Wawancara Gigi Dall'lgna: Hasil 2016, Tes Pasca Musim dan Lorenzo
A
A
A
SEPANG - Minggu (30/10/2016) malam di Sirkuit Sepang. Garasi tim Ducati Corse masih terang benderang pasca lomba Seri 17 MotoGP Malaysia 2016 siang harinya.
Beberapa anggota tim masih ada yang berfoto-foto dan makan camilan usai merayakan kemenangan perdana Andrea Dovizioso bersama tim asal Distrik Borgo Paginale, Bologna, tersebut.
General Manager Ducati Corse MotoGP, Luigi ‘Gigi’ Dall’Igna tampak larut dalam pesta kecil-kecilan di garasi timnya yang juga merayakan kemenangan kedua mereka di kelas bergengsi musim ini setelah podium pertama Andrea Iannone di MotoGP Austria.
Senyum semringah hampir tak pernah lepas dari wajah Gigi yang malam itu juga terlihat sambil memegangi dan mengisap sebuah cerutu di tangan kanannya, sebagai hadiah atas kemenangan Dovi. Gigi jelas pantas bahagia. Mengapa?
Pasalnya dengan merebut dua gelar seri pada 2016, Ducati sedang menjalani musim terbaiknya sejak terakhir kali Casey Stoner mempersembahkan tiga gelar seri di kelas bergengsi musim 2010. Dan Gigi pantas lebih senang lagi, karena kala itu berbeda dengan musim ini.
Apanya yang berbeda? Berikut petikan wawancaranya dengan GPOne pasca lomba MotoGP Malaysia 2016 dan pendapatnya soal Jorge Lorenzo pada MotoGP 2017.
Tampaknya Anda merasa puas dengan kemenangan Dovi di Sepang kali ini?
“Saya melihat dia mampu mengatur ritme di lomba kali ini, walau kondisinya memang sulit. Saya bahkan menghitung setiap kilometer saat dia menjalani putaran terakhir.”
Apakah hasil dua gelar seri pada musim 2016 juga membuat Anda puas?
“Sungguh sulit ketika Anda mengalami masa-masa penurunan prestasi. Target saya sebenarnya hanyalah bisa kompetitif di setiap kami berlomba musim ini, dan saya senang. Walau pada beberapa balapan kami lebih baik dari yang lainnya, tapi kami juga kesulitan beberapa kali. Seringnya karena munculnya kondisi khusus atau ban yang tidak sempurna dengan motor kami untuk situasi khusus tadi. Musim ini merupakan edisi kejuaraan dunia yang hebat, meskipun seharusnya kami bisa lebih banyak lagi menghasilkan poin.”
Dovi seperti biasanya sebagai seorang pembalap yang sangat analitis. Dan bahkan setelah menang di Sepang, dia mengatakan Ducati masih ada sesuatu yang kurang. Apakah Anda setuju?
“Dengan motor yang tidak memenangkan kejuaraan dunia, dia akan selalu merasa motor ini masih memiliki suatu kekurangan. Kami harus bekerja hingga kami mencapai tujuan itu (juara dunia). Karena musim depan kami akan kekurangan sesuatu yang lainnya, yakni dari sisi aerodinamika dengan tidak diperbolehkannya penggunaan sayap (winglet).”
“Tapi itu tidak akan membuat saya ketakukan, karena tim lain juga akan kehilangan itu, khususnya Yamaha dan Honda, karena pada lomba terakhir menggunakan sayap yang ukurannya lebih besar. Namun kehilangan ini akan lebih merugikan kami. Meski begitu kami sudah memiliki sejumlah ide baru dan tidak hanya bekerja pada sisi aerodinamika motor.”
“Contohnya, walau kami memiliki mesin terkuat tapi kami tetap fokus bekerja pada mesin. Tentu saja akan lebih sulit untuk menghasilkan sejumlah peningkatan pada area itu. Akan lebih mudah untuk bergerak selangkah lebih maju di sejumlah titik lemah kami.”
Setelah satu tahun pengalaman, Michelin harusnya bisa menstabilkan performa ban mereka?
“Saya yakin tahun berikutnya akan lebih mudah bagi Michelin, walaupun membuat ban untuk motor seperti ini (MotoGP) sangat sulit dan menghadirkan banyak risiko.”
Dalam dua pekan ke depan, Lorenzo bakal memacu motor Ducati untuk pertama kalinya. Apa yang Anda harapkan dari tes itu (pasca musim 2016 di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia)?
