Desakan Edy Mundur dari Ketum PSSI Makin Kencang
A
A
A
JAKARTA - Desakan Edy Rahmayadi untuk melepaskan jabatannya sebagai ketua umum (ketum) PSSI semakin kencang. Mereka menilai Gubernur Sumatera Utara tersebut sudah tidak mampu lagi memimpin federasi sepak bola Tanah Air itu.
Belum lama ini juga ada petisi online yang ditandatangani puluhan ribu orang yang menuntut Edy mundur. Bahkan, sejumlah mahasiswa menggelar aksi damai dengan tuntutan serupa di depan Kementerian Pemuda dan Olahraga awal pekan ini.
Dalam rilisnya, mereka menuntut Edy turun dari jabatan ketum PSSI karena tidak bisa mengatasi masalah sepak bola Indonesia, yang salah satunya adalah tewasnya 22 suporter sejak dia memimpin PSSI pada 10 November 2016.
Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan PSSI akan di bawah ke ranah politik praktis pada 2019 jika Edy tidak segera turun di kursi ketum PSSI. Terakhir, mereka meminta Menpora membekukan PSSI karena mantan Pangkostrad ini dinilai telah gagal menciptakan iklim sepak bola yang sportif di Indonesia. Situasi itu muncul karena konsentrasi Edy terpecah. Selain menjadi ketua umum PSSI, dia juga merupakan Gubernur Sumatera Utara.
Manajer Madura United Haruna Soemitro menyatakan bahwa desakan mundur Edy dari kursi ketua umum PSSI tersebut bakal dibicarakan saat kongres tahunan yang rencananya digelar pada awal 2019. Agenda tersebut bakal membahas berbagai macam hal yang telah dicapai PSSI tahun ini dan perencanaan tahun depan. ”Ketum PSSI dipilih melalui kongres, mundur pun via kongres. Beri kesempatan Pak Edy mempertanggungjawabkannya via kongres," kata Haruna.
Dia menambahkan, pihaknya ingin semua pihak percaya dengan mekanisme kongres. “Beri kesempatan Pak Edy. Jadi, biarkan publik menilai beliau gagal atau tidak. Tapi, kami sebagai anggota PSSI tak mau ambil pusing dengan tuntutan yang ada ini," tambahnya.
Koordinator Save Our Soccer (SOS) Indonesia Akmal Marhali menilai wajar jika ada tuntutan perubahan yang revolusioner dalam sepak bola Indonesia. Menurutnya, posisi Edy sebagai ketua umum semakin berat setelah terpilih sebagai Gubernur Sumut karena sekarang ada dua rakyat yang butuh perhatian serius, yakni Rakyat Sumut dan Rakyat Sepak Bola.
“Keduanya butuh perhatian penuh 24 jam. Tak bisa dikerjakan secara sambilan. Dibutuhkan orang-orang yang benar-benar berintegritas dan mewakafkan diri sepenuhnya untuk sepak bola," tegas Akmal.
Menurut dia, rangkap jabatan akan menghadirkan banyak masalah selain terlihat tidak profesional. Terutama, akan banyaknya benturan kepentingan yang dihadapi, dan itu akan dialami setiap hari yang membuat Edy gagal fokus.
Belum lama ini juga ada petisi online yang ditandatangani puluhan ribu orang yang menuntut Edy mundur. Bahkan, sejumlah mahasiswa menggelar aksi damai dengan tuntutan serupa di depan Kementerian Pemuda dan Olahraga awal pekan ini.
Dalam rilisnya, mereka menuