Jasa Besar Pahlawan Muda Les Bleus
A
A
A
PARA pemain muda Prancis menunjukkan bakat dan potensi besar. Les Bleus yang diperkuat gelandang serang muda, Kylian Mbappe,
mengalahkan Argentina 4-3 pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Kazan Arena tadi malam.
Perebutan tiket perempat final antara Prancis dan Argentina berlangsung sengit dan menarik. Lionel Messi dkk yang tertinggal 0-1 pada babak pertama tidak mau menyerah dan mencoba membalikkan keadaan.
Memasuki menit-menit akhir sebelum jeda, Argentina mulai melancarkan serangan yang mengancam Prancis. Situasi mulai berbalik setelah Angel di Maria sukses mencetak gol dari luar kotak penalti pada menit ke-41.
Tak lama setelah babak kedua dimulai, Gabriel Mercado mencetak gol dari pantulan bola yang mengenai kakinya pada menit 48. Namun, Prancis bangkit dan membalas hingga kedudukan menjadi imbang 2-2. Setelah itu Prancis melesakkan dua gol beruntun dalam kurun waktu empat menit hingga unggul 4-2.
Itu semua berkat kecerdikan Kylian Mbappe dalam memanfaatkan celah di pertahanan Argentina. Pemain berusia 19 tahun itu jadi aktor kemenangan Negeri Ayam Jantan. Bintang Paris Saint-Germain itu melesakkan dua gol indah pada menit ke-64 dan ke-68 yang secara teknis memupus harapan Argentina untuk bangkit.
Setelah gol Mbappe, Argentina memang bisa memperkecil ketertinggalan lewat kaki Sergio Aguero pada injury time. Tapi, semua itu sudah terlambat. Prancis tidak membiarkan lagi lawannya menyamakan kedudukan. Alhasil, pasukan Didier Deschamps tetap unggul 4-3.
Selain Mbappe, gol Prancis disumbang Antoine Griezmann dari titik putih pada menit ke-13, dan melalui sontekan Benjamin Pavard di menit ke-57.
Les Bleus pun lolos keperempat final Piala Dunia untuk kedua kalinya secara beruntun. “Kami pantas menang. Kami berjuang
keras, bermain lebih baik dan tentu itu semua terlihat di pertandingan tadi,” ucap Deschamps, selepas laga kepada
fifa tv.
Ini juga menjadi era baru bagi Prancis karena akhirnya bisa keluar dari cengkeraman Argentina. Sebab, sebelum duel itu Prancis terus kalah dari empat pertemuan terakhirnya. Artinya, ini bisa dianggap pembalasan dendam yang sempurna.
Salah satu faktor kemenangan Prancis adalah taktik Deschamps yang mencontek cara Kroasia mematikan Messi. Dengan memotong alur bola yang ditujukan padanya, penyerang Barcelona itu tidak bisa berbuat banyak.
Terkuncinya pergerakan Messi membuat serangan Argentina kurang maksimal. La Pulga bahkan nyaris tidak pernah melancarkan upaya yang membahayakan gawang Prancis yang dikawal Hugo Lloris.
Setidaknya Argentina bisa mematahkan rekor Prancis yang tercatat tidak pernah kebobolan dalam tujuh pertandingan terakhir melawan tim Amerika Selatan di Piala Dunia. Sebelum Argentina, tim terakhir yang menjebol gawang Prancis ialah Brasil pada 1986.
Yang jelas, hasil ini menjadi ironi bagi Argentina. Sebab, sepanjang pertandingan fans Argentina yang memadati Kazan Arena tak henti-hentinya meneriakkan yel, bernyanyi, dan mengibarkan bendera kebanggaan mereka.
Stadion yang mampu menampung 45.105 penonton tersebut lebih dari 80 persennya adalah pendukung Messi dkk. Dikomandoi sang
legenda hidup Tim Tango, Diego Maradona, mereka menyemangati tim kesayangan dengan tak kenal lelah.
