PSSI dan Nasionalisme Pemuda Indonesia
A
A
A
BANYAK sekali peristiwa besar terjadi pada 19 April di dunia. Mulai dari peperangan, kecelakaan, kerusuhan, hingga kabar bahagia pernikahan tokoh-tokoh dunia di masa lalu.
Di antaranya peristiwa-peristiwa besar itu, ada pula sejarah yang tercipta dan sangat penting bagi bangsa Indonesia. Tepat hari ini 88 tahun lalu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), organisasi induk yang mengatur sepak bola di Tanah Air didirikan di Yogyakarta. Waktu itu namanya Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia.
Adalah Soeratin Sosrosoegondo yang menjadi otak di balik pendirian PSSI. Insinyur lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman tersebut awalnya merupakan karyawan di perusahaan konstruksi Belanda, Sizten en Lausada. Namun Soeratin kemudian memutuskan mengundurkan diri tempatnya bekerja sebagai bentuk komitmennya pada hasil Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Padahal waktu itu, Soeratin satu-satunya orang Indonesia yang berada di jajaran petinggi perusahaan.
Soeratin bertekad fokus memupuk semangat nasionalisme para pemuda Indonesia. Tokoh kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1898 tersebut melihat bahwa sepak bola bisa digunakan sebagai sarana menumbuhkan kecintaan terhadap Tanah Air. Sepak bola waktu itu telah menjadi olahraga populer di kalangan masyarakat nusantara.
Untuk memuluskan niat mulia itu, Soeratin melakukan pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Adik ipar Dokter Soetomo, pendiri Budi Utomo, tersebut menyampaikan ide membentuk organisasi persepakbolaan kebangsaan. Gayung bersambut, ajakan Soeratin diterima dengan baik oleh para tokoh sepak bola di Indonesia. Mereka kemudian berkumpul di Yogyakarta pada 19 April 1930 dan lahirlah PSSI (Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia).
Seoratin dan para pengurus langsung menyusun program setelah PSSI terbentuk. Salah satunya adalah stridij program atau program perjuangan. Setiap perserikatan di bawah PSSI wajib menggelar kompetisi internal untuk strata I dan II. PSSI juga menggelar steden tournooi, kejuaraan antarperserikatan yang dimulai setahun kemudian di Surakarta.
Geliat sepak bola di Surakarta ternyata sampai dirasakan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono X. Raja Kasunanan Surakarta tersebut melihat rakyat bermain sepak bola di jalan dan alun-alun. Akhirnya Paku Buwono X mendirikan Stadion Sriwedari sebagai bentuk apresiasi terhadap sepak bola kebangsaan yang digerakkan PSSI. Dengan adanya stadion tersebut, maka kegiatan program PSSI semakin gencar.
Melihat perkembangan PSSI, Belanda yang telah memiliki organisasi Nederlandsh Indische Voetbal Bond (NIVB) lalu menggantinya dengan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU). Melalui NIVU, Belanda mulai bekerja sama dengan PSSI. Perjanjian kerja sama ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Yogyakarta.
Namun kerja sama itu hanya bertahan setahun. Gara-garanya NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938 atas nama Dutch East Indies. Tidak ada pemain yang diambil dari PSSI meski ada 9 orang warga pribumi/Tionghoa. Soeratin sangat marah karena dia menginginkan adanya pertandingan antara NIVU dan PSSI terlebih dahulu sebelum untuk memilih pemain yang dikirim ke Piala Dunia. Dalam kongres PSSI 1938, Soeratin membatalkan kerja sama dengan NIVU secara sepihak dan memutuskan untuk terus berkegiatan sendiri.
Kegiatan PSSI sempat vakum lantaran perpindahaan kekuasaan dari Belanda ke Jepang. PSSI baru kembali menjadi organisasi otonom pada 1949. Setahun kemudian, tepatnya pada Kongres PSSI 1950, Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia diganti menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.
PSSI resmi menjadi anggota federasi sepak bola internasional, FIFA pada 1952. Pada tahun yang sama PSSI juga diterima menjadi anggota AFC (Asian Football Conderation). Untuk memantapkan posisinya, PSSI mendaftar sebagai organisasi berbadan hukum ke Departemen Kehakiman. Surat pengesahan SKep Menkeh R.I J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953 akhirnya diterima oleh PSSI. PSSI juga masuk dalam tambahan berita Negara R.1 tanggal 3 Maret 1953 No 18 yang berarti satu-satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.
