Pierluigi Collina Klaim VAR Dekati Kesempurnaan
A
A
A
MOSKOW - Ketua komite wasit FIFA, Pierluigi Collina, mengatakan keputusan yang diambil wasit dengan melihat monitor Assistant Referee System (VAR) telah mendekati kesempurnaan. Pria berkepala plontos itu bahkan mengklaim teknologi VAR saat ini telah mencapai 99,3%.
"Kami selalu mengatakan VAR tidak berarti kesempurnaan - mungkin masih ada interpretasi yang salah atau kesalahan. Tapi saya pikir Anda akan setuju bahwa 99,3% sangat dekat dengan kesempurnaan," kata Collina dikutip dari DailyMail, Sabtu (29/6/2018). Sementara Angka 0,7% yang hilang dalam statistik Collina masih diperdebatkan.
Penggunaan teknologi VAR baru pertama kali diuji coba di Piala Dunia 2018. Selama pertandingan fase grup, keberadaan VAR masih menimbulkan pro dan kontra. (Baca juga: Teknologi VAR Hasilkan 18 Penalti di Fae Grup Piala Dunia 2018)
https://soccer.sindonews.com/pialadunia/read/1317336/135/teknologi-var-hasilkan-18-gol-penalti-di-fase-grup-piala-dunia-2018-1530229004
Tak sedikit yang merasa diuntungkan dengan keputusan wasit usai melihat monitor VAR di pinggir lapangan. Tapi ada juga yang merasa dirugikan dengan VAR, seperti yang terjadi saat Korea Selatan mengusir Jerman di Piala Dunia 2018.
Namun Collina bersikeras bahwa seluruh tim yang terlibat di ruang gelap didesak untuk melihat insiden dengan kecepatan normal, sehingga mereka bisa melihat seberapa besar kontak antar pemain di lapangan hijau. Awak VAR juga bisa menggunakan gerak lambat untuk menemukan titik kontak, tetapi kecepatan normal untuk memutuskan seberapa seriusnya.
"Segala sesuatu dengan slow-mo atau super slow-mo tampak lebih besar, tampaknya lebih tangguh, tampaknya lebih disengaja. Sepak bola adalah olahraga di mana kontak tidak berarti pelanggaran," jelas Collina.
Collina membeberkan selama 48 pertandingan di fase grup Piala Dunia 2018 telah terjadi 335 insiden (6,9 per game). Tetapi hanya ditandai 17 untuk tinjauan resmi, dengan rincian 14 keputusan diubah dan tiga keputusan ditegakkan.
Collina berharap diskusi VAR antara wasit dan ruang kontrol untuk menjadi bagian dari siaran TV di masa depan. Namun, wakil sekretaris jenderal FIFA Zvonimir Boban segera mendorong kembali melawan gagasan itu, mengatakan campuran bahasa di Piala Dunia bisa membuatnya tidak mungkin bagi para penyiar.
"Kami selalu mengatakan VAR tidak berarti kesempurnaan - mungkin masih ada interpretasi yang salah atau kesalahan. Tapi saya pikir Anda akan setuju bahwa 99,3% sangat dekat dengan kesempurnaan," kata Collina dikutip dari DailyMail, Sabtu (29/6/2018). Sementara Angka 0,7% yang hilang dalam statistik Collina masih diperdebatkan.
Penggunaan teknologi VAR baru pertama kali diuji coba di Piala Dunia 2018. Selama pertandingan fase grup, keberadaan VAR masih menimbulkan pro dan kontra. (Baca juga: Teknologi VAR Hasilkan 18 Penalti di Fae Grup Piala Dunia 2018)
https://soccer.sindonews.com/pialadunia/read/1317336/135/teknologi-var-hasilkan-18-gol-penalti-di-fase-grup-piala-dunia-2018-1530229004
Tak sedikit yang merasa diuntungkan dengan keputusan wasit usai melihat monitor VAR di pinggir lapangan. Tapi ada juga yang merasa dirugikan dengan VAR, seperti yang terjadi saat Korea Selatan mengusir Jerman di Piala Dunia 2018.
Namun Collina bersikeras bahwa seluruh tim yang terlibat di ruang gelap didesak untuk melihat insiden dengan kecepatan normal, sehingga mereka bisa melihat seberapa besar kontak antar pemain di lapangan hijau. Awak VAR juga bisa menggunakan gerak lambat untuk menemukan titik kontak, tetapi kecepatan normal untuk memutuskan seberapa seriusnya.
"Segala sesuatu dengan slow-mo atau super slow-mo tampak lebih besar, tampaknya lebih tangguh, tampaknya lebih disengaja. Sepak bola adalah olahraga di mana kontak tidak berarti pelanggaran," jelas Collina.
Collina membeberkan selama 48 pertandingan di fase grup Piala Dunia 2018 telah terjadi 335 insiden (6,9 per game). Tetapi hanya ditandai 17 untuk tinjauan resmi, dengan rincian 14 keputusan diubah dan tiga keputusan ditegakkan.
Collina berharap diskusi VAR antara wasit dan ruang kontrol untuk menjadi bagian dari siaran TV di masa depan. Namun, wakil sekretaris jenderal FIFA Zvonimir Boban segera mendorong kembali melawan gagasan itu, mengatakan campuran bahasa di Piala Dunia bisa membuatnya tidak mungkin bagi para penyiar.
(nug)