Prandelli berani ambil risiko menyerang
A
A
A
Sindonews.com - Cesare Prandelli tidak mau pasukannya fokus bertahan saat menghadapi Jerman di babak semifinal Piala Eropa 2012. Mantan arsitek Fiorentina itu meminta Gli Azzurri mengambil risiko pada laga di National Stadium,Warsawa, Kamis (28/6).
Prandelli mengingatkan pasukannya untuk membuang pikiran bermain bertahan setelah berhasil mengungguli lawan dan memenuhi kotak penalti demi menjaga keunggulan. Pasalnya, itu tidak akan berguna menghadapi tim sekaliber Jerman. Der Panzer pasti akan ngotot memenangi pertandingan.
“Kami harus mengambil risiko dan tidak hanya bertahan di kotak penalti. Itu akan berbahaya jika Jerman mencetak gol dulu lewat serangan balik. Bisa jadi mereka akan memaksa kami untuk terus bertahan. Karena itu, kami juga harus berani menyerang,” ucap Prandelli, dikutip Reuters.
Cukup berisiko tampil menyerang saat menghadapi Jerman. Rata-rata menerapkan permainan bertahan,dengan harapan terhindar dari kekalahan. Pasalnya, bermain terbuka bisa dibilang bunuh diri saat menghadapi armada Joachim Loew. Pasalnya permainan ini yang ini yang paling disukai Philipp Lahm dkk.
Biasanya Jerman yang memenangi pertandingan jika lawan tampil ofensif. Itu terlihat saat menghadapi Portugal dan Belanda pada penyisihan Grup B. Keduanya juga sama-sama tampil menyerang, tapi Jerman yang keluar sebagai pemenang. Jika lawan bermain terbuka, Jerman bisa leluasa menusuk ke jantung pertahanan.
Apalagi, banyak pemain Jerman yang berkarakter menyerang. Meski diakui cukup berbahaya jika Italia berniat menghadapi Jerman secara frontal, Prandelli tidak berpikir demikian. Sebab, hanya bertahan memiliki risiko yang sama jika meladeni Jerman.
Buktinya, Yunani yang menumpuk banyak pemain di lini belakang tetap kalah 2-4 pada perempat final. Jerman bisa menguasai pertandingan lantaran pertahanannya jarang mendapat ancaman.
''Kami harus menyerang.Tidak ada jaminan kami bisa mencegah Jerman mencetak gol jika hanya bertahan. Jerman memiliki banyak pemain dengan insting mencetak gol,” tambah Prandelli. Anjuran tampil menyerang disampaikan Prandelli juga untuk merusak agresivitas lawan.
Apalagi, Jerman kerap memetik kemenangan jika memimpin lebih dulu. Karena itulah, Prandelli meminta semua anggota lini depan lebih ganas saat di lapangan. Permintaan Prandelli muncul lantaran kinerja para penyerangnya kurang memuaskan saat meladeni Inggris di perempat final.
Meski saat itu Italia menguasai bola hingga 68%, tidak ada gol yang tercipta. Prandelli juga minta anak asuhnya mewaspadai tipu muslihat Jerman. Der Panzer terkadang menipu lawan dengan memberi harapan palsu. Itu terlihat ketika menghadapi Yunani.
Pada laga itu, Jerman menyerang total sejak babak pertama dan memimpin 1-0. Tapi setelah babak kedua, Jerman menurunkan tempo, seakan menunjukkan mereka kehabisan energi. Nyatanya, itu hanya taktik mereka untuk membuat lawan lengah. Namun, niat Prandelli mengusung sepak bola menyerang terkendala dengan problem di lini depan.
Menurut mantan pelatih timnas Inggris Fabio Capello, melawan Jerman, Italia terpaksa mengandalkan duet Mario Balotelli dan Antonio Cassano. Sejauh ini Italia hanya mencetak empat gol dalam empat laga Piala Eropa 2012.