Sumber* PSSI, Wikipedia, Diolah
Di antaranya peristiwa-peristiwa besar itu, ada pula sejarah yang tercipta dan sangat penting bagi bangsa Indonesia. Tepat hari ini 88 tahun lalu, Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI), organisasi induk yang mengatur sepak bola di Tanah Air didirikan di Yogyakarta. Waktu itu namanya Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia.
Adalah Soeratin Sosrosoegondo yang menjadi otak di balik pendirian PSSI. Insinyur lulusan Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman tersebut awalnya merupakan karyawan di perusahaan konstruksi Belanda, Sizten en Lausada. Namun Soeratin kemudian memutuskan mengundurkan diri tempatnya bekerja sebagai bentuk komitmennya pada hasil Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928. Padahal waktu itu, Soeratin satu-satunya orang Indonesia yang berada di jajaran petinggi perusahaan.
Soeratin bertekad fokus memupuk semangat nasionalisme para pemuda Indonesia. Tokoh kelahiran Yogyakarta, 17 Desember 1898 tersebut melihat bahwa sepak bola bisa digunakan sebagai sarana menumbuhkan kecintaan terhadap Tanah Air. Sepak bola waktu itu telah menjadi olahraga populer di kalangan masyarakat nusantara.
Untuk memuluskan niat mulia itu, Soeratin melakukan pertemuan-pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, Bandung, dan Jakarta. Adik ipar Dokter Soetomo, pendiri Budi Utomo, tersebut menyampaikan ide membentuk organisasi persepakbolaan kebangsaan. Gayung bersambut, ajakan Soeratin diterima dengan baik oleh para tokoh sepak bola di Indonesia. Mereka kemudian berkumpul di Yogyakarta pada 19 April 1930 dan lahirlah PSSI (Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia).
Seoratin dan para pengurus langsung menyusun program setelah PSSI terbentuk. Salah satunya adalah stridij program atau program perjuangan. Setiap perserikatan di bawah PSSI wajib menggelar kompetisi internal untuk strata I dan II. PSSI juga menggelar steden tournooi, kejuaraan antarperserikatan yang dimulai setahun kemudian di Surakarta.
Geliat sepak bola di Surakarta ternyata sampai dirasakan oleh Sri Susuhunan Paku Buwono X. Raja Kasunanan Surakarta tersebut melihat rakyat bermain sepak bola di jalan dan alun-alun. Akhirnya Paku Buwono X mendirikan Stadion Sriwedari sebagai bentuk apresiasi terhadap sepak bola kebangsaan yang digerakkan PSSI. Dengan adanya stadion tersebut, maka kegiatan program PSSI semakin gencar.
Melihat perkembangan PSSI, Belanda yang telah memiliki organisasi Nederlandsh Indische Voetbal Bond (NIVB) lalu menggantinya dengan Nederlandsh Indische Voetbal Unie (NIVU). Melalui NIVU, Belanda mulai bekerja sama dengan PSSI. Perjanjian kerja sama ditandatangani oleh Soeratin (PSSI) dan Masterbroek (NIVU) pada 5 Januari 1937 di Yogyakarta.
Namun kerja sama itu hanya bertahan setahun. Gara-garanya NIVU mengirimkan timnya ke Piala Dunia 1938 atas nama Dutch East Indies. Tidak ada pemain yang diambil dari PSSI meski ada 9 orang warga pribumi/Tionghoa. Soeratin sangat marah karena dia menginginkan adanya pertandingan antara NIVU dan PSSI terlebih dahulu sebelum untuk memilih pemain yang dikirim ke Piala Dunia. Dalam kongres PSSI 1938, Soeratin membatalkan kerja sama dengan NIVU secara sepihak dan memutuskan untuk terus berkegiatan sendiri.
Kegiatan PSSI sempat vakum lantaran perpindahaan kekuasaan dari Belanda ke Jepang. PSSI baru kembali menjadi organisasi otonom pada 1949. Setahun kemudian, tepatnya pada Kongres PSSI 1950, Persatoean Sepak Raga Seloeroeh Indonesia diganti menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.
PSSI resmi menjadi anggota federasi sepak bola internasional, FIFA pada 1952. Pada tahun yang sama PSSI juga diterima menjadi anggota AFC (Asian Football Conderation). Untuk memantapkan posisinya, PSSI mendaftar sebagai organisasi berbadan hukum ke Departemen Kehakiman. Surat pengesahan SKep Menkeh R.I J.A.5/11/6, tanggal 2 Februari 1953 akhirnya diterima oleh PSSI. PSSI juga masuk dalam tambahan berita Negara R.1 tanggal 3 Maret 1953 No 18 yang berarti satu-satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.
Sumber* PSSI, Wikipedia, Diolah
(amm)