Pesimis Juara Liga Champions dan La Liga, Ini Skenario Real Madrid
A
A
A
MADRID - Real Madrid memiliki waktu untuk sedikit meredakan ketegangan. Bermain melawan Numancia di leg kedua babak 16 besar Copa del Rey menjadi kesempatan skuad Los Blancos menghela napas membuang semua tekanan. Unggul tiga gol tanpa balas, membuat peluang Madrid lolos ke fase selanjutnya terbuka lebar.
Copa del Rey menjadi pilihan realistis untuk mendapatkan gelar dibandingkan mempertahankan Liga Champions dan Primera Liga yang kemungkinan besar terbang ke Stadion Camp Nou. Gelar menjadi penting karena Zidane sekarang mendapat tekanan mahaberat. Gagal bersaing dengan Barcelona di kompetisi domestik dan terdampar di peringkat 4 klasemen sementara Primera Liga, membuat Los Blancos kini hanya berpikir bagaimana musim depan bisa bermain di Liga Champions dibandingkan berburu gelar liga.
Zidane bukannya tak sadar dengan situasi tersebut. Pelatih yang menghadirkan lima gelar sepanjang 2017 itu dan baru saja mendapat penghargaan sebagai arsitek tim terbaik Prancis, bahkan sudah menyiapkan skenario terburuk terkait masa depannya. "Saya bilang kepada diri sendiri, 'jika memiliki sisa sepuluh hari di sini, saya akan melakukan semaksimal mungkin, jika enam bulan, saya akan hidup enam bulan itu hingga maksimal'. Selain itu, tidak saya pikirkan," kata Zidane dikutip express.co.uk dari France Football.
Pelatih berusia 45 tahun itu mengatakan, dia tidak akan mendapatkan keistimewaan atas apa yang dilakukan sebagai pelatih atau pemain. Menurut dia, Zidane sekarang adalah pelatih yang sedang mengukir karier dan tidak akan mendapatkan perlindungan dari klub. Dia memahami kariernya di Madrid bisa berhenti kapan pun jika memang keputusan diambil manajemen klub.
Diakui, sebagai pelatih, dia tidak akan bertahan hingga sepuluh tahun sehingga waktu dimaksimalkan agar mendapatkan hasil terbaik. Mantan gelandang timnas Prancis itu ingin menunjukkan jika dia adalah pelatih yang bagus dalam situasi sulit. "Saya tidak terkejut jika tak berjalan bagus. Saya tahu bagaimana bereaksi, sekarang ini ada bahaya di sana, tapi saya tidak akan berubah," katanya.
Situasi Madrid sebenarnya tidak bisa ditimpakan semuanya kepada Zidane. Dengan jadwal yang padat sejak 2016, dia tak memiliki kedalaman skuad memadai. Musim ini, Los Blancos tak memiliki pelapis memadai seperti yang dimiliki pada musim lalu. Saat Karim Benzema cedera dan tendangannya membentur tiang dibanding bersarang ke gawang, Cristiano Ronaldo yang lebih produktif di Eropa dibandingkan Primera Liga, dan Gareth Bale sering mendapatkan perawatan cedera, Zidane tak memiliki opsi pengganti sepadan.
Situasi lini tengah tak lebih bagus. Luka Modric dan Toni Kroos yang terus-terusan menjadi tumpuan dalam tiga musim terakhir mulai terlihat lelah dan terbaca lawan. Semuanya memang terlihat buruk di Madrid.
Bicara produktivitas, mereka hanya menempati peringkat 23 tim terproduktif di lima kompetisi Eropa. Kalah dari tim sekelas Leicester City (Liga Primer) dan Udinese (Seri A). Sedangkan bicara harga, Madrid bahkan tidak memiliki pemain dengan nilai pasar fantastis seperti yang dimiliki Barcelona, Paris Saint Germain, Manchester City, Chelsea, atau Arsenal.
Seperti yang dirilis CIES Football Observatory, pemain termahal Madrid ada di peringkat 45 dari 100 daftar yang dirilis atas nama Isco. Sedangkan Ronaldo di posisi 49. Bale dan Benzema bahkan tidak masuk dalam daftar. Pemain termahal ditempati Neymar Jr dengan harga pasar termahal, yakni 213 juta euro atau Rp3,42 triliun. Lionel Messi di posisi ke dua senilai 202,2 juta euro Rp3,25 triliun.
