FIFA Alami Krisis Terbesar Sepanjang Sejarah
A
A
A
NYON - Organisasi sepak bola dunia (FIFA) dilanda krisis keuangan. Menurut laporan Sky Sports, Kamis (3/12/2015) FIFA sampai mengalami kerugian hingga 67 juta pounds atau setara Rp 1,3 triliun.
Derita makin lengkap sebab sejumlah perusahaan mengakhiri kerja sama dengan FIFA. Kerugian ini menjadi yang terbesar sejak 2001 lalu.
FIFA belum berencana mencari sponsor lagi. Sebab mereka tengah fokus mempersiapkan diri untuk pemilihan kepengurusan baru.
"Jangan berpikir bahwa FIFA sudah mati. Saya pastikan akan ada reformasi setelah kongres dan FIFA pasti memiliki masa depan yang lebih baik," ucap anggota Exco FIFA, Michel D'Hooghe.
"Ini krisis tang mendalam. Namun kami harus menghadapinya dengan sabar. Secara finansial segalanya memang terasa sulit. Namun saya yakin, dalam jangka panjang FIFA pasti bisa mengtasi masalah ini," tambahnya.
Beberapa media luar menyebutkan bahwa krisis ini bisa terjadi karena adanya kasus korpusi di tubuh internal FIFA. Beberapa waktu lalu, 18 pejabat FIFA dinyatakan sebagai tersangka. Bahkan Sepp Blatter yang menjabat sebagai Presiden FIFA ikut terseret dalam kasus tersebut.
Derita makin lengkap sebab sejumlah perusahaan mengakhiri kerja sama dengan FIFA. Kerugian ini menjadi yang terbesar sejak 2001 lalu.
FIFA belum berencana mencari sponsor lagi. Sebab mereka tengah fokus mempersiapkan diri untuk pemilihan kepengurusan baru.
"Jangan berpikir bahwa FIFA sudah mati. Saya pastikan akan ada reformasi setelah kongres dan FIFA pasti memiliki masa depan yang lebih baik," ucap anggota Exco FIFA, Michel D'Hooghe.
"Ini krisis tang mendalam. Namun kami harus menghadapinya dengan sabar. Secara finansial segalanya memang terasa sulit. Namun saya yakin, dalam jangka panjang FIFA pasti bisa mengtasi masalah ini," tambahnya.
Beberapa media luar menyebutkan bahwa krisis ini bisa terjadi karena adanya kasus korpusi di tubuh internal FIFA. Beberapa waktu lalu, 18 pejabat FIFA dinyatakan sebagai tersangka. Bahkan Sepp Blatter yang menjabat sebagai Presiden FIFA ikut terseret dalam kasus tersebut.
(bep)