Soal Teror Paris, FIGC: Stadion Tempat Perdamaian
A
A
A
MILAN - Presiden Federasi Sepak Bola Italia (FIGC) Carlo Tavecchio mengucapkan rasa belasungkawa dan simpati atas serangkaian teror yang terjadi di Paris, Jumat (13/11/2015) malam waktu setempat. Solidaritas yang itu ditunjukan langsung pada situs resmi mereka.
"Kami selalu di sisi Anda. Dalam menghadapi serangkaian teror pembunuhan yang melanda Paris, sepak bola dan nilai-nilainya harus membantu kami lebih dari sebelumnya untuk mengalahkan kekerasan dan membuat stadion menjadi tempat perdamaian," demikian pernyataan resmi FIGC, Minggu (15/11/2015).
Serangkaian serangan teror melanda Paris, Prancis, sepanjang Jumat (13/11/2015) malam waktu setempat. Setidaknya ada enam tempat yang menjadi sasaran serangan itu, termasuk sebuah stadion tempat digelarnya pertandingan sepak bola yang dihadiri Presiden Prancis Francois Hollande. (Baca juga: 6 Lokasi dan Korban Rangkaian Serangan Teror di Paris)
Delapan pelaku aksi teror di Paris dilaporkan tewas dimana tujuh diantaranya adalah pelaku bom bunuh diri. Menurut juru bicara Kejaksaan Paris, Agnes Thibault-Lecuivre, tiga pelaku teror tewas saat melakukan aksi bom bunuh diri di luar stadion nasional Stade de France saat pertandingan persahabatan antara tim nasional Prancis dengan tim nasional Jerman, seperti dikutip dari laman Daily Mail. (Baca juga: Presiden FFF Takut Ancaman Teror Paris Ganggu Piala Eropa 2016)
Beralih ke FIGC, Tavecchio telah meminta kepada UEFA untuk mengheningkan cipta selama satu menit di laga Italia versus Rumania, Selasa (17/11/2015) malam waktu setempat. Menurutnya, dunia sepak bola telah datang bersama-sama dalam solidaritas dengan Perancis menyusul serangan teror yang terjadi selama laga persahabatan Prancis versus Jerman di Stadion Stade de France.
"Saya telah meminta UEFA untuk mendahului pertandingan antara Italia dan Rumania dengan keheningan cipta selama satu menit. Ini adalah serangan serius pada masyarakat, pada warga, dan itu tak terelakkan bahwa pertanyaan akan dibangkitkan tentang tragedi ini. Politik harus memainkan perannya, berkaitan dengan Federasi, kami mengungkapkan solidaritas kami dalam dan tulus dengan Perancis, dengan korban dan dengan keluarga mereka," tutup Tavecchio.
"Kami selalu di sisi Anda. Dalam menghadapi serangkaian teror pembunuhan yang melanda Paris, sepak bola dan nilai-nilainya harus membantu kami lebih dari sebelumnya untuk mengalahkan kekerasan dan membuat stadion menjadi tempat perdamaian," demikian pernyataan resmi FIGC, Minggu (15/11/2015).
Serangkaian serangan teror melanda Paris, Prancis, sepanjang Jumat (13/11/2015) malam waktu setempat. Setidaknya ada enam tempat yang menjadi sasaran serangan itu, termasuk sebuah stadion tempat digelarnya pertandingan sepak bola yang dihadiri Presiden Prancis Francois Hollande. (Baca juga: 6 Lokasi dan Korban Rangkaian Serangan Teror di Paris)
Delapan pelaku aksi teror di Paris dilaporkan tewas dimana tujuh diantaranya adalah pelaku bom bunuh diri. Menurut juru bicara Kejaksaan Paris, Agnes Thibault-Lecuivre, tiga pelaku teror tewas saat melakukan aksi bom bunuh diri di luar stadion nasional Stade de France saat pertandingan persahabatan antara tim nasional Prancis dengan tim nasional Jerman, seperti dikutip dari laman Daily Mail. (Baca juga: Presiden FFF Takut Ancaman Teror Paris Ganggu Piala Eropa 2016)
Beralih ke FIGC, Tavecchio telah meminta kepada UEFA untuk mengheningkan cipta selama satu menit di laga Italia versus Rumania, Selasa (17/11/2015) malam waktu setempat. Menurutnya, dunia sepak bola telah datang bersama-sama dalam solidaritas dengan Perancis menyusul serangan teror yang terjadi selama laga persahabatan Prancis versus Jerman di Stadion Stade de France.
"Saya telah meminta UEFA untuk mendahului pertandingan antara Italia dan Rumania dengan keheningan cipta selama satu menit. Ini adalah serangan serius pada masyarakat, pada warga, dan itu tak terelakkan bahwa pertanyaan akan dibangkitkan tentang tragedi ini. Politik harus memainkan perannya, berkaitan dengan Federasi, kami mengungkapkan solidaritas kami dalam dan tulus dengan Perancis, dengan korban dan dengan keluarga mereka," tutup Tavecchio.
(akr)