Willian Borges da Silva Mencari Kebahagiaan di Lapanagn Hijau
A
A
A
UANG tidak selamanya jadi motivasi utama buat pesepak bola kelas dunia seperti Willian. Masih ada hal lainnya yang bisa menjadi kunci utama, yakni kebahagiaan.
Bagaimana ceritanya? Saat Willian Borges da Silva tidak kunjung balik kemarkas Chelsea FC di Stam ford Bridge, London, Inggris, para analis sepak bola langsung menyuarakan berbagai prediksi. Mereka satu suara bahwa pemain asal Brasil tersebut tidak akan kembali ke Chelsea.
Berkaca dari musim sebelumnya, Willian memang tidak begitu kerasan ketika Chelsea dilatih oleh Antonio Conte. Pelatih berpaspor Italia tersebut selalu mencadangkan Willian dalam setiap pertandingan Chelsea.
Ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya ketika Chelsea dilatih oleh Jose Mourinho dan Guus Hiddink di mana Willian selalu jadi pilihan utama. Willian merasa Antonio Conte tidak pernah memberikan alasan yang jelas mengapa dia dibangku cadangkan.
Ketidak sukaan Willian kepada Antonio Conte makin menjadi-jadi ketika mantan pelatih Juventus tersebut menendang Diego Costa dari klub dengan pesan pendek. “Dia juga tidak pernah suka dengan David Silva,” ujar Willian.
Tidak heran, begitu Piala Dunia 2018 usai, Willian tidak akan kembali ke Chelsea. Bicara soal kesetiaan, Willian memang punya cerita yang kurang mengenakkan. Ketika digaet oleh Jose Mourinho pada 2013, Willian justru saat itu sudah selangkah lagi bergabung dengan Tottenham Hotspurs.
Saat itu Willian sudah melakukan tes kesehatan dan tinggal menunggu hasil tes tersebut. Nyatanya setelah mengikuti tes kesehatan, keesokan harinya berita telah menyebar bahwa Jose Mourinho telah membajak Willian dari Andre Villas Boas, pelatih Tottenham Hotspur saat itu.
“Saat itu saya belum melakukan sesuatu keputusan resmi. Saya tidak menandatangani apa pun. Jadi, saya rasa apa yang saya lakukan dengan pergi ke Chelsea bukan hal yang salah,” ujar Willian membela diri. Berkaca dari pengalaman tersebut, tidak heran jika banyak pengamat meragukan kesetiaan Willian.
Apalagi sebelum Liga Inggris dimulai beberapa waktu lalu, Jose Mourinho dikabarkan meminang Willian untuk bermain untuknya di Manchester United. Tidak hanya The Red Devil , klub Liga Spanyol, FC Barcelona bahkan getol menggoda Willian.
Kritikan terhadap Willian semakin tajam mengingat banyak pesepak bola Brasil kurang begitu loyal kepada klub mereka. Kesetiaan memang jadi hal yang dilematis buat Willian. Di Chelsea, dia punya banyak waktu yang tepat untuk meninggalkan Chelsea.
Terutama saat Chelsea mulai ditinggalkan Jose Mourinho dan gagal meraih gelar Liga Inggris. Meski harus diakui dia sempat gamang ketika Antonio Conte menjadi pelatih Chelsea. Namun, akhirnya dia tetap bersama Chelsea, pelatih barunya, Maurizzio Sarri. “Saya tidak akan meninggalkan Chelsea.
Saya meninggalkan klub ini jika tidak lagi dibutuhkan,” ujar Willian. Di klub sebelumnya, Shakhtar Donetsk dan Anzhi Makhachkala, Willian lagi-lagi diterpa masalah kesetiaan.
Cerita kesetiaan ini sempat mengemuka ketika klub non-Brasil yang diperkuat Willian, Shakhtar Donetsk, merasa kecewa ketika dia pergi ke Anzhi Makhachkala. “Saat dia datang ke Shakhtar, dia masih seperti anak kecil.
Sekarang dia pergi meninggalkan kita pada usia 24 tahun. Saya bilang kepadanya bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak hal lagi jika bersabar,” ujar pelatih Shakhtar Donetsk waktu itu, Mircea Lucescu. Namun, Willian bukan serta merta langsung pergi di mana uang berlimpah.
Dia memilih untuk meniti kariernya selangkah demi selangkah. Di Anzhi, dia mencoba Liga Rusia yang justru sebenarnya tidak memiliki efek yang besar buat dirinya. Media Brasil tidak pernah sekali pun melirik Liga Rusia.
Alhasil saat itu nama Willian tidak pernah tembus skuad tim nasional Brasil. Di Anzhi, Willian bahkan menjalani hidup yang keras. Meski berkilau di klub tersebut, Willian bahkan menerima perlakuan rasis dari pendukung Anzhi sendiri.
Masa-masa sulit semakin kuat ketika pemilik Anzhi, Suleyman Kerimov, justru tidak tertarik meneruskan bisnis sepak bola. Saat itulah tiba-tiba saja Anzhi menerima penawaran dari Tottenham Hotspur dan Chelsea.
Andre Villas Boas, pelatih Tottenham Hotspur saat itu, benar-benar yakin akan menerima tanda tangan Willian. Apalagi dia sudah lama mengincar Willian untuk bergabung dengan klub London tersebut. “Bakat dia terlalu sayang jika hanya digunakan untuk Liga Rusia,” ujar Andre Villas Boas.
