Leicester Tanpa Vardy, Siapa Juru Gedor Andalan Ranieri?
A
A
A
LEICESTER - Leicester City kehilangan striker andalan Jamie Vardy melawan Swansea City pada lanjutan Liga Primer di King Power Stadium, Minggu (24/4/2016). Ini menjadi pekerjaaan rumah Pelatih Claudio Ranieri untuk meracik tim yang mumpuni tanpa Vardy, demi memburu trofi Liga Primer musim ini.
Vardy diusir wasit Jon Moss saat Leicester ditahan West Ham United 2-2 dalam drama di King Power Stadium, Minggu (17/4/2016). Penyerang kelahiran Sheffield, Inggris, 11 Januari 1987, itu mendapat kartu kuning kedua setelah dinilai diving saat berjibaku dengan Angelo Ogbonna di kotak penalti West Ham. (Baca juga: FA Tunggu Laporan Wasit Jon Moss Soal Telunjuk Vardy).
Pada laga itu, gol Leicester dicetak Jamie Vardy menit ke-18 dan Leonardo Ulloa (90+5) dari titik penalti, sedangkan gol West Ham dicetak Andy Carroll (84pen) dan Aaron Cresswell (86).
Kehilangan Vardy akan menjadi problem bagi Raniery. Vardy selalu menjadi starter dalam 34 laga Liga Primer dan telah mencetak 22 gol sejauh ini. Vardy hanya dua kali tampil dari bangku cadangan.
Vardy hanya absen tiga kali membela Leicester, itu pun di laga Piala Liga (Capital One Cup) dan Piala FA. Tanpa Vardy, hasilnya Leicester menang 4-1 melawan Bury di Piala Liga, menang 2-1 atas West Ham (babak perpanjangan setelah waktu normal berakhir 1-1) di Piala Liga, serta hasil imbang 2-2 melawan Tottenham Hotspur di Piala FA.
Tanpa Vardy, Raneri punya sejumlah pilihan pemain untuk menjadi ujung tombak dalam formasi favorit 4-2-3-1. Penyerang asal Jepang Shinji Okazaki bisa menjadi alternatif. Mantan striker VfB Stuttgart itu selalu menjadi starter dalam 14 laga terakhir Leicester di Liga Primer, dan biasa di posisikan di belakang Vardy dalam formasi 4-2-3-1. Meski baru mengemas lima gol, namun Okazaki dipuji karena punya skill, pekerja keras, dan kontribusinya besar di tim.
Striker lainnya adalah Leonardo Ulloa. Penyerang asal Argentina itu hanya lima kali jadi starter, tapi 21 kali menjadi pengganti menunjukkan betapa pentingnya dia. Musim lalu Ulloa mencetak 11 gol di Liga Primer, dan musim ini baru tiga gol.
Atau pilihan lain adalah dengan mengubah formasi menjadi 4-4-2. Ini pernah dilakukan Ranieri saat Vardy absen di laga kontra West Ham (menang 2-1) pada ajang Piala Liga. Ranieri menduetkan Andrej Kramaric dengan Ulloa di depan. Bisa saja Ranieri memasang duet Okazaki dengan Ulloa.
Namun, statistik Opta menyebutkan, Leicester lebih efektif jika menurunkan tiga gelandang serang di belakang satu striker. Pendekatan itu terlihat sempurna di Stadion Liberty, saat Leicester menang 3-0 atas Swansea pada Desember 2015. Pada laga itu Marc Albrighton, Ulloa, dan Riyad Mahrez adalah tiga pemain yang beroperasi di belakang Vardy.
Ranieri bisa menggunakan trio yang sama di belakang Okazaki pada hari Minggu melawan Swansea. sedangkan Kante dan Danny Drinkwater sebagai gelandang bertahan, dengan kuartet Fuchs, Huth, Morgan, dan Simpson di lini pertahanan.
Vardy diusir wasit Jon Moss saat Leicester ditahan West Ham United 2-2 dalam drama di King Power Stadium, Minggu (17/4/2016). Penyerang kelahiran Sheffield, Inggris, 11 Januari 1987, itu mendapat kartu kuning kedua setelah dinilai diving saat berjibaku dengan Angelo Ogbonna di kotak penalti West Ham. (Baca juga: FA Tunggu Laporan Wasit Jon Moss Soal Telunjuk Vardy).
Pada laga itu, gol Leicester dicetak Jamie Vardy menit ke-18 dan Leonardo Ulloa (90+5) dari titik penalti, sedangkan gol West Ham dicetak Andy Carroll (84pen) dan Aaron Cresswell (86).
Kehilangan Vardy akan menjadi problem bagi Raniery. Vardy selalu menjadi starter dalam 34 laga Liga Primer dan telah mencetak 22 gol sejauh ini. Vardy hanya dua kali tampil dari bangku cadangan.
Vardy hanya absen tiga kali membela Leicester, itu pun di laga Piala Liga (Capital One Cup) dan Piala FA. Tanpa Vardy, hasilnya Leicester menang 4-1 melawan Bury di Piala Liga, menang 2-1 atas West Ham (babak perpanjangan setelah waktu normal berakhir 1-1) di Piala Liga, serta hasil imbang 2-2 melawan Tottenham Hotspur di Piala FA.
Tanpa Vardy, Raneri punya sejumlah pilihan pemain untuk menjadi ujung tombak dalam formasi favorit 4-2-3-1. Penyerang asal Jepang Shinji Okazaki bisa menjadi alternatif. Mantan striker VfB Stuttgart itu selalu menjadi starter dalam 14 laga terakhir Leicester di Liga Primer, dan biasa di posisikan di belakang Vardy dalam formasi 4-2-3-1. Meski baru mengemas lima gol, namun Okazaki dipuji karena punya skill, pekerja keras, dan kontribusinya besar di tim.
Striker lainnya adalah Leonardo Ulloa. Penyerang asal Argentina itu hanya lima kali jadi starter, tapi 21 kali menjadi pengganti menunjukkan betapa pentingnya dia. Musim lalu Ulloa mencetak 11 gol di Liga Primer, dan musim ini baru tiga gol.
Atau pilihan lain adalah dengan mengubah formasi menjadi 4-4-2. Ini pernah dilakukan Ranieri saat Vardy absen di laga kontra West Ham (menang 2-1) pada ajang Piala Liga. Ranieri menduetkan Andrej Kramaric dengan Ulloa di depan. Bisa saja Ranieri memasang duet Okazaki dengan Ulloa.
Namun, statistik Opta menyebutkan, Leicester lebih efektif jika menurunkan tiga gelandang serang di belakang satu striker. Pendekatan itu terlihat sempurna di Stadion Liberty, saat Leicester menang 3-0 atas Swansea pada Desember 2015. Pada laga itu Marc Albrighton, Ulloa, dan Riyad Mahrez adalah tiga pemain yang beroperasi di belakang Vardy.
Ranieri bisa menggunakan trio yang sama di belakang Okazaki pada hari Minggu melawan Swansea. sedangkan Kante dan Danny Drinkwater sebagai gelandang bertahan, dengan kuartet Fuchs, Huth, Morgan, dan Simpson di lini pertahanan.
(sha)