Christophe Dugarry: Bagi Saya, Barcelona Seperti Neraka

Kamis, 15 September 2016 - 13:10 WIB
Christophe Dugarry:...
Christophe Dugarry: Bagi Saya, Barcelona Seperti Neraka
A A A
PARIS - Singkat dan tidak sukses semasa membela FC Barcelona. Ya, Chritophe Dugarry baru saja membuka tabir kelam masa lalunya saat menjadi salah satu pemain klub raksasa asal Catalonia tersebut.

Dugarry mengawali karier sepak bola profesionalnya bersama Bordeaux di Ligue 1 Prancis pada 1988. Sempat terjun ke Ligue 2, pria kelahiran Lormont itu tetap setia.

Berkat bantuan dari dua pilar Bordeaux lainnya, yakni Bixente Lizarazu dan Zinedine Zidane. Dugarry ikutan sukses Girondins meraih Piala Intertoto 1995 hingga tampi di partai puncak Piala UEFA 1996.

Sayang di final tersebut, Bordeaux kalah agregat 1-5 pada dua leg dari klub yang akhirnya merekrut Lizarazu satu musim setelah itu, Bayern Muenchen. Pasca sukses itu, trio Bordeaux meninggalkan Stade du Parc Lescure.

Usai Lizarazu direkrut Athletic Bilbao, Dugarry menjajal peruntungan di luar negeri saat AC Milan memboyongnya ke Stadio San Siro pada musim panas 1996. Sedang Juventus memiliki mata elang kala mendatangkan Zidane yang akhirnya menjadi legenda di sana.

Kembali ke Dugarry, di klub yang telah disingkirkannya pada babak perempat-final Piala UEFA 1996 tersebut (Milan), dia gagal bersinar. Sumbangan 5 gol dari 27 pertandingan di berbagai ajang, jelas bukan sebuah prestasi membanggakan darinya, meski selama periode 1988-1996 Dugarry menceploskan 34 gol dari 187 laga bersama Bordeaux.
Christophe Dugarry saat di Barcelona dalam asuhan Louis van Gaal (marca.es)
Lucunya, Barcelona malah mengangkut Dugarry ke La Liga, padahal boleh dibilang dia belum moncer pada musim pertamanya bersama Milan di Serie A. Entrenador Barcelona kala itu, Louis van Gaal sepertinya baru menyadari belakangan.

Karena catatan hanya tampil pada 7 pertandingan tanpa gol dalam setengah musim debutnya (musim panas 1997 hingga musim dingin 1998) di Estadio Camp Nou, telah membuktikan bahwa Dugarry merupakan rekrutan gagal van Gaal, walau pada akhirnya El Barca sukses menjuarai La Liga.

Nah uniknya lagi, meski gagal saat berkarier di luar negeri. Dugarry masih mendapat kepercayaan dari Aime Jacquet masuk tim utama tuan rumah di Piala Dunia 1998 yang akhirnya berujung sukses. Sempat dipakai Olympique Marseille (1998-2000), Dugarry masih standar-standar saja (8 gol dari 52 laga).

Tapi hebatnya, dia kembali masuk skuat Timnas Prancis ke Piala Eropa 2000 polesan Roger Lemerre di Belgia-Belanda, dan kembali menuai podium teratas. Setelah kembali ke Bordeaux (2000-2003), hingga dipinjamkan dan bermain di Birmingham City (2003-2004). Dugarry mengakhir karier sepak bola profesionalnya di Qatar SC (2004-2005). Rapornya di skuat Les Blues sejak 1994-2002 adalah 8 gol dari 55 penampilan.

Kini dia menjadi seorang komentator sepak bola untuk sebuah stasiun televisi swasta di Prancis. Dalam acara terbaru Le Vesteire bersama Emmanuel Petit di RMC Sport TV, Dugarry yang kini berusia 44 tahun, yang sebelumnya tak pernah mengungkap kegagalanya di Barcelona, sekarang mau membuka diri.

Rupanya, dia merasa tersiksa saat membela klub raksasa asal Catalonia tersebut. Dan akhirnya harus keluar dari Camp Nou walau baru menghabiskan enam bulan dari masa kontrak tiga tahunnya.

"Saya bilang ke van Gaal kalau Aime Jacquet (pelatih Timnas Prancis ke Piala Dunia 1998) mengharuskan bagi pemain yang ingin masuk skuat utamanya untuk bertanding reguler di klub. Saya berkata ke van Gaal, saya harus terus main, tak bisa terus jadi cadangan seperti ini. Dia berkata kepada saya untuk bertahan dan yakin bisa membuktikan diri," tutur Dugarry seperti dikutip Marca, Kamis (15/9).

“Suatu ketika di ruang ganti usai peratandingan, sambil membawa botol air minum dia (van Gaal) menghampiri saya dan mengatakan hal-hal seperti: Pada menit 23 Anda telah kehilangan posisi (gagal menguasai bola), pada menit ke-48 kembali kehilangan bola, lalu pada menit 53 lagi-lagi kehilangan bola, apa yang Anda telah lakukan di lapangan? Dan Anda harus menjawabnya!” imbuh Dugarry.

"Saya menghabiskan enam bulan seraya bertanya kepada diri saya sendiri tentang apa yang telah saya lakukan di sana (Barcelona). Sungguh tidak masuk akal. Yang paling buruk ialah ketika saya datang ke kantornya untuk meminta pindah. Dia hanya memandang kepada saya dan berkata: 'Tidak, Anda tidak bisa pergi dari sini. Saya yakin terhadap Anda.' Apa? Anda (van Gaal) percaya kepada saya tapi Anda memainkan saya di posisi 6 sebagai gelandang bertahan?" cerita Dugarry sambil tertawa dan menunjuk-nunjuk kepalanya.

Dugarry melanjutkan, “(Akhirnya) saya tidak tahan lagi dan ingin pergi (dari Barcelona). Itu adalah masa-masa enam bulan yang mengerikan, seperti hidup di dalam Neraka. Saya harus berpura-pura menangis agar saya bisa diizinkan buat meninggalkan klub," tandasnya.
(sbn)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.0527 seconds (0.1#10.140)