Pendukung Messi dkk di Kazan bukan hanya datang dari Argentina, juga dari berbagai negara Amerika Latin, tengah dan utara. Marcel, misalnya, datang dari Madellin, Kolombia, untuk mendukung negaranya. Tapi, dia dan keluarganya juga membeli tiket pertandingan Prancis versus Argentina untuk mendukung Tim Tango.
“Kami memiliki kedekatan. Kami saling mendukung, mungkin hanya fans Brasil yang tidak bakal memberi support pada Argentina, begitu juga sebaliknya,” ungkap Marcel.
“Tapi, kalau mereka bertemu dengan negara saya, tentu saya mendukung Kolombia.” Sayang, puluhan ribu suporter yang hadir di Kazan Arena tidak mampu mendongkrak permainan La Albiceleste.
Tim yang sarat penggawa bintang tersebut harus angkat kaki dari Rusia dan mengubur asa menggenggam trofi Piala Dunia.
“Saya sedih, patah hati saya. Pertahanan Argentina amat buruk. Ini masalah yang sama seperti di pertandingan-pertandingan sebelumnya,” ungkap Ricardo, pendukung Argentina yang berdomisili di Miami, Amerika Serikat.
Pendukung tim asal negara Amerika Selatan dan Meksiko memang luar biasa. Mereka membanjiri semua kota di Rusia dan
mendominasi bangku stadion.
Jorge, suporter Argentina asal Buenos Aires, bersama tiga kawannya merencanakan perjalanan ke Rusia sejak pertengahan 2016. “Kami memperhitungkan biaya dan segala sesuatunya. Termasuk memesan hotel setelah tahu di mana Argentina bermain. Kami juga mengajukan cuti jauh-jauh hari. Ini adalah perjalanan impian,” kata Jorge.
Sebaliknya, pendukung Prancis terlihat amat minor dibandingkan penggemar Tim Tango. Mereka baru bersuara ketika Mbappe membawa Les Bleus unggul 3-2, lalu 4-2. Bendera biru-putih-merah mulai terlihat berkibar di sela-sela penonton. Ketika Sergio Aguero memperkecil kedudukan menjadi 4-3 pun mereka kembali senyap. (M Mirza)
mengalahkan Argentina 4-3 pada babak 16 besar Piala Dunia 2018 di Kazan Arena tadi malam.
Perebutan tiket perempat final antara Prancis dan Argentina berlangsung sengit dan menarik. Lionel Messi dkk yang tertinggal 0-1 pada babak pertama tidak mau menyerah dan mencoba membalikkan keadaan.
Memasuki menit-menit akhir sebelum jeda, Argentina mulai melancarkan serangan yang mengancam Prancis. Situasi mulai berbalik setelah Angel di Maria sukses mencetak gol dari luar kotak penalti pada menit ke-41.
Tak lama setelah babak kedua dimulai, Gabriel Mercado mencetak gol dari pantulan bola yang mengenai kakinya pada menit 48. Namun, Prancis bangkit dan membalas hingga kedudukan menjadi imbang 2-2. Setelah itu Prancis melesakkan dua gol beruntun dalam kurun waktu empat menit hingga unggul 4-2.
Itu semua berkat kecerdikan Kylian Mbappe dalam memanfaatkan celah di pertahanan Argentina. Pemain berusia 19 tahun itu jadi aktor kemenangan Negeri Ayam Jantan. Bintang Paris Saint-Germain itu melesakkan dua gol indah pada menit ke-64 dan ke-68 yang secara teknis memupus harapan Argentina untuk bangkit.
Setelah gol Mbappe, Argentina memang bisa memperkecil ketertinggalan lewat kaki Sergio Aguero pada injury time. Tapi, semua itu sudah terlambat. Prancis tidak membiarkan lagi lawannya menyamakan kedudukan. Alhasil, pasukan Didier Deschamps tetap unggul 4-3.
Selain Mbappe, gol Prancis disumbang Antoine Griezmann dari titik putih pada menit ke-13, dan melalui sontekan Benjamin Pavard di menit ke-57.