“Saya lihat Italia tampil bagus melawan Inggris, tapi tidak punya peluang. Italia tak punya striker yang bisa menyelesaikan kan peluang,” katanya. “Cassano pemain berkelas, kualitas bagus, tapi tidak bisa mengandalkan darinya,” imbuh Capello.
Prandelli mengingatkan pasukannya untuk membuang pikiran bermain bertahan setelah berhasil mengungguli lawan dan memenuhi kotak penalti demi menjaga keunggulan. Pasalnya, itu tidak akan berguna menghadapi tim sekaliber Jerman. Der Panzer pasti akan ngotot memenangi pertandingan.
“Kami harus mengambil risiko dan tidak hanya bertahan di kotak penalti. Itu akan berbahaya jika Jerman mencetak gol dulu lewat serangan balik. Bisa jadi mereka akan memaksa kami untuk terus bertahan. Karena itu, kami juga harus berani menyerang,” ucap Prandelli, dikutip Reuters.
Cukup berisiko tampil menyerang saat menghadapi Jerman. Rata-rata menerapkan permainan bertahan,dengan harapan terhindar dari kekalahan. Pasalnya, bermain terbuka bisa dibilang bunuh diri saat menghadapi armada Joachim Loew. Pasalnya permainan ini yang ini yang paling disukai Philipp Lahm dkk.
Biasanya Jerman yang memenangi pertandingan jika lawan tampil ofensif. Itu terlihat saat menghadapi Portugal dan Belanda pada penyisihan Grup B. Keduanya juga sama-sama tampil menyerang, tapi Jerman yang keluar sebagai pemenang. Jika lawan bermain terbuka, Jerman bisa leluasa menusuk ke jantung pertahanan.
Apalagi, banyak pemain Jerman yang berkarakter menyerang. Meski diakui cukup berbahaya jika Italia berniat menghadapi Jerman secara frontal, Prandelli tidak berpikir demikian. Sebab, hanya bertahan memiliki risiko yang sama jika meladeni Jerman.
Buktinya, Yunani yang menumpuk banyak pemain di lini belakang tetap kalah 2-4 pada perempat final. Jerman bisa menguasai pertandingan lantaran pertahanannya jarang mendapat ancaman.
''Kami harus menyerang.Tidak ada jaminan kami bisa mencegah Jerman mencetak gol jika hanya bertahan. Jerman memiliki banyak pemain dengan insting mencetak gol,” tambah Prandelli. Anjuran tampil menyerang disampaikan Prandelli juga untuk merusak agresivitas lawan.
Apalagi, Jerman kerap memetik kemenangan jika memimpin lebih dulu. Karena itulah, Prandelli meminta semua anggota lini depan lebih ganas saat di lapangan. Permintaan Prandelli muncul lantaran kinerja para penyerangnya kurang memuaskan saat meladeni Inggris di perempat final.
Meski saat itu Italia menguasai bola hingga 68%, tidak ada gol yang tercipta. Prandelli juga minta anak asuhnya mewaspadai tipu muslihat Jerman. Der Panzer terkadang menipu lawan dengan memberi harapan palsu. Itu terlihat ketika menghadapi Yunani.
Pada laga itu, Jerman menyerang total sejak babak pertama dan memimpin 1-0. Tapi setelah babak kedua, Jerman menurunkan tempo, seakan menunjukkan mereka kehabisan energi. Nyatanya, itu hanya taktik mereka untuk membuat lawan lengah. Namun, niat Prandelli mengusung sepak bola menyerang terkendala dengan problem di lini depan.
Menurut mantan pelatih timnas Inggris Fabio Capello, melawan Jerman, Italia terpaksa mengandalkan duet Mario Balotelli dan Antonio Cassano. Sejauh ini Italia hanya mencetak empat gol dalam empat laga Piala Eropa 2012.
“Saya lihat Italia tampil bagus melawan Inggris, tapi tidak punya peluang. Italia tak punya striker yang bisa menyelesaikan kan peluang,” katanya. “Cassano pemain berkelas, kualitas bagus, tapi tidak bisa mengandalkan darinya,” imbuh Capello.
(aww)