Johann Zarco, Sang Biksu di Gemerlapnya MotoGP
A
A
A
JOHANN Zarco bak antitesis gemerlapnya dunia MotoGP. Pebalap Prancis paling sukses di dunia balap motor ini seperti hidup di dunianya sendiri. Tidak seperti pembalap MotoGP lain yang senang jadi sorotan, Johann Zarco justru menghindari publisitas.
Dia memang memiliki akun Instagram dan Twitter namun akun tersebut bukan dipegang langsung olehnya. Dia meminta orang lain mengolah isi akun-akun media sosial tersebut. Selebihnya, dia tidak pernah mau berdekatan dengan dunia maya. "Internet itu hanya buang-buang waktu. Percayalah, apa pun yang mereka katakan di dunia maya pasti akan berpengaruh pada kehidupan nyata. Komentar-komentar mereka akan membuat saya kehilangan fokus," katanya.
Dia sendiri enggan memiliki ponsel pintar. Alih-alih dia lebih setia dengan ponsel lamanya yang hanya bisa mengirimkan pesan pendek dan telepon suara. Dia mengatakan tidak ingin terjebak menghabiskan waktu dengan menatap layar telepon seluler. Sayangnya, baru-baru ini dia dipaksa membeli ponsel pintar karena telepon seluler lama miliknya hilang saat datang ke sebuah pantai.
"Sekarang saya berusaha dengan bijak menggunakan ponsel baru ini. Saya gunakan seperlunya saja seperti hal lain yang saya lakukan," katanya.
Tidak seperti kebanyakan atlet lainnya, Johann Zarco juga enggan melukis tubuhnya dengan tato. Dia menganggap tubuh adalah bagian tubuh yang perlu dihargai bukan disakiti dengan melukis di atasnya. Dia juga jarang menggunakan kacamata hitam seperti halnya pebalap MotoGP lain. Bahkan, tidak ada satu pun merek kacamata telah mengontak dirinya untuk menjadi brand ambassador.
Seperti hal kacamata hitam, dia juga tidak memiliki topi personal yang telah disponsori. Alih-alih dia hanya memakai topi sponsor Monster yang mendukung tim balapnya, Yamaha Tech 3. Dia juga enggan membuat masalah menjadi rumit. Menurutnya, semua masalah yang ada di dunia itu tidak rumit seperti yang dibayangkan banyak orang. Semua selalu ada jawabannya.
Hal ini pernah terjadi saat kontroversi sasis Yamaha M1 tahun 2017 yang dianggap tidak optimal saat pengujian di Sirkuit Valencia, Spanyol. Waktu itu pebalap Yamaha, Valentino Rossi dan Maverick Vinales, menolak menggunakan sasis tersebut saat pengujian. Sebaliknya Johann Zarco langsung menggunakannya tanpa banyak bertanya. Alih-alih Johann Zarco berhasil mencatatkan waktu tercepat dibandingkan pebalap Yamaha dan pebalap MotoGP lainnya.
Saat itu banyak wartawan bertanya, apakah hal tersebut mengejutkan buat dia? "Saya tidak terkejut, saya senang dengan hasil ini," ujarnya.
Masih penasaran, wartawan kemudian bertanya lagi. "Masa sih nggak kaget, kamu lebih cepat dari tim Yamaha," kata wartawan tersebut. "Saya tidak kaget, soalnya saya sama sekali tidak memikirkan masalah ini seperti kalian pikir hal ini bermasalah," katanya.
Johann Zarco memang selalu berusaha menghadapi segala hal dengan sederhana. Baginya segala hal menjadi rumit karena manusia membuatnya menjadi rumit. Inilah mengapa dia tidak pernah peduli dengan hal lainnya selain meraih kemenangan dengan kerja keras.
Salah satu momen betapa kuatnya komitmen kerja keras dia ditunjukkan ketika balapan di Sirkuit Misano, San Marino, Italia, pada September 2017 lalu. Saat itu di lap-lap terakhir motor yang dikendarai Johann Zarco justru kehabisan bensin. Biasanya pebalap lain langsung putus asa dan tidak finish.
Berbeda dengan Johann Zarco yang justru mendorong motornya hingga garis finish. Saat itu dia akhirnya hanya meraih posisi ke-15 dengan perolehan poin 1 angka. Namun, tekad bajanya mendorong motor hingga garis finish berhasil memenangkan hati ribuan penonton yang datang di Sirkuit Misano. "Bagi saya masih banyak hal yang lebih buruk di hidup ini dibandingkan sekadar kehabisan bensin di akhir perlombaan," katanya.
