Manajemen PSIM Santuni Korban Kericuhan

Rabu, 19 Oktober 2016 - 15:40 WIB
Manajemen PSIM Santuni Korban Kericuhan
Manajemen PSIM Santuni Korban Kericuhan
A A A
YOGYAKARTA - Jajaran manajemen PSIM Yogyakarta membesuk sekaligus menyantuni salah satu pendukung PSIM Yogyakarta. Pendukung PSIM yang dirawat di RS Panti Rapih Yogyakarta ini menjadi korban kericuhan saat PSIM kontra PSCS Cilacap di Stadion Sultan Agung (SSA) pada Sabtu (15/10/2016) lalu dalam babak 16 Besar Indonesian Soccer Championship (ISC) B.

Manajer sekaligus Ketua Umum PSIM Agung Damar Kusumandaru menyampaikan, hal itu dilakukan sebagai wujud keprihatinan sekaligus kepedulian pihak manajemen atas kejadian tersebut. Sejumlah tali asih dan bingkisan buah-buahan pun diserahkan kepada salah satu anggota Maident ini.

"Kami sangat menyesalkan kejadian yang terjadi kemarin, semoga tidak terulang lagi. Untuk rekan Hendri semoga lekas sembuh," ujar Agung, Rabu (19/10/2016).

Turut hadir dalam kunjungan tersebut Sekretaris PSIM Jarot Sri Kastowo, dan Wakil Manajer Fokky Ardianto. Tampak pula Ketua Panpel PSIM Brustam Iswanto, Pelatih PSIM Erwan Hendarwanto, serta perwakilan dua pemain PSIM M Rifky dan Johan Arga.

Sekretaris Jarot Sri Kastowo mengatakan, selain Henricus pihaknya juga berencana membesuk salah satu anggota Brajamusti yang juga mengalami luka sabetan senjata tajam di bagian tangannya. Korban diketahui merupakan seorang pelajar Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang berasal dari Rewulu Sedayu Bantul. "Anaknya masih pelajar, luka pada bagian tangan karena sajam dan dijahit," jelas Jarot.

Dalam peristiwa tersebut, diketahui sejumlah anggota kelompok pendukung PSIM Yogyakarta mengalami luka-luka. Kericuhan terjadi diduga dipicu saling ejek sesama pendukung PSIM Yogyakarta di babak pertama akhir.

Pertandingan pun sempat dihentikan selama 15 menit oleh wasit M Nizar. Namun kericuhan terjadi lagi di babak kedua. Untuk meredam suasana pihak kepolisian pun melepaskan tembakan gas air mata.

Ketua Panpel PSIM Yogyakarta Brustam Iswanto mengatakan, pihaknya berencana ingin mempertemukan kedua kelompok pendukung untuk menyelesaikan persoalan. Harapanya peristiwa yang merugikan tim tak terulang lagi.

Henricus menyesalkan peristiwa yang menimpa dirinya dan tiga rekan Maident lainnya. Ia mengalami tulang kering pecah dan luka sabetan sajam pada kaki kiri. Ia kaget ketika dirinya yang berada di tribun utara tiba-tiba diserang bahkan dilempari batu dari sejumlah oknum di tribun timur usai pertandingan berakhir. Dia dan rekan-rekannya pun lari menghindari hal itu.

Namun ketika melihat anak kecil yang dikeroyok, bapak dua anak ini pun berusaha menolongnya. Sungguh malang, pria 35 tahun ini justru malah ikut dikeroyok oleh massa hingga terjatuh. Ia sempat merasakan kaki kirinya disabet sajam serta mendapatkan lemparan batu hingga mengenai tulang kering kaki kiri. Meski telah dijahit sebanyak empat jahitan dan menjalani operasi penyambungan tulang, setidaknya butuh waktu sekitar tiga sampai empat bulan untuk pulih.

"Untungnya saya ditolong Pak Polisi dan kawan-kawan Maident. Kalau dari kami sebenarnya sudah banyak menahan diri untuk tidak terpancing, tapi kaget tiba-tiba diserang. Kalau hanya sekadar diprovokasi dan diledek, tidak kami tanggapi. Yang saya sesalkan kenapa barang-barang terlarang seperti batu-batu besar, botol kaca, bahkan sajam bisa masuk stadion. Padahal di pintu kami tribun utara, botol plastik air mineral saja nggak bisa masuk," urai Henri.
(bbk)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7925 seconds (0.1#10.140)