Angelique Kerber, Panser Jerman Era Milenial

Kamis, 29 Maret 2018 - 10:39 WIB
Angelique Kerber, Panser Jerman Era Milenial
Angelique Kerber, Panser Jerman Era Milenial
A A A
PETENIS Jerman Angelique Kerber berhasil membangkitkan romantika masyarakat Jerman akan hadirnya penerus Steffi Graff pada era milenial.

Seperti apakah sepak terjang Angelique Kerber itu? Ada yang tidak biasa di Jerman pada 30 Oktober 2016. Tiba-tiba saja permintaan tayangan tenis WTA Finals 2016 yang diselenggarakan di Singapura meningkat tajam. Total ada 1 juta warga Jerman yang menonton pertandingan tersebut lewat televisi berlangganan mereka.

Saat itu semuanya penasaran melihat dari jauh wakil mereka, Angelique Kerber, beraksi di babak final melawan Dominika Cibulkova dari Slovakia. Rating seperti itu tidak pernah terjadi sebelumnya di Jerman. Apalagi masyarakat Jerman sudah mulai melupakan olahraga tenis.

Setelah Steffi Graff menggantung raket tenis, masyarakat Jerman seolah kehilangan gairah untuk memberikan dukungan kepada wakil mereka di pertandingan tenis dunia. Angelique Kerber berhasil mengembalikan romantika tersebut dengan cara yang luar biasa. Pada 2016 dia berhasil dinobatkan sebagai petenis wanita paling wahid dunia.

Sontak perhatian masyarakat Jerman teralihkan. Mereka penasaran siapa sebenarnya Angelique Kerber dan bagaimana dia bisa menjadi petenis wanita nomor satu dunia. Itu juga karena setelah Steffi Graff berhenti, tidak ada lagi yang bisa melakukannya.

“Perhatian mereka ke tenis jadi lebih besar dibandingkan sebelumnya. Tenis kembali terkenal lagi di Jerman,” kenang Kerber waktu itu. Kehadiran Angelique Kerber seolah lolos dari perhatian. Apalagi nama Angelique Kerber memang tidak ada dalam radar pemerhati dan pelatih tenis di Jerman.

Alih-alih memperhatikan Angelique Kerber, waktu itu mereka malah memprediksi trio petenis wanita Jerman, yakni Andrea Petkovic, Sabine Lisicki, dan Julia Goerges yang bisa mengharumkan nama Jerman di kancah tenis dunia. Namun, tiba-tiba pada 2016 Angelique Kerber begitu digdaya.

Dia memenangi ajang Australia Terbuka pada tahun monyet api tersebut. Pada tahun yang sama juga dia berhasil memenangi Amerika Terbuka dan langsung menjungkalkan Serena Williams di takhta petenis wanita nomor satu dunia. “Ini seperti mimpi yang menjadi nyata,” ujar Kerber.

Pencapaian ini memang tidak mudah bagi Angelique Kerber. Terbukti dia mendapatkan kehormatan tersebut pada usia yang tidak muda untuk ukuran petenis wanita, yakni 28 tahun. Namun, ini sedikit banyak menggambarkan panjangnya jalan yang harus ditempuh Angelique Kerber mencapai takhta tersebut. Perkenalan Kerber dengan tenis sudah dimulai sejak usia 3 tahun.

Waktu itu kedua orang tuanya melihat potensi Angelique Kerber bermain tenis. Namun, bagi petenis kelahiran 18 Januari 1988 tersebut, sosok yang paling instrumental dalam perkembangan kariernya adalah sang kakek. “Dia adalah orang yang paling percaya dan mendukung saya seutuhnya. Tanpa dia sepertinya saya tidak akan ada di level ini. Ada beberapa momen ketika saya ragu atas apa yang saya lakukan, kemudian dia datang dan meningkatkan kepercayaan saya,” cerita Angelique tentang sosok kakeknya itu.

Bagi sang kakek, Angelique Kerber seperti jadi cucu kesayangan. Dia begitu bahagia ketika Angelique Kerber berminat main tenis. Sampai-sampai heran ketika keluarga Angelique Kerber pindah ke Polandia, tempat sang kakek tinggal, lapangan tenis yang dimiliki sang kakek diberi nama Angelique Kerber Court.

