Bangun PSSI Butuh Fokus, Edy Diminta Lepas Jabatan Ketua Umum
A
A
A
JAKARTA - Ketua Umum PSSI periode 2016-2020 Edy Rahmayadi kembali ke lingkungan PSSI setelah menjalani cuti selama kampanye pemilihan Gubernur Sumatera Utara. Namun, dengan terpilihnya mantan Pangkostrad itu sebagai gubernur, desakan mundur dari PSSI mulai mengemuka.
Masyarakat menilai Edy akan sulit bekerja maksimal dalam menumbuhkembangkan PSSI, dimana pada saat bersamaan harus mengemban jabatan publik sebagai gubernur seperti sekarang ini.
Sebab, sepak bola merupakan cabang olahraga yang membutuhkan banyak daya upaya dan fokus dalam pengelolaan. Apalagi, dalam sepak bola tercermin perwujudan suluh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu persatuan, disiplin, fairplay, respek, dan integritas.
Tak salah bila sempat muncul petisi yang menuntut Edy mundur dari kursi ketua umum PSSI. Mereka ingin PSSI lebih independen dan leluasa sebagaimana yang disyaratkan Badan Sepak Bola Internasional (FIFA). Karena dengan posisinya sebagai gubernur Sumatera Utara saat ini dikhawatirkan sepak bola Indonesia akan terkontaminasi politik.
“Untuk kebaikan bersama ada baiknya Pak Edy Rahmayadi merenungkan keinginan publik agar beliau memilih salah satu antara sebagai Gubernur dan Ketua Umum PSSI. Ini untuk kepentingan nasional,” ujar Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali, Sabtu (4/8/2018).
Dia mengatakan, mengelola sepak bola Indonesia yang masih banyak masalah ini tak bisa diurus secara sambilan. Butuh ketua umum yang 24 jam fokus memikirkan dan melakukan sejumlah perbaikan. Begitu juga dengan tugas di pemerintahan karena menyangkut hajat hidup masyarakat.
Yang menarik, di tengah desakan mundur Edy sebagai ketua umum, muncul juga sejumlah nama yang digadang-gadang siap memimpin PSSI ke depan. Di antaranya Penjabat Gubernur Jawa Barat M Iriawan dan Ketua KOI Erick Thohir. Bahkan, mantan pesepak bola Kurniawan Dwi Yulianto yang pada kongres 2017 maju sebagai salah satu calon ketua umum, kembali disebut-sebut namanya.
“Munculnya sejumlah figur potensial dari kalangan masyarakat yang siap memimpin PSSI juga perlu direspons oleh para pemilik suara (voters) untuk mulai berpikir mencari solusi terhadap posisi rangkap jabatan yang banyak terjadi di lingkup PSSI. Rangkap jabatan salah satu sumber masalah utama sepak bola negeri ini karena posisi mendua berpotensi tarik ulur kepentingan yang membuat tata kelola sepak bola Indonesia tak mengalami perubahan dan kemajuan,” tegas Akmal.
Sementara itu, Iriawan yang namanya mulai disebut-sebut di kancah sepak bola nasional, mengaku siap memimpin PSSI. Bahkan, dia siap mengeluarkan segenap kemampuan untuk memberesi PSSI.
“Saya siap ikut berkontribusi nyata dalam upaya menata pengelolaan sepak bola di Tanah Air menjadi lebih baik. Tentu jalan paling efektif adalah jika saya eksis di struktur kerja PSSI. Maka, jika kesempatan itu datang dan saya mendapat dukungan, saya siap memimpin PSSI,” ujar Komjen Polisi yang juga Sekretaris Utama Lemhanas itu.
Masyarakat menilai Edy akan sulit bekerja maksimal dalam menumbuhkembangkan PSSI, dimana pada saat bersamaan harus mengemban jabatan publik sebagai gubernur seperti sekarang ini.
Sebab, sepak bola merupakan cabang olahraga yang membutuhkan banyak daya upaya dan fokus dalam pengelolaan. Apalagi, dalam sepak bola tercermin perwujudan suluh Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika, yaitu persatuan, disiplin, fairplay, respek, dan integritas.
Tak salah bila sempat muncul petisi yang menuntut Edy mundur dari kursi ketua umum PSSI. Mereka ingin PSSI lebih independen dan leluasa sebagaimana yang disyaratkan Badan Sepak Bola Internasional (FIFA). Karena dengan posisinya sebagai gubernur Sumatera Utara saat ini dikhawatirkan sepak bola Indonesia akan terkontaminasi politik.
“Untuk kebaikan bersama ada baiknya Pak Edy Rahmayadi merenungkan keinginan publik agar beliau memilih salah satu antara sebagai Gubernur dan Ketua Umum PSSI. Ini untuk kepentingan nasional,” ujar Koordinator Save Our Soccer (SOS) Akmal Marhali, Sabtu (4/8/2018).
Dia mengatakan, mengelola sepak bola Indonesia yang masih banyak masalah ini tak bisa diurus secara sambilan. Butuh ketua umum yang 24 jam fokus memikirkan dan melakukan sejumlah perbaikan. Begitu juga dengan tugas di pemerintahan karena menyangkut hajat hidup masyarakat.
Yang menarik, di tengah desakan mundur Edy sebagai ketua umum, muncul juga sejumlah nama yang digadang-gadang siap memimpin PSSI ke depan. Di antaranya Penjabat Gubernur Jawa Barat M Iriawan dan Ketua KOI Erick Thohir. Bahkan, mantan pesepak bola Kurniawan Dwi Yulianto yang pada kongres 2017 maju sebagai salah satu calon ketua umum, kembali disebut-sebut namanya.
“Munculnya sejumlah figur potensial dari kalangan masyarakat yang siap memimpin PSSI juga perlu direspons oleh para pemilik suara (voters) untuk mulai berpikir mencari solusi terhadap posisi rangkap jabatan yang banyak terjadi di lingkup PSSI. Rangkap jabatan salah satu sumber masalah utama sepak bola negeri ini karena posisi mendua berpotensi tarik ulur kepentingan yang membuat tata kelola sepak bola Indonesia tak mengalami perubahan dan kemajuan,” tegas Akmal.
Sementara itu, Iriawan yang namanya mulai disebut-sebut di kancah sepak bola nasional, mengaku siap memimpin PSSI. Bahkan, dia siap mengeluarkan segenap kemampuan untuk memberesi PSSI.
“Saya siap ikut berkontribusi nyata dalam upaya menata pengelolaan sepak bola di Tanah Air menjadi lebih baik. Tentu jalan paling efektif adalah jika saya eksis di struktur kerja PSSI. Maka, jika kesempatan itu datang dan saya mendapat dukungan, saya siap memimpin PSSI,” ujar Komjen Polisi yang juga Sekretaris Utama Lemhanas itu.
(sha)