Legenda Bulu Tangkis Indonesia Prihatin dengan Kondisi Tim Putri
A
A
A
BOGOR - Legenda bulu tangkis Indonesia, Christian Hadinata menyorot tajam penampilan tim putri di kancah internasional. Menurutnya, tim putri Indonesia sudah terlalu lama puasa gelar dan itu jadi pekerjaan besar untuk PBSI.
"Saya sebenarnya prihatin dengan kondisi tim putri kita. Dalam jumlahnya saja, tim putri kalah dari tim putra. Prestasi mereka juga tidak bagus lagi," ucapnya di sela-sela kegiatan coaching clinic Djarum Foundation, Sabtu (20/2/2016).
"Ini jadi tugas penting untuk kita semua. Masyarakat tentunya ingin tim putri kembali bersaing ketat di pentas internasional seperti era Susi Susanti, Mia Audina dan Sarwendah. Jadi saya harap kegiatan coaching clinic ini bisa memberikan hal positif pada atlet-atlet putri yang masih berusia muda," tambahnya.
Menurutnya, permasalahan ini bisa terjadi karena minat yang kurang dari atlet-atlet muda. Mereka kehilangan sosok panutan, tidak seperti tim putra yang memiliki contoh besar dalam diri Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Tommy Sugiarto atau Simon Santoso.
"Minat tentunya sangat mempengaruhi pada masalah ini. Dulu kita memiliki pemain-pemain hebat. Setelah era Susi Suanti, Mia Audina dan Sarwendah, Indonesia seperti punya jarak terlalu jauh khususnya dalam pengembangan atlet putri. Padahal anak-anak ingin melihat aksi idolanya," jelas Christian.
Hal senada diungkapkan Maria Kristin Yulianti. Mantan pemain di nomor tunggal putri tersebut melihat ada perbedaan terlalu jauh antara tim putra dengan tim putri.
"Beberapa tahun lalu memang iya seperti itu. Setelah era Susi Susanti dan Mia Audina, kita sulit menemukan pemain hebat di nomor tunggal putri," ucapnya.
"Namun menurut saya, sekarang sudah lebih baik. Kita punya Maria Febe, Lindaweni dan beberapa atlet muda lainnya. Mereka hanya butuh jam terbang dan tentu saja ini perkembangan bagus untuk bulu tangkis Indonesia," pungkasnya.
"Saya sebenarnya prihatin dengan kondisi tim putri kita. Dalam jumlahnya saja, tim putri kalah dari tim putra. Prestasi mereka juga tidak bagus lagi," ucapnya di sela-sela kegiatan coaching clinic Djarum Foundation, Sabtu (20/2/2016).
"Ini jadi tugas penting untuk kita semua. Masyarakat tentunya ingin tim putri kembali bersaing ketat di pentas internasional seperti era Susi Susanti, Mia Audina dan Sarwendah. Jadi saya harap kegiatan coaching clinic ini bisa memberikan hal positif pada atlet-atlet putri yang masih berusia muda," tambahnya.
Menurutnya, permasalahan ini bisa terjadi karena minat yang kurang dari atlet-atlet muda. Mereka kehilangan sosok panutan, tidak seperti tim putra yang memiliki contoh besar dalam diri Mohammad Ahsan, Hendra Setiawan, Tommy Sugiarto atau Simon Santoso.
"Minat tentunya sangat mempengaruhi pada masalah ini. Dulu kita memiliki pemain-pemain hebat. Setelah era Susi Suanti, Mia Audina dan Sarwendah, Indonesia seperti punya jarak terlalu jauh khususnya dalam pengembangan atlet putri. Padahal anak-anak ingin melihat aksi idolanya," jelas Christian.
Hal senada diungkapkan Maria Kristin Yulianti. Mantan pemain di nomor tunggal putri tersebut melihat ada perbedaan terlalu jauh antara tim putra dengan tim putri.
"Beberapa tahun lalu memang iya seperti itu. Setelah era Susi Susanti dan Mia Audina, kita sulit menemukan pemain hebat di nomor tunggal putri," ucapnya.
"Namun menurut saya, sekarang sudah lebih baik. Kita punya Maria Febe, Lindaweni dan beberapa atlet muda lainnya. Mereka hanya butuh jam terbang dan tentu saja ini perkembangan bagus untuk bulu tangkis Indonesia," pungkasnya.
(bep)