“Hasilnya tentu tak siapapun belum tahu saat ini. Namun itu merupakan dua hari penting bagi kami, mungkin rasanya seperti ketika kami membawa GP15 tes untuk pertama kalinya (jelang musim 2015).”
“Kalau nantinya Jorge terjatuh saat menjajal (Desmosedici) pada beberapa putaran awal (tes pasca musim 2016 di Valencia). Maka saya bisa berbicara kalau kurang lebih itu mirip dengan pertama kali GP15 menjalani tes. Tapi kemungkinan itu akan memberi tahu saya bahwa motor kami memiliki kekuatan dan juga kelemahan ketimbang yang sebelumnya ditunggangi. Kami pastinya akan memprioritaskan apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan performanya.”
Lorenzo akan menjajal evolusi Desmosedici GP16 atau prototipe terbaru Ducati (GP17) di tes Valencia?
“Tidak, secara logis dia (Lorenzo) segera menggunakan GP17. Maunya saya dia segera menunggangi motor baru Ducati, tapi untuk keputusan akhirnya soal itu masih ada beberapa hari lagi.”
Dengan investasi yang telah digelontorkan untuk membuat motor dan pembalap baru. Memenangkan kejuaraan dunia tentu saja menjadi target yang sepadan?
“Itu tidak bisa tidak. Kami bahkan tidak bisa berpura-pura menjadi berbeda. Karena kami tidak mau berinvestasi besar dan berusaha keras hanya untuk finis di posisi tiga atau empat. Secara objektif, kami memasang target menang di setiap balapan dan gelar juara dunia. Saya tahu itu sulit, bahkan sangat sulit, karena hanya satu orang yang bakal sukses merebutnya.”
Kalender MotoGP tahun depan akan memunculkan pabrikan baru, KTM (yang mana asal Eropa seperti Aprilia dan Ducati). Apakah dengan hadirnya mereka bakal menjadi sekutu penting saat bernegosiasi di meja perundingan buat melawan pabrikan Jepang (Honda, Yamaha, Suzuki)?
“Semua ini mungkin hanya seperti kata-kata. Tapi akan bergantung kepada sikap dari KTM. Sejujurnya, saya belum melihat ada tanda-tanda kami akan menjalin kerjasama hebat dengan mereka pada tahap awal.”
Beberapa anggota tim masih ada yang berfoto-foto dan makan camilan usai merayakan kemenangan perdana Andrea Dovizioso bersama tim asal Distrik Borgo Paginale, Bologna, tersebut.
General Manager Ducati Corse MotoGP, Luigi ‘Gigi’ Dall’Igna tampak larut dalam pesta kecil-kecilan di garasi timnya yang juga merayakan kemenangan kedua mereka di kelas bergengsi musim ini setelah podium pertama Andrea Iannone di MotoGP Austria.
Senyum semringah hampir tak pernah lepas dari wajah Gigi yang malam itu juga terlihat sambil memegangi dan mengisap sebuah cerutu di tangan kanannya, sebagai hadiah atas kemenangan Dovi. Gigi jelas pantas bahagia. Mengapa?
Pasalnya dengan merebut dua gelar seri pada 2016, Ducati sedang menjalani musim terbaiknya sejak terakhir kali Casey Stoner mempersembahkan tiga gelar seri di kelas bergengsi musim 2010. Dan Gigi pantas lebih senang lagi, karena kala itu berbeda dengan musim ini.
Apanya yang berbeda? Berikut petikan wawancaranya dengan GPOne pasca lomba MotoGP Malaysia 2016 dan pendapatnya soal Jorge Lorenzo pada MotoGP 2017.
Tampaknya Anda merasa puas dengan kemenangan Dovi di Sepang kali ini?
“Saya melihat dia mampu mengatur ritme di lomba kali ini, walau kondisinya memang sulit. Saya bahkan menghitung setiap kilometer saat dia menjalani putaran terakhir.”
Apakah hasil dua gelar seri pada musim 2016 juga membuat Anda puas?
“Sungguh sulit ketika Anda mengalami masa-masa penurunan prestasi. Target saya sebenarnya hanyalah bisa kompetitif di setiap kami berlomba musim ini, dan saya senang. Walau pada beberapa balapan kami lebih baik dari yang lainnya, tapi kami juga kesulitan beberapa kali. Seringnya karena munculnya kondisi khusus atau ban yang tidak sempurna dengan motor kami untuk situasi khusus tadi. Musim ini merupakan edisi kejuaraan dunia yang hebat, meskipun seharusnya kami bisa lebih banyak lagi menghasilkan poin.”