Les Bleus pun lolos keperempat final Piala Dunia untuk kedua kalinya secara beruntun. “Kami pantas menang. Kami berjuang
keras, bermain lebih baik dan tentu itu semua terlihat di pertandingan tadi,” ucap Deschamps, selepas laga kepada
fifa tv.
Ini juga menjadi era baru bagi Prancis karena akhirnya bisa keluar dari cengkeraman Argentina. Sebab, sebelum duel itu Prancis terus kalah dari empat pertemuan terakhirnya. Artinya, ini bisa dianggap pembalasan dendam yang sempurna.
Salah satu faktor kemenangan Prancis adalah taktik Deschamps yang mencontek cara Kroasia mematikan Messi. Dengan memotong alur bola yang ditujukan padanya, penyerang Barcelona itu tidak bisa berbuat banyak.
Terkuncinya pergerakan Messi membuat serangan Argentina kurang maksimal. La Pulga bahkan nyaris tidak pernah melancarkan upaya yang membahayakan gawang Prancis yang dikawal Hugo Lloris.
Setidaknya Argentina bisa mematahkan rekor Prancis yang tercatat tidak pernah kebobolan dalam tujuh pertandingan terakhir melawan tim Amerika Selatan di Piala Dunia. Sebelum Argentina, tim terakhir yang menjebol gawang Prancis ialah Brasil pada 1986.
Yang jelas, hasil ini menjadi ironi bagi Argentina. Sebab, sepanjang pertandingan fans Argentina yang memadati Kazan Arena tak henti-hentinya meneriakkan yel, bernyanyi, dan mengibarkan bendera kebanggaan mereka.
Stadion yang mampu menampung 45.105 penonton tersebut lebih dari 80 persennya adalah pendukung Messi dkk. Dikomandoi sang
legenda hidup Tim Tango, Diego Maradona, mereka menyemangati tim kesayangan dengan tak kenal lelah.
Pendukung Messi dkk di Kazan bukan hanya datang dari Argentina, juga dari berbagai negara Amerika Latin, tengah dan utara. Marcel, misalnya, datang dari Madellin, Kolombia, untuk mendukung negaranya. Tapi, dia dan keluarganya juga membeli tiket pertandingan Prancis versus Argentina untuk mendukung Tim Tango.
“Kami memiliki kedekatan. Kami saling mendukung, mungkin hanya fans Brasil yang tidak bakal memberi support pada Argentina, begitu juga sebaliknya,” ungkap Marcel.
“Tapi, kalau mereka bertemu dengan negara saya, tentu saya mendukung Kolombia.” Sayang, puluhan ribu suporter yang hadir di Kazan Arena tidak mampu mendongkrak permainan La Albiceleste.
Tim yang sarat penggawa bintang tersebut harus angkat kaki dari Rusia dan mengubur asa menggenggam trofi Piala Dunia.
“Saya sedih, patah hati saya. Pertahanan Argentina amat buruk. Ini masalah yang sama seperti di pertandingan-pertandingan sebelumnya,” ungkap Ricardo, pendukung Argentina yang berdomisili di Miami, Amerika Serikat.
Pendukung tim asal negara Amerika Selatan dan Meksiko memang luar biasa. Mereka membanjiri semua kota di Rusia dan
mendominasi bangku stadion.
Jorge, suporter Argentina asal Buenos Aires, bersama tiga kawannya merencanakan perjalanan ke Rusia sejak pertengahan 2016. “Kami memperhitungkan biaya dan segala sesuatunya. Termasuk memesan hotel setelah tahu di mana Argentina bermain. Kami juga mengajukan cuti jauh-jauh hari. Ini adalah perjalanan impian,” kata Jorge.
Sebaliknya, pendukung Prancis terlihat amat minor dibandingkan penggemar Tim Tango. Mereka baru bersuara ketika Mbappe membawa Les Bleus unggul 3-2, lalu 4-2. Bendera biru-putih-merah mulai terlihat berkibar di sela-sela penonton. Ketika Sergio Aguero memperkecil kedudukan menjadi 4-3 pun mereka kembali senyap. (M Mirza)
(nfl)