Kompetisi Mati Suri, Persela Ogah Ganti Pelatih
A
A
A
LAMONGAN - Persela Lamongan belum tergoda untuk menggusur posisi Didi Ludiyanto dari kursi nakhoda tim. Sebelum adanya kepastian kompetisi reguler, Persela tidak pusing memikirkan sosok pelatih.
Berbeda dengan sejumlah klub yang mencoba peruntungan dengan mengubah susunan staf kepelatihan, misalnya tetangga terdekat Persegres Gresik United. Persela Lamongan tetap memercayai Didik Ludiyanto sebagai nakhoda tim setelah ditinggal pelatih Iwan Setiawan beberapa bulan lalu.
Ini sekilas menunjukkan bahwa gairah Laskar Joko Tingkir tidak begitu menggelora di turnamen seperti Piala Presiden maupun Piala Jenderal Sudirman. Didik sendiri sudah dua kali gagal menembus babak penyisihan di dua turnamen tersebut walau sudah berupaya melakukan beberapa perubahan komposisi tim.
Manajer Persela Lamongan Yunan Achmady mengatakan, ada perbedaan besar antara kompetisi reguler dengan turnamen. Bukan berarti tidak berupaya mendapatkan prestasi di turnamen, namun persiapan jelas sangat berbeda antara dua event tersebut.
"Saya rasa perbedaannya sangat jelas, persiapan di turnamen tak seperti kompetisi ISL. Kami jelas akan lebih total dalam menghadapi kompetisi ISL, termasuk dalam pemilihan pelatih. Karena belum ada kepastian soal kompetisi, maka kami tidak terlalu ambisi mengganti pelatih kalau hanya untuk turnamen," jelas Yunan.
Momentum turnamen ini sekaligus untuk memberikan kesempatan kepada pelatih Didik Ludiyanto untuk mengembangkan kemampuannya. Karena jika nantinya kembali memasuki musim ISL, maka perannya akan kembali ke asisten pelatih sesuai lisensi kepelatihan yang dimilikinya.
Setelah memungkasi PJS 2015, tim Persela Lamongan kembali vakum sembari menunggu adanya event lagi. Didik Ludiyanto hingga sekarang tetap menjadi pelatih caretaker karena klub belum berhasrat mencari pelatih yang lebih berpengalaman untuk turnamen selanjutnya.
"Sampai saat ini kami tetap pada rencana semula, yakni memercayai coach Didik untuk mengatur tim. Kalau pun diperlukan pelatih baru yang berpengalaman, kita lihat saja nanti. Saya rasa tak perlu pelatih dengan kontrak mahal untuk sekelas turnamen,"papar dia.
Didik memang pernah menjadi pelatih caretaker selama setengah musim di ISL dua musim lalu dan bisa membawa Persela bertahan di kompetisi kasta tertinggi. Namun sentuhannya belum menunjukkan prospek meyakinkan ketika menakhodai Persela Lamongan di dua turnamen terakhir.
Terbatasnya waktu untuk persiapan, termasuk rekrutmen dan program latihan, menjadi problem tersendiri yang tak hanya dihadapi seorang Didik Ludiyanto. Alhasil, suporter LA Mania pun tak berharap banyak pada prestasi Persela di turnamen pengisi kekosongan kompetisi.
Berbeda dengan sejumlah klub yang mencoba peruntungan dengan mengubah susunan staf kepelatihan, misalnya tetangga terdekat Persegres Gresik United. Persela Lamongan tetap memercayai Didik Ludiyanto sebagai nakhoda tim setelah ditinggal pelatih Iwan Setiawan beberapa bulan lalu.
Ini sekilas menunjukkan bahwa gairah Laskar Joko Tingkir tidak begitu menggelora di turnamen seperti Piala Presiden maupun Piala Jenderal Sudirman. Didik sendiri sudah dua kali gagal menembus babak penyisihan di dua turnamen tersebut walau sudah berupaya melakukan beberapa perubahan komposisi tim.
Manajer Persela Lamongan Yunan Achmady mengatakan, ada perbedaan besar antara kompetisi reguler dengan turnamen. Bukan berarti tidak berupaya mendapatkan prestasi di turnamen, namun persiapan jelas sangat berbeda antara dua event tersebut.
"Saya rasa perbedaannya sangat jelas, persiapan di turnamen tak seperti kompetisi ISL. Kami jelas akan lebih total dalam menghadapi kompetisi ISL, termasuk dalam pemilihan pelatih. Karena belum ada kepastian soal kompetisi, maka kami tidak terlalu ambisi mengganti pelatih kalau hanya untuk turnamen," jelas Yunan.
Momentum turnamen ini sekaligus untuk memberikan kesempatan kepada pelatih Didik Ludiyanto untuk mengembangkan kemampuannya. Karena jika nantinya kembali memasuki musim ISL, maka perannya akan kembali ke asisten pelatih sesuai lisensi kepelatihan yang dimilikinya.
Setelah memungkasi PJS 2015, tim Persela Lamongan kembali vakum sembari menunggu adanya event lagi. Didik Ludiyanto hingga sekarang tetap menjadi pelatih caretaker karena klub belum berhasrat mencari pelatih yang lebih berpengalaman untuk turnamen selanjutnya.
"Sampai saat ini kami tetap pada rencana semula, yakni memercayai coach Didik untuk mengatur tim. Kalau pun diperlukan pelatih baru yang berpengalaman, kita lihat saja nanti. Saya rasa tak perlu pelatih dengan kontrak mahal untuk sekelas turnamen,"papar dia.
Didik memang pernah menjadi pelatih caretaker selama setengah musim di ISL dua musim lalu dan bisa membawa Persela bertahan di kompetisi kasta tertinggi. Namun sentuhannya belum menunjukkan prospek meyakinkan ketika menakhodai Persela Lamongan di dua turnamen terakhir.
Terbatasnya waktu untuk persiapan, termasuk rekrutmen dan program latihan, menjadi problem tersendiri yang tak hanya dihadapi seorang Didik Ludiyanto. Alhasil, suporter LA Mania pun tak berharap banyak pada prestasi Persela di turnamen pengisi kekosongan kompetisi.
(aww)