Antonio Conte Enggan Mengikuti Jejak Jose Mourinho
A
A
A
LONDON - Antonio Conte siap membantu Chelsea meraih hasil maksimal di Liga Primer 2017/2018. Pelatih asal Italia itu berharap tidak bernasib sama seperti pendahulunya, Jose Mourinho.
Conte membukukan debut sempurna bersama Chelsea. Pada musim pertamanya di Liga Primer, mantan pelatih Juventus itu sukses membantu The Blues jadi juara. Tapi, itu juga yang membuatnya dalam tekanan.
Conte sekarang mendapat beban berat, yakni mempertahankan singgasana. Ini bukan tugas mudah bila melihat statistik di Liga Primer. Sejak musim 2009/2010 tidak ada lagi yang bisa menguasai Inggris dua musim beruntun.
Tim terakhir yang mampu menjaga dominasi di Liga Primer adalah Manchester United. Setan Merah sempat juara tiga kali beruntun (2006/2007, 2007/2008, 2008/2009). Sedangkan selama kurun waktu itu, Chelsea sudah dua kali kehilangan takhta.
Chelsea juga dipusingkan ancaman anti-klimak yang kerap menimpa tim juara. Nyatanya, setelah merajai edisi 2014/2015, prestasi klub London Barat itu malah hancur lebur di musim berikutnya.
Hal serupa dialami Leicester City. Setelah menciptakan sejarah dengan memenangi Liga Primer 2015/2016, The Foxes malah tidak berdaya di musim lalu dan harus kehilangan mahkotanya. Tidak hanya itu, pelatih Claudio Ranieri juga didepak.
Selain itu, Conte juga dihantui tragedi “Jose Mourinho”. Ya, usai membantu Chelsea berjaya pada 2014/2015, Mou justru mengecewakan fans di periode berikutnya. Arsitek asal Portugal itu akhirnya dipecat sebelum kompetisi berakhir.
“Kami tahu kesulitan yang akan menghadang pada musim depan. Karena itu, kami akan berusaha semaksimal mungkin menghindari musim Jose Mourinho bersama Chelsea,” ucap Conte, dilansir skysport.
Conte hanya berharap Chelsea tidak mengalami dejavu. Terlebih, sejumlah rival seperti Manchester City dan Manchester United terus melakukan pembenahan dengan merekrut pemain hebat.
“Dua musim lalu, Chelsea berakhir di posisi 10. Itu yang ingin kami hindari. Secara pribadi, saya tidak ingin mengalaminya. Sebab, dua pelatih juara Liga Primer sebelumnya dipecat, satu dari Chelsea dan satu dari Leicester City,” pungkas Conte.
Conte membukukan debut sempurna bersama Chelsea. Pada musim pertamanya di Liga Primer, mantan pelatih Juventus itu sukses membantu The Blues jadi juara. Tapi, itu juga yang membuatnya dalam tekanan.
Conte sekarang mendapat beban berat, yakni mempertahankan singgasana. Ini bukan tugas mudah bila melihat statistik di Liga Primer. Sejak musim 2009/2010 tidak ada lagi yang bisa menguasai Inggris dua musim beruntun.
Tim terakhir yang mampu menjaga dominasi di Liga Primer adalah Manchester United. Setan Merah sempat juara tiga kali beruntun (2006/2007, 2007/2008, 2008/2009). Sedangkan selama kurun waktu itu, Chelsea sudah dua kali kehilangan takhta.
Chelsea juga dipusingkan ancaman anti-klimak yang kerap menimpa tim juara. Nyatanya, setelah merajai edisi 2014/2015, prestasi klub London Barat itu malah hancur lebur di musim berikutnya.
Hal serupa dialami Leicester City. Setelah menciptakan sejarah dengan memenangi Liga Primer 2015/2016, The Foxes malah tidak berdaya di musim lalu dan harus kehilangan mahkotanya. Tidak hanya itu, pelatih Claudio Ranieri juga didepak.
Selain itu, Conte juga dihantui tragedi “Jose Mourinho”. Ya, usai membantu Chelsea berjaya pada 2014/2015, Mou justru mengecewakan fans di periode berikutnya. Arsitek asal Portugal itu akhirnya dipecat sebelum kompetisi berakhir.
“Kami tahu kesulitan yang akan menghadang pada musim depan. Karena itu, kami akan berusaha semaksimal mungkin menghindari musim Jose Mourinho bersama Chelsea,” ucap Conte, dilansir skysport.
Conte hanya berharap Chelsea tidak mengalami dejavu. Terlebih, sejumlah rival seperti Manchester City dan Manchester United terus melakukan pembenahan dengan merekrut pemain hebat.
“Dua musim lalu, Chelsea berakhir di posisi 10. Itu yang ingin kami hindari. Secara pribadi, saya tidak ingin mengalaminya. Sebab, dua pelatih juara Liga Primer sebelumnya dipecat, satu dari Chelsea dan satu dari Leicester City,” pungkas Conte.
(mir)