Pelatih Karate Indonesia Disertifikasi
A
A
A
CIANJUR - Pengurus Besar Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia (PB-FORKI) bakal menerapkan aturan sertifikasi bagi pelatih karate nasional. Atlet yang berlaga di kejuaraan nasional nantinya hanya boleh didampingi pelatih yang mendapatkan kualifikasi minimal pelatih pratama.
Langkah ini dinilai sangat penting untuk menjaga kualitas dan pembinaan karateka nasional. Peningkatan kualitas pelatih diharapkan sejalan dengan prestasi karateka Indonesia di level nasional maupun internasional.
“Ke depan, hanya pelatih-pelatih yang telah mengikuti sertifikasi yang boleh mendampingi atlet di setiap kejuaraan karate di Indonesia,” kata Sekjen PB Forki Lumban Sianipar.
PB Forki sendiri mulai melakukan peningkatan kualitas pelatih dengan menggelar Sertifikasi Pratama Tingkat Nasional yang diikuti 166 pelatih dari seluruh Indonesia di Ciloto Puncak, Cianjur, Jawa Barat, 11-14 Desember. Sertifikasi ini digelar untuk tujuan meningkatkan kualitas pelatih sehinggamampu membina anak didiknya dengan lebih baik lagi.
Lumban mengungkapkan, materi yang diberikan dalam pelatihan tidak hanya sebatas teori, namun juga praktik di lapangan. Pihaknya juga melibatkan bidang pertandingan dan perwasitan Indonesia. Tidak hanya itu, pelatih juga mendapatkan materi penanganan cedera dan asupan gizi atlet. Termasuk dikenalkan dengan pola pengembangan jangka panjang.
Langkah ini merupakan bagian dari standarisasi pelatih dan dilakukan secara berjenjang. Setelah menjalani sertifikasi pratama, pelatih yang dinilai berpotensi dan berprestasi, bisa mengikuti jenjang Sertifikasi Pelatih Madya dan Pelatih Utama.
Lumban menegaskan, di masa depan, Forki tidak lagi mengutamakan kuantitas namun kualitas pelatih. Karena itu, dia meminta para pelatih fokus menyerap dan mengembangkan ilmu kepelatihannya. Termasuk, dengan mengikuti sertifikasi pelatih yang digelar PB Forki baik level pratama, madya, maupun utama.
”Forki tidak butuh kuantitas pelatih, tapi kualitas yang kami perlukan. Itu karena di tangan mereka akan lahir para karate terbaik Indonesia,” kata Lumban.
Lahirnya karate terbaik bukan hanya faktor talenta, tapi juga didikan pelatihnya. Semakin tinggi kualitas sang pelatih, semakin besar pula peluang anak didik mendapatkan pelajaran yang terbaik.
Hal senada disampaikan Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Forki Zulkarnain Purba. Menurut dia, pelatih yang baik adalah yang pelatih yang tersertifikasi dan mampu menghasilkan output bagus. Karena itu, dia mengapresiasi banyaknya pelatih dari perguruan dan utusan Forki Provinsi yang begitu antusias mengikuti sertifikasi di Ciloto. Itu menunjukkan bahwa para pelatih Indonesia sadar untuk terus meningkatkan kualitas mereka.
Sementara itu, terkait persiapan Asian Games, Zul menyatakan bahwa PB Forki sudah menyiapkan para karatekanya sejak Oktober 2017. Namun, dia berharap pemerintah mendukung penuh Forki agar bisa berhasil meraih sukses.
Sejauh ini, target karate di Asian Games 2018 yang akan digelar pada Agustus nanti adalah 1 medali emas. Target itu tentu tak lepas dari prestasi yang sudah ditorehkan karate Indonesia saat merebut medali satu emas pada Asian Games 1998 Bangkok lewat Arief Taufan, dan Asian Games Busan 2002 melalui Muhammad Hasan Basri.
