam persaingan kandidat jawara Eropa.
Selain Juventus yang berhasil menumbangkan Manchester City dengan skor 1-2, AS Roma yang musim ini ngotot membenahi skuat utama, secara mengejutkan berhasil menahan imbang Barcelona yang musim lalu keluar sebagai jawara Liga Champion Eropa. Dengan pola permainan yang sangat disiplin, klub ibu kota Italia ini berhasil membuat klub asal Catalan yang terkenal dengan gaya tiki-taka, tak bisa mengembangkan pola permainan mereka.
Hal ini kemudian menimbulkan kekhawatiran banyak pengamat Liga Inggris. Bila performa klub asal Britania Raya di level Eropa tak juga bisa berubah, maka Liga Inggris harus siap mendapat pengurangan jatah slot ke pentas Eropa di setiap musimnya.
(rus)