Itulah Momen Saya Menyadari Yamaha Sangat Cocok dengan Saya
A
A
A
BUENOS AIRES - Sempat memimpin jalannya balapan sebelum terjatuh. Johann Zarco boleh saja mencuri perhatian di MotoGP Qatar 2017. Tapi rekan setimnya di Monster Yamaha Tech 3, Jonas Folger, juga tampak bakal membuat gebrakan besar pada tahun debutnya di MotoGP usai finis ke-10 pada seri pembuka. Apakah ini pertanda dia bakal melewati prestasi Stefan Bradl, pembalap Jerman sebelumnya di kelas bergengsi yang musim ini beralih ke WSBK?
Ya, dari empat rookie di MotoGP 2017, Folger mungkin satu-satunya pembalap yang tidak diperhitungkan ketika naik ke kelas bergengsi. Apalagi jika melihat Alex Rins dan Sam Lowes yang berlabuh di tim pabikan, sedangkan Zarco begitu disorot karena statusnya sebagai dua kali juara dunia Moto2.
Meski berhasil meraih kemenangan di Brno 2016 dan mengoleksi beberapa podium, Folger tetap tidak dianggap sebagai sosok debutan yang patut diperhitungkan. Belum lagi ditambah performanya di kelas 125cc/Moto3 – dua kali menang balapan tapi tak pernah di atas peringkat kelima pada klasemen akhir pembalap.
“Ya, saya berharap demikian. Saya berharap untuk meningkat, terutama konsistensi sepanjang musim. Di kelas lebih bawah, saya selalu dalam situasi sulit. Mungkin saya akan mampu bertarung untuk gelar juara pada motor berbeda atau jika saya mengubah banyak hal,” ujar Folger ketika ditanya debut di MotoGP 2017 oleh Motorsport.com.
Apakah karena kesulitan yang dialami pembalap Jerman ini di kelas lebih bawah, membuatnya memutuskan mengambil risiko naik ke kelas bergengsi bersama tim satelit Monster Yamaha Tech 3?
“Tahun lalu, saya cepat di awal dan entah bagaimana kami kehilangan kepercayaan diri. Sulit untuk bekerja di luar apa yang harus saya ubah dan apa yang harus diubah tim pada motor. Kami banyak kesulitan sepanjang musim, tapi saya senang itu telah berakhir dan sangat bersyukur untuk berada di sini,” beber Folger.
“Anda selalu bisa melihat bahwa Yamaha memiliki motor paling komplet sepanjang musim. Jadi, saya sangat bangga dan itu kenikmatan besar bagi saya untuk mengendarai Yamaha. Saya sangat beruntung,” imbuhnya.
Adapun satu orang yang tidak perlu meyakinkan akan potensi Folger adalah bos Tech 3, Herve Poncharal, yang telah lama mengagumi pembalap berusia 23 tahun itu. “Beberapa tahun lalu, saya berkomunikasi dengan Herve, dan dia selalu bercanda – atau setidaknya saya pikir itu lelucon – bahwa dia menginginkan saya dalam timnya suatu hari nanti,” tutur Folger.
“Akhirnya hal itu datang dan kami mulai berbicara pada awal 2016. Saya tidak pernah menganggap begitu serius, karena tidak pernah ada pembicaraan serius. Tapi pada akhirnya, dia menanggapi serius dan saya terkejut,” kata Folger bercerita.
Selama tes pramusim, Folger muncul sebagai kejutan besar. Ia mengalahkan Zarco dan menempati posisi ketujuh dalam tes pramusim terakhir di Qatar. “Hari terakhir di Valencia, saya mencetak catatan waktu yang baik. Saya terkejut. Dan lalu ketika kami pergi ke Sepang, saya mampu beradaptasi cukup cepat,” sembur Folger.
“Itu adalah momen ketika saya menyadari – bahkan pada trek berbeda, pada hari pertama saya bisa mencetak catatan waktu cukup baik. Saya juga bisa merasakan motor sangat kencang. Itulah momen saya menyadari Yamaha sangat cocok dengan saya,” tukasnya.
Ya, dari empat rookie di MotoGP 2017, Folger mungkin satu-satunya pembalap yang tidak diperhitungkan ketika naik ke kelas bergengsi. Apalagi jika melihat Alex Rins dan Sam Lowes yang berlabuh di tim pabikan, sedangkan Zarco begitu disorot karena statusnya sebagai dua kali juara dunia Moto2.
Meski berhasil meraih kemenangan di Brno 2016 dan mengoleksi beberapa podium, Folger tetap tidak dianggap sebagai sosok debutan yang patut diperhitungkan. Belum lagi ditambah performanya di kelas 125cc/Moto3 – dua kali menang balapan tapi tak pernah di atas peringkat kelima pada klasemen akhir pembalap.
“Ya, saya berharap demikian. Saya berharap untuk meningkat, terutama konsistensi sepanjang musim. Di kelas lebih bawah, saya selalu dalam situasi sulit. Mungkin saya akan mampu bertarung untuk gelar juara pada motor berbeda atau jika saya mengubah banyak hal,” ujar Folger ketika ditanya debut di MotoGP 2017 oleh Motorsport.com.
Apakah karena kesulitan yang dialami pembalap Jerman ini di kelas lebih bawah, membuatnya memutuskan mengambil risiko naik ke kelas bergengsi bersama tim satelit Monster Yamaha Tech 3?
“Tahun lalu, saya cepat di awal dan entah bagaimana kami kehilangan kepercayaan diri. Sulit untuk bekerja di luar apa yang harus saya ubah dan apa yang harus diubah tim pada motor. Kami banyak kesulitan sepanjang musim, tapi saya senang itu telah berakhir dan sangat bersyukur untuk berada di sini,” beber Folger.
“Anda selalu bisa melihat bahwa Yamaha memiliki motor paling komplet sepanjang musim. Jadi, saya sangat bangga dan itu kenikmatan besar bagi saya untuk mengendarai Yamaha. Saya sangat beruntung,” imbuhnya.
Adapun satu orang yang tidak perlu meyakinkan akan potensi Folger adalah bos Tech 3, Herve Poncharal, yang telah lama mengagumi pembalap berusia 23 tahun itu. “Beberapa tahun lalu, saya berkomunikasi dengan Herve, dan dia selalu bercanda – atau setidaknya saya pikir itu lelucon – bahwa dia menginginkan saya dalam timnya suatu hari nanti,” tutur Folger.
“Akhirnya hal itu datang dan kami mulai berbicara pada awal 2016. Saya tidak pernah menganggap begitu serius, karena tidak pernah ada pembicaraan serius. Tapi pada akhirnya, dia menanggapi serius dan saya terkejut,” kata Folger bercerita.
Selama tes pramusim, Folger muncul sebagai kejutan besar. Ia mengalahkan Zarco dan menempati posisi ketujuh dalam tes pramusim terakhir di Qatar. “Hari terakhir di Valencia, saya mencetak catatan waktu yang baik. Saya terkejut. Dan lalu ketika kami pergi ke Sepang, saya mampu beradaptasi cukup cepat,” sembur Folger.
“Itu adalah momen ketika saya menyadari – bahkan pada trek berbeda, pada hari pertama saya bisa mencetak catatan waktu cukup baik. Saya juga bisa merasakan motor sangat kencang. Itulah momen saya menyadari Yamaha sangat cocok dengan saya,” tukasnya.
(sbn)