Dovi seperti biasanya sebagai seorang pembalap yang sangat analitis. Dan bahkan setelah menang di Sepang, dia mengatakan Ducati masih ada sesuatu yang kurang. Apakah Anda setuju?
“Dengan motor yang tidak memenangkan kejuaraan dunia, dia akan selalu merasa motor ini masih memiliki suatu kekurangan. Kami harus bekerja hingga kami mencapai tujuan itu (juara dunia). Karena musim depan kami akan kekurangan sesuatu yang lainnya, yakni dari sisi aerodinamika dengan tidak diperbolehkannya penggunaan sayap (winglet).”
“Tapi itu tidak akan membuat saya ketakukan, karena tim lain juga akan kehilangan itu, khususnya Yamaha dan Honda, karena pada lomba terakhir menggunakan sayap yang ukurannya lebih besar. Namun kehilangan ini akan lebih merugikan kami. Meski begitu kami sudah memiliki sejumlah ide baru dan tidak hanya bekerja pada sisi aerodinamika motor.”
“Contohnya, walau kami memiliki mesin terkuat tapi kami tetap fokus bekerja pada mesin. Tentu saja akan lebih sulit untuk menghasilkan sejumlah peningkatan pada area itu. Akan lebih mudah untuk bergerak selangkah lebih maju di sejumlah titik lemah kami.”
Setelah satu tahun pengalaman, Michelin harusnya bisa menstabilkan performa ban mereka?
“Saya yakin tahun berikutnya akan lebih mudah bagi Michelin, walaupun membuat ban untuk motor seperti ini (MotoGP) sangat sulit dan menghadirkan banyak risiko.”
Dalam dua pekan ke depan, Lorenzo bakal memacu motor Ducati untuk pertama kalinya. Apa yang Anda harapkan dari tes itu (pasca musim 2016 di Sirkuit Ricardo Tormo, Valencia)?
“Hasilnya tentu tak siapapun belum tahu saat ini. Namun itu merupakan dua hari penting bagi kami, mungkin rasanya seperti ketika kami membawa GP15 tes untuk pertama kalinya (jelang musim 2015).”
“Kalau nantinya Jorge terjatuh saat menjajal (Desmosedici) pada beberapa putaran awal (tes pasca musim 2016 di Valencia). Maka saya bisa berbicara kalau kurang lebih itu mirip dengan pertama kali GP15 menjalani tes. Tapi kemungkinan itu akan memberi tahu saya bahwa motor kami memiliki kekuatan dan juga kelemahan ketimbang yang sebelumnya ditunggangi. Kami pastinya akan memprioritaskan apa yang dibutuhkan untuk meningkatkan performanya.”
Lorenzo akan menjajal evolusi Desmosedici GP16 atau prototipe terbaru Ducati (GP17) di tes Valencia?
“Tidak, secara logis dia (Lorenzo) segera menggunakan GP17. Maunya saya dia segera menunggangi motor baru Ducati, tapi untuk keputusan akhirnya soal itu masih ada beberapa hari lagi.”
Dengan investasi yang telah digelontorkan untuk membuat motor dan pembalap baru. Memenangkan kejuaraan dunia tentu saja menjadi target yang sepadan?
“Itu tidak bisa tidak. Kami bahkan tidak bisa berpura-pura menjadi berbeda. Karena kami tidak mau berinvestasi besar dan berusaha keras hanya untuk finis di posisi tiga atau empat. Secara objektif, kami memasang target menang di setiap balapan dan gelar juara dunia. Saya tahu itu sulit, bahkan sangat sulit, karena hanya satu orang yang bakal sukses merebutnya.”
Kalender MotoGP tahun depan akan memunculkan pabrikan baru, KTM (yang mana asal Eropa seperti Aprilia dan Ducati). Apakah dengan hadirnya mereka bakal menjadi sekutu penting saat bernegosiasi di meja perundingan buat melawan pabrikan Jepang (Honda, Yamaha, Suzuki)?
“Semua ini mungkin hanya seperti kata-kata. Tapi akan bergantung kepada sikap dari KTM. Sejujurnya, saya belum melihat ada tanda-tanda kami akan menjalin kerjasama hebat dengan mereka pada tahap awal.”
(sbn)