Dia memang memiliki akun Instagram dan Twitter namun akun tersebut bukan dipegang langsung olehnya. Dia meminta orang lain mengolah isi akun-akun media sosial tersebut. Selebihnya, dia tidak pernah mau berdekatan dengan dunia maya. "Internet itu hanya buang-buang waktu. Percayalah, apa pun yang mereka katakan di dunia maya pasti akan berpengaruh pada kehidupan nyata. Komentar-komentar mereka akan membuat saya kehilangan fokus," katanya.
Dia sendiri enggan memiliki ponsel pintar. Alih-alih dia lebih setia dengan ponsel lamanya yang hanya bisa mengirimkan pesan pendek dan telepon suara. Dia mengatakan tidak ingin terjebak menghabiskan waktu dengan menatap layar telepon seluler. Sayangnya, baru-baru ini dia dipaksa membeli ponsel pintar karena telepon seluler lama miliknya hilang saat datang ke sebuah pantai.
"Sekarang saya berusaha dengan bijak menggunakan ponsel baru ini. Saya gunakan seperlunya saja seperti hal lain yang saya lakukan," katanya.
Tidak seperti kebanyakan atlet lainnya, Johann Zarco juga enggan melukis tubuhnya dengan tato. Dia menganggap tubuh adalah bagian tubuh yang perlu dihargai bukan disakiti dengan melukis di atasnya. Dia juga jarang menggunakan kacamata hitam seperti halnya pebalap MotoGP lain. Bahkan, tidak ada satu pun merek kacamata telah mengontak dirinya untuk menjadi brand ambassador.
Seperti hal kacamata hitam, dia juga tidak memiliki topi personal yang telah disponsori. Alih-alih dia hanya memakai topi sponsor Monster yang mendukung tim balapnya, Yamaha Tech 3. Dia juga enggan membuat masalah menjadi rumit. Menurutnya, semua masalah yang ada di dunia itu tidak rumit seperti yang dibayangkan banyak orang. Semua selalu ada jawabannya.
Hal ini pernah terjadi saat kontroversi sasis Yamaha M1 tahun 2017 yang dianggap tidak optimal saat pengujian di Sirkuit Valencia, Spanyol. Waktu itu pebalap Yamaha, Valentino Rossi dan Maverick Vinales, menolak menggunakan sasis tersebut saat pengujian. Sebaliknya Johann Zarco langsung menggunakannya tanpa banyak bertanya. Alih-alih Johann Zarco berhasil mencatatkan waktu tercepat dibandingkan pebalap Yamaha dan pebalap MotoGP lainnya.
Saat itu banyak wartawan bertanya, apakah hal tersebut mengejutkan buat dia? "Saya tidak terkejut, saya senang dengan hasil ini," ujarnya.
Masih penasaran, wartawan kemudian bertanya lagi. "Masa sih nggak kaget, kamu lebih cepat dari tim Yamaha," kata wartawan tersebut. "Saya tidak kaget, soalnya saya sama sekali tidak memikirkan masalah ini seperti kalian pikir hal ini bermasalah," katanya.
Johann Zarco memang selalu berusaha menghadapi segala hal dengan sederhana. Baginya segala hal menjadi rumit karena manusia membuatnya menjadi rumit. Inilah mengapa dia tidak pernah peduli dengan hal lainnya selain meraih kemenangan dengan kerja keras.
Salah satu momen betapa kuatnya komitmen kerja keras dia ditunjukkan ketika balapan di Sirkuit Misano, San Marino, Italia, pada September 2017 lalu. Saat itu di lap-lap terakhir motor yang dikendarai Johann Zarco justru kehabisan bensin. Biasanya pebalap lain langsung putus asa dan tidak finish.
Berbeda dengan Johann Zarco yang justru mendorong motornya hingga garis finish. Saat itu dia akhirnya hanya meraih posisi ke-15 dengan perolehan poin 1 angka. Namun, tekad bajanya mendorong motor hingga garis finish berhasil memenangkan hati ribuan penonton yang datang di Sirkuit Misano. "Bagi saya masih banyak hal yang lebih buruk di hidup ini dibandingkan sekadar kehabisan bensin di akhir perlombaan," katanya.
(amm)