Namun, dia berharap para karateka Indonesia bisa memanfaatkan momentum sebagai tuan rumah Asian Games dengan meraih lebih dari satu emas. ” Kita juga berterima kasih Test Event Karate bisa jadi ajang seleksi Asian Games. Kejuaraan ini memang belum merupakan inti. Tapi, ada filter-filter lainnya. Nanti bidang Binpres yang akan godok ini,” ujar Zul. (Raikhul Amar)
Langkah ini dinilai sangat penting untuk menjaga kualitas dan pembinaan karateka nasional. Peningkatan kualitas pelatih diharapkan sejalan dengan prestasi karateka Indonesia di level nasional maupun internasional.
“Ke depan, hanya pelatih-pelatih yang telah mengikuti sertifikasi yang boleh mendampingi atlet di setiap kejuaraan karate di Indonesia,” kata Sekjen PB Forki Lumban Sianipar.
PB Forki sendiri mulai melakukan peningkatan kualitas pelatih dengan menggelar Sertifikasi Pratama Tingkat Nasional yang diikuti 166 pelatih dari seluruh Indonesia di Ciloto Puncak, Cianjur, Jawa Barat, 11-14 Desember. Sertifikasi ini digelar untuk tujuan meningkatkan kualitas pelatih sehinggamampu membina anak didiknya dengan lebih baik lagi.
Lumban mengungkapkan, materi yang diberikan dalam pelatihan tidak hanya sebatas teori, namun juga praktik di lapangan. Pihaknya juga melibatkan bidang pertandingan dan perwasitan Indonesia. Tidak hanya itu, pelatih juga mendapatkan materi penanganan cedera dan asupan gizi atlet. Termasuk dikenalkan dengan pola pengembangan jangka panjang.
Langkah ini merupakan bagian dari standarisasi pelatih dan dilakukan secara berjenjang. Setelah menjalani sertifikasi pratama, pelatih yang dinilai berpotensi dan berprestasi, bisa mengikuti jenjang Sertifikasi Pelatih Madya dan Pelatih Utama.
Lumban menegaskan, di masa depan, Forki tidak lagi mengutamakan kuantitas namun kualitas pelatih. Karena itu, dia meminta para pelatih fokus menyerap dan mengembangkan ilmu kepelatihannya. Termasuk, dengan mengikuti sertifikasi pelatih yang digelar PB Forki baik level pratama, madya, maupun utama.
”Forki tidak butuh kuantitas pelatih, tapi kualitas yang kami perlukan. Itu karena di tangan mereka akan lahir para karate terbaik Indonesia,” kata Lumban.
Lahirnya karate terbaik bukan hanya faktor talenta, tapi juga didikan pelatihnya. Semakin tinggi kualitas sang pelatih, semakin besar pula peluang anak didik mendapatkan pelajaran yang terbaik.
Hal senada disampaikan Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Forki Zulkarnain Purba. Menurut dia, pelatih yang baik adalah yang pelatih yang tersertifikasi dan mampu menghasilkan output bagus. Karena itu, dia mengapresiasi banyaknya pelatih dari perguruan dan utusan Forki Provinsi yang begitu antusias mengikuti sertifikasi di Ciloto. Itu menunjukkan bahwa para pelatih Indonesia sadar untuk terus meningkatkan kualitas mereka.
Sementara itu, terkait persiapan Asian Games, Zul menyatakan bahwa PB Forki sudah menyiapkan para karatekanya sejak Oktober 2017. Namun, dia berharap pemerintah mendukung penuh Forki agar bisa berhasil meraih sukses.
Sejauh ini, target karate di Asian Games 2018 yang akan digelar pada Agustus nanti adalah 1 medali emas. Target itu tentu tak lepas dari prestasi yang sudah ditorehkan karate Indonesia saat merebut medali satu emas pada Asian Games 1998 Bangkok lewat Arief Taufan, dan Asian Games Busan 2002 melalui Muhammad Hasan Basri.
Namun, dia berharap para karateka Indonesia bisa memanfaatkan momentum sebagai tuan rumah Asian Games dengan meraih lebih dari satu emas. ” Kita juga berterima kasih Test Event Karate bisa jadi ajang seleksi Asian Games. Kejuaraan ini memang belum merupakan inti. Tapi, ada filter-filter lainnya. Nanti bidang Binpres yang akan godok ini,” ujar Zul. (Raikhul Amar)
(nfl)