Isu Rasisme Jelang Final Putri Australia Terbuka 2016

Sabtu, 30 Januari 2016 - 11:13 WIB
Isu Rasisme Jelang Final Putri Australia Terbuka 2016
Isu Rasisme Jelang Final Putri Australia Terbuka 2016
A A A
MELBOURNE - Isu rasisme jadi perhatian khusus pihak penyelenggara Grand Slam Australia Terbuka 2016, jelang final putri antara Serena Williams versus Angelique Kerber, Sabtu (30/1/2016) sore WIB. Hal ini diketahui lantaran ulah dua penonton yang melakukan tindakan kurang mengenakkan selama ratu tenis dunia tampil di semifinal melawan Agnieszka Radwanska di semifinal.

Pasca memenangkan pertandingan melawan Radwanska, Serena dikejutkan dengan laporan wartawan yang menyebut jika ada dua penonton dengan mengenakan topeng hitam yang menutupi wajahnya sambil memegang poster bertuliskan "Keep calm and be." Entah apa motifnya, namun penggemar tenis di dunia langsung bereaksi terhadap pakaian kontroversial yang dikenakan oleh mereka. Bahkan tak sedikit yang mengatakan bahwa Australia adalah negara 'rasis'

"Ada penggemar Serena Williams di tribun penonton dengan memakai blackface," kicau wartawan Amerika Serikat, Russell Brown seperti dikutip DailyMail.

Kicauan itu langsung mendapatkan respon beragam dari pengguna jejaring sosial media atau biasa disebut netizen. "Australia adalah negara cukup rasis. Saya tidak sama sekali terkejut," sahut pemilik akun @lovelyfealways.

Saat ini Serena sedang sibuk mempersiapkan strategi jitu untuk merengkuh mahkota juara Australia Terbuka keenam kalinya. Selain itu ada salah satu target yang sedang dibidik unggulan pertama ini, yakni menyamai rekor 22 trofi grand slam milik Steffi Graf. Sebab di lemari kacanya, setidakya sudah terkumpul 21 gelar grand slam. Artinya, ia hanya membutuhkan satu trofi untuk menyamai pencapaian mantan legenda Jerman tersebut.
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6930 seconds (0.1#10.140)