Carlo Pernat: Marquez Tak Tangguh, Hati-hati Rossi, Lorenzo Residivis
A
A
A
MISANO - “Di Misano, kutukan Pedrosa kembali hadir. Rossi masih dalam perburuan gelar, tapi Marquez tidak tangguh lagi seperti di masa lalu, sedang bagi Lorenzo sudah cukup!”
Ya, itulah sekelumit komentar dari pengamat Kejuaraan Dunia Balap GP Motor senior asal Italia, Carlo Pernat, dari hasil lomba GP San Marino 2016 di Sirkuit Misano, Minggu (11/9) malam WIB.
Seperti dalam blog dan hasil wawancaranya di situs GPOne, kami coba mensarikannya berikut ini.
“Dan akhirnya tibalah hari Dani Pedrosa. Di Misano, dia adalah pembalap kedelapan berbeda yang secara beruntun memenangkan gelar seri di MotoGP 2016. Pilihan ban depan soft terbayar, untuk menjadikannya sebagai protagonis lewat sebuah comeback super yang membuatnya menanjak di podium teratas.”
“Di belakangnya ada Valentino Rossi, yang terpaksa harus puas di tempat kedua di depan Lorenzo. Sementara Marquez harus bermain defensif, dengan keunggulannya terpangkas sekitar tujuh poin.”
Pedrosa, siapa sangka?
“Saat ini, Valentino harus lebih berhati-hati dengan Pedrosa dan Marquez, karena duet mereka berdua seakan menjadi sebuah kutukan baginya. Faktanya, motor Honda nomor 26 itu belum memenangkan gelar seri lagi di MotoGP sejak GP Malaysia, di Sirkuit Sepang, tahun lalu (saat terjadinya insiden tendangan kaki Rossi ke motor Marquez).”
“Saya pikir ada peran penting dari kemenangan Pedrosa di Misano, karena hasil ini telah mencegah Rossi memangkas lima poin tambahan dari Marquez. Walau begitu, permainan untuk gelar juara dunia masih belum tertutup, pastinya Rossi akan berusaha sebisanya.”
Marquez memainkan sisi lain dengan Honda?
“Sebuah panduan yang aneh, pada Jumat sepertinya dia memiliki kans (berjuang finis di podium). Karena dia selalu berusaha memacu motornya hingga batas maksimal, yang membuatnya kembali mencium aspal (terjatuh di tanah).”
“Namun saat balapan, dia berlomba dengan buruk. Karena Marc yang kita tahu akan berusaha membawa pulang titel juara dunia dengan memenangkan balapan demi balapan. Namun kini dia terlihat tidak tangguh seperti dulu. Meski begitu dia terlihat bahagia, meskipun pada aspek ini menyisakan banyak keraguan.”
Sebuah Minggu pahit buat Ducati?
“Kita mengharapkan sesuatu yang lebih dari Ducati, walau Pirro dan Dovi telah berusaha melakukan yang terbaik. Mungkin tidak tampilnya Iannone agak berpengaruh. Sayangnya hal ini memang tidak salah, karena karakter Sirkuit Misano memang bukan trek favorit Ducati. Namun di GP Aragon, mereka harus membalasnya.”
Perang komentar antara Rossi-Lorenzo makin panas usai balapan?
“Jorge tampak membosankan dengan kontroversi gratisan ini. Justru dia adalah sang residivis.”
“Faktanya, kita juga pernah tahu dia pernah melontarkan komplain dan kritikan yang sama kepada (mendiang) Simoncelli, kemudian Iannone dan sekarang Rossi.”
“Dan tentu akan lebih baik jika (dia) kembali ke (titahnya) menunjukkan jati dirinya sebagai seorang pembalap, sebagaimana dalam kejahatan olah raga, kita semua mengerti.”
Ya, itulah sekelumit komentar dari pengamat Kejuaraan Dunia Balap GP Motor senior asal Italia, Carlo Pernat, dari hasil lomba GP San Marino 2016 di Sirkuit Misano, Minggu (11/9) malam WIB.
Seperti dalam blog dan hasil wawancaranya di situs GPOne, kami coba mensarikannya berikut ini.
“Dan akhirnya tibalah hari Dani Pedrosa. Di Misano, dia adalah pembalap kedelapan berbeda yang secara beruntun memenangkan gelar seri di MotoGP 2016. Pilihan ban depan soft terbayar, untuk menjadikannya sebagai protagonis lewat sebuah comeback super yang membuatnya menanjak di podium teratas.”
“Di belakangnya ada Valentino Rossi, yang terpaksa harus puas di tempat kedua di depan Lorenzo. Sementara Marquez harus bermain defensif, dengan keunggulannya terpangkas sekitar tujuh poin.”
Pedrosa, siapa sangka?
“Saat ini, Valentino harus lebih berhati-hati dengan Pedrosa dan Marquez, karena duet mereka berdua seakan menjadi sebuah kutukan baginya. Faktanya, motor Honda nomor 26 itu belum memenangkan gelar seri lagi di MotoGP sejak GP Malaysia, di Sirkuit Sepang, tahun lalu (saat terjadinya insiden tendangan kaki Rossi ke motor Marquez).”
“Saya pikir ada peran penting dari kemenangan Pedrosa di Misano, karena hasil ini telah mencegah Rossi memangkas lima poin tambahan dari Marquez. Walau begitu, permainan untuk gelar juara dunia masih belum tertutup, pastinya Rossi akan berusaha sebisanya.”
Marquez memainkan sisi lain dengan Honda?
“Sebuah panduan yang aneh, pada Jumat sepertinya dia memiliki kans (berjuang finis di podium). Karena dia selalu berusaha memacu motornya hingga batas maksimal, yang membuatnya kembali mencium aspal (terjatuh di tanah).”
“Namun saat balapan, dia berlomba dengan buruk. Karena Marc yang kita tahu akan berusaha membawa pulang titel juara dunia dengan memenangkan balapan demi balapan. Namun kini dia terlihat tidak tangguh seperti dulu. Meski begitu dia terlihat bahagia, meskipun pada aspek ini menyisakan banyak keraguan.”
Sebuah Minggu pahit buat Ducati?
“Kita mengharapkan sesuatu yang lebih dari Ducati, walau Pirro dan Dovi telah berusaha melakukan yang terbaik. Mungkin tidak tampilnya Iannone agak berpengaruh. Sayangnya hal ini memang tidak salah, karena karakter Sirkuit Misano memang bukan trek favorit Ducati. Namun di GP Aragon, mereka harus membalasnya.”
Perang komentar antara Rossi-Lorenzo makin panas usai balapan?
“Jorge tampak membosankan dengan kontroversi gratisan ini. Justru dia adalah sang residivis.”
“Faktanya, kita juga pernah tahu dia pernah melontarkan komplain dan kritikan yang sama kepada (mendiang) Simoncelli, kemudian Iannone dan sekarang Rossi.”
“Dan tentu akan lebih baik jika (dia) kembali ke (titahnya) menunjukkan jati dirinya sebagai seorang pembalap, sebagaimana dalam kejahatan olah raga, kita semua mengerti.”
(sbn)