Tiap tahun sang kakek malah membuat pertandingan dengan nama Angie Cup. “Di lapangan itulah saya berlatih setiap hari. Sampai akhirnya saya memutuskan untuk terjun ke level profesional pada 2003 dalam usia 15 tahun,” ucap petenis yang saat ini berada di peringkat 10 dunia tersebut. Selama 13 tahun, Angelique Kerber jatuh bangun bermain di level profesional. Dia kerap berhasil menembus babak final, namun selalu terhempas ketika tinggal sedikit lagi meraih kesuksesan. Lagi pula Angelique Kerber berada pada era yang kurang pas di mana saat itu petenis Serena Williams begitu dominan.

Baru pada 2007, Angelique Kerber berhasil masuk peringkat 100 dunia. Hampir satu dekade setelahnya, Angelique Kerber akhirnya berhasil meraih mahkota petenis wanita nomor satu dunia. Namun, setelah itu jalan yang ditempuh oleh Angelique Kerber bukan lebih mudah, sebaliknya malah jauh lebih terjal.

“Setelah menjadi nomor satu, semua orang terasa ingin mengalahkan saya. Di situ saya merasakan sekali tekanannya,” tuturnya. Kenyataannya, Angelique Kerber begitu kepayahan setelah jadi juara dunia. Dia kerap terhenti di babak pertama kompetisi tenis dunia. Tidak butuh waktu lama dia langsung terlempar cepat dari takhtanya. Sadisnya lagi banyak pengamat tenis dunia mengatakan Angelique Kerber hanyalah petenis satu musim atau one season wonder .

Musim 2017 memang sangat kontras jika dibandingkan musim 2016 buat Angelique Kerber. “Saya tidak bermain dengan baik pada musim itu. Saya tidak banyak mendapatkan pertandingan dan ini karena saya selalu terhenti di babak-babak awal,” keluhnya.

Angelique Kerber memang seperti panser Jerman. Dia butuh bermain terus-menerus agar panas dan mengembangkan kemampuannya. Inilah yang kemudian dia coba lakukan pada awal tahun ini. Selain itu, dia memperbaiki mental berpuas diri karena berhasil menjadi nomor satu dunia pada 2016. “Saat itu saya menganggap mimpi saya telah tercapai. Padahal harusnya mimpi itu belum selesai karena masih ada pekerjaan lainnya mempertahankan mimpi tersebut,” ucapnya.

Tidak mudah bagi Angelique Kerber memperbaiki mental tersebut. Perlahanlahan dia menata kembali mental yang sudah terpecah itu. Sekali lagi dukungan dari keluarga yang membuatnya bersemangat kembali mengarungi dunia tenis. Awal tahun ini Angelique Kerber sudah mengawalinya dengan baik.

Dia berhasil menembus babak semifinal Australia Terbuka 2018. Dia pun terhenti karena dikalahkan oleh petenis wanita nomor satu dunia saat ini, Simona Halep. Setelahnya dia juga berhasil menembus babak semifinal Indian Wells 2018. Setelah itu dia menatap Miami Open 2018 dengan mental yang lebih kuat.

Di Miami Open 2018, Angelique Kerber memang terhenti di babak keempat oleh petenis Amerika Serikat, Sloane Stephen. Saat itu dia tinggal selangkah lagi menuju babak semifinal. Namun, Sloane Stephen begitu perkasa di kandangnya sendiri. Meski kalah, banyak orang memuji kebangkitan Angelique Kerber dari keterpurukan musim lalu. Angelique Kerber tidak membantah penampilan apiknya musim ini dibantu dengan fokus terhadap kekuatan mentalnya.

“Saya benar-benar berusaha untuk lebih memikirkan dan fokus dengan di mana saya berada ketika di lapangan dan hanya berusaha untuk memainkan rencana saya,” pungkasnya. (Wahyu Sibarani)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5727 seconds (0.1#10.140)