Terkait Pengaturan Skor, Lusinan Petenis Top Terancam Diadili
A
A
A
CREMONA - Isu adanya match fixing atau pengaturan skor di cabang olah raga tenis terus berkembang. Kali ini Jaksa Italia Roberto Di Martino menyerukan Unit Integritas Tenis (TIU) untuk menyelidiki lusinan petenis yang diduga terlibat judi olah raga.
Seperti diberitakan The Guardian, Selasa (15/3/2016), Di Martino yang merupakan jaksa Provinsi Cremona, Italia, meminta otoritas tenis mesti bergerak mengusut judi yang dilakukan petenis. Hal tersebut tak lepas dari bukti yang ia kumpulkan dari dua petenis Italia Potito Starace dan Daniele Bracciali.
Di Martino menilai kasus tersebut belum berakhir sampai di situ. Ia mengklaim ada sekitar 24 petenis lain yang diduga terlibat judi olah raga berdasarkan bukti rekaman pembicaraan di telepon dan aktivitas mereka di internet. "Sesungguhnya jika ada petenis Italia, mereka layak dipertanyakan," ungkapnya kepada BBC.
Di Martino menambahkan, 24 orang yang diminta diusut justru petenis top papan atas. "Menariknya, mereka bukanlah pemain kelas kedua. Beberapa dari mereka adalah pemain penting," tambahnya.
Starace merupakan petenis peringkat 170 dunia dan sempat masuk 30 besar dunia. Sedangkan Bracciali yang sudah berusia 37 tahun, pernah masuk 50 besar dunia. Keduanya diduga terlibat pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola Mei lalu.
Meski langsung membantah, Starace dan Bracciali akhirnya dihukum setelah Federasi Tenis Italia (FIT). Keduanya langsung dilarang berkecimpung di turnamen apapun selama 40 hari hingga pengusutan tuntas.
Seperti diberitakan The Guardian, Selasa (15/3/2016), Di Martino yang merupakan jaksa Provinsi Cremona, Italia, meminta otoritas tenis mesti bergerak mengusut judi yang dilakukan petenis. Hal tersebut tak lepas dari bukti yang ia kumpulkan dari dua petenis Italia Potito Starace dan Daniele Bracciali.
Di Martino menilai kasus tersebut belum berakhir sampai di situ. Ia mengklaim ada sekitar 24 petenis lain yang diduga terlibat judi olah raga berdasarkan bukti rekaman pembicaraan di telepon dan aktivitas mereka di internet. "Sesungguhnya jika ada petenis Italia, mereka layak dipertanyakan," ungkapnya kepada BBC.
Di Martino menambahkan, 24 orang yang diminta diusut justru petenis top papan atas. "Menariknya, mereka bukanlah pemain kelas kedua. Beberapa dari mereka adalah pemain penting," tambahnya.
Starace merupakan petenis peringkat 170 dunia dan sempat masuk 30 besar dunia. Sedangkan Bracciali yang sudah berusia 37 tahun, pernah masuk 50 besar dunia. Keduanya diduga terlibat pengaturan skor dalam pertandingan sepak bola Mei lalu.
Meski langsung membantah, Starace dan Bracciali akhirnya dihukum setelah Federasi Tenis Italia (FIT). Keduanya langsung dilarang berkecimpung di turnamen apapun selama 40 hari hingga pengusutan tuntas.
(sha)