Bagaimana ceritanya? Saat Willian Borges da Silva tidak kunjung balik kemarkas Chelsea FC di Stam ford Bridge, London, Inggris, para analis sepak bola langsung menyuarakan berbagai prediksi. Mereka satu suara bahwa pemain asal Brasil tersebut tidak akan kembali ke Chelsea.
Berkaca dari musim sebelumnya, Willian memang tidak begitu kerasan ketika Chelsea dilatih oleh Antonio Conte. Pelatih berpaspor Italia tersebut selalu mencadangkan Willian dalam setiap pertandingan Chelsea.
Ini berbeda dengan musim-musim sebelumnya ketika Chelsea dilatih oleh Jose Mourinho dan Guus Hiddink di mana Willian selalu jadi pilihan utama. Willian merasa Antonio Conte tidak pernah memberikan alasan yang jelas mengapa dia dibangku cadangkan.
Ketidak sukaan Willian kepada Antonio Conte makin menjadi-jadi ketika mantan pelatih Juventus tersebut menendang Diego Costa dari klub dengan pesan pendek. “Dia juga tidak pernah suka dengan David Silva,” ujar Willian.
Tidak heran, begitu Piala Dunia 2018 usai, Willian tidak akan kembali ke Chelsea. Bicara soal kesetiaan, Willian memang punya cerita yang kurang mengenakkan. Ketika digaet oleh Jose Mourinho pada 2013, Willian justru saat itu sudah selangkah lagi bergabung dengan Tottenham Hotspurs.
Saat itu Willian sudah melakukan tes kesehatan dan tinggal menunggu hasil tes tersebut. Nyatanya setelah mengikuti tes kesehatan, keesokan harinya berita telah menyebar bahwa Jose Mourinho telah membajak Willian dari Andre Villas Boas, pelatih Tottenham Hotspur saat itu.
“Saat itu saya belum melakukan sesuatu keputusan resmi. Saya tidak menandatangani apa pun. Jadi, saya rasa apa yang saya lakukan dengan pergi ke Chelsea bukan hal yang salah,” ujar Willian membela diri. Berkaca dari pengalaman tersebut, tidak heran jika banyak pengamat meragukan kesetiaan Willian.
Apalagi sebelum Liga Inggris dimulai beberapa waktu lalu, Jose Mourinho dikabarkan meminang Willian untuk bermain untuknya di Manchester United. Tidak hanya The Red Devil , klub Liga Spanyol, FC Barcelona bahkan getol menggoda Willian.
Kritikan terhadap Willian semakin tajam mengingat banyak pesepak bola Brasil kurang begitu loyal kepada klub mereka. Kesetiaan memang jadi hal yang dilematis buat Willian. Di Chelsea, dia punya banyak waktu yang tepat untuk meninggalkan Chelsea.
Terutama saat Chelsea mulai ditinggalkan Jose Mourinho dan gagal meraih gelar Liga Inggris. Meski harus diakui dia sempat gamang ketika Antonio Conte menjadi pelatih Chelsea. Namun, akhirnya dia tetap bersama Chelsea, pelatih barunya, Maurizzio Sarri. “Saya tidak akan meninggalkan Chelsea.
Saya meninggalkan klub ini jika tidak lagi dibutuhkan,” ujar Willian. Di klub sebelumnya, Shakhtar Donetsk dan Anzhi Makhachkala, Willian lagi-lagi diterpa masalah kesetiaan.
Cerita kesetiaan ini sempat mengemuka ketika klub non-Brasil yang diperkuat Willian, Shakhtar Donetsk, merasa kecewa ketika dia pergi ke Anzhi Makhachkala. “Saat dia datang ke Shakhtar, dia masih seperti anak kecil.
Sekarang dia pergi meninggalkan kita pada usia 24 tahun. Saya bilang kepadanya bahwa dia bisa mendapatkan lebih banyak hal lagi jika bersabar,” ujar pelatih Shakhtar Donetsk waktu itu, Mircea Lucescu. Namun, Willian bukan serta merta langsung pergi di mana uang berlimpah.
Dia memilih untuk meniti kariernya selangkah demi selangkah. Di Anzhi, dia mencoba Liga Rusia yang justru sebenarnya tidak memiliki efek yang besar buat dirinya. Media Brasil tidak pernah sekali pun melirik Liga Rusia.
Alhasil saat itu nama Willian tidak pernah tembus skuad tim nasional Brasil. Di Anzhi, Willian bahkan menjalani hidup yang keras. Meski berkilau di klub tersebut, Willian bahkan menerima perlakuan rasis dari pendukung Anzhi sendiri.
Masa-masa sulit semakin kuat ketika pemilik Anzhi, Suleyman Kerimov, justru tidak tertarik meneruskan bisnis sepak bola. Saat itulah tiba-tiba saja Anzhi menerima penawaran dari Tottenham Hotspur dan Chelsea.
Andre Villas Boas, pelatih Tottenham Hotspur saat itu, benar-benar yakin akan menerima tanda tangan Willian. Apalagi dia sudah lama mengincar Willian untuk bergabung dengan klub London tersebut. “Bakat dia terlalu sayang jika hanya digunakan untuk Liga Rusia,” ujar Andre Villas Boas.
(don)