(Baca Juga: 10 Pemain Termahal Versi CIES Football Observatory(amm)
Copa del Rey menjadi pilihan realistis untuk mendapatkan gelar dibandingkan mempertahankan Liga Champions dan Primera Liga yang kemungkinan besar terbang ke Stadion Camp Nou. Gelar menjadi penting karena Zidane sekarang mendapat tekanan mahaberat. Gagal bersaing dengan Barcelona di kompetisi domestik dan terdampar di peringkat 4 klasemen sementara Primera Liga, membuat Los Blancos kini hanya berpikir bagaimana musim depan bisa bermain di Liga Champions dibandingkan berburu gelar liga.
Zidane bukannya tak sadar dengan situasi tersebut. Pelatih yang menghadirkan lima gelar sepanjang 2017 itu dan baru saja mendapat penghargaan sebagai arsitek tim terbaik Prancis, bahkan sudah menyiapkan skenario terburuk terkait masa depannya. "Saya bilang kepada diri sendiri, 'jika memiliki sisa sepuluh hari di sini, saya akan melakukan semaksimal mungkin, jika enam bulan, saya akan hidup enam bulan itu hingga maksimal'. Selain itu, tidak saya pikirkan," kata Zidane dikutip express.co.uk dari France Football.
Pelatih berusia 45 tahun itu mengatakan, dia tidak akan mendapatkan keistimewaan atas apa yang dilakukan sebagai pelatih atau pemain. Menurut dia, Zidane sekarang adalah pelatih yang sedang mengukir karier dan tidak akan mendapatkan perlindungan dari klub. Dia memahami kariernya di Madrid bisa berhenti kapan pun jika memang keputusan diambil manajemen klub.
Diakui, sebagai pelatih, dia tidak akan bertahan hingga sepuluh tahun sehingga waktu dimaksimalkan agar mendapatkan hasil terbaik. Mantan gelandang timnas Prancis itu ingin menunjukkan jika dia adalah pelatih yang bagus dalam situasi sulit. "Saya tidak terkejut jika tak berjalan bagus. Saya tahu bagaimana bereaksi, sekarang ini ada bahaya di sana, tapi saya tidak akan berubah," katanya.
Situasi Madrid sebenarnya tidak bisa ditimpakan semuanya kepada Zidane. Dengan jadwal yang padat sejak 2016, dia tak memiliki kedalaman skuad memadai. Musim ini, Los Blancos tak memiliki pelapis memadai seperti yang dimiliki pada musim lalu. Saat Karim Benzema cedera dan tendangannya membentur tiang dibanding bersarang ke gawang, Cristiano Ronaldo yang lebih produktif di Eropa dibandingkan Primera Liga, dan Gareth Bale sering mendapatkan perawatan cedera, Zidane tak memiliki opsi pengganti sepadan.
Situasi lini tengah tak lebih bagus. Luka Modric dan Toni Kroos yang terus-terusan menjadi tumpuan dalam tiga musim terakhir mulai terlihat lelah dan terbaca lawan. Semuanya memang terlihat buruk di Madrid.
Bicara produktivitas, mereka hanya menempati peringkat 23 tim terproduktif di lima kompetisi Eropa. Kalah dari tim sekelas Leicester City (Liga Primer) dan Udinese (Seri A). Sedangkan bicara harga, Madrid bahkan tidak memiliki pemain dengan nilai pasar fantastis seperti yang dimiliki Barcelona, Paris Saint Germain, Manchester City, Chelsea, atau Arsenal.
Seperti yang dirilis CIES Football Observatory, pemain termahal Madrid ada di peringkat 45 dari 100 daftar yang dirilis atas nama Isco. Sedangkan Ronaldo di posisi 49. Bale dan Benzema bahkan tidak masuk dalam daftar. Pemain termahal ditempati Neymar Jr dengan harga pasar termahal, yakni 213 juta euro atau Rp3,42 triliun. Lionel Messi di posisi ke dua senilai 202,2 juta euro Rp3,25 triliun.
(Baca Juga: 10 Pemain Termahal Versi CIES Football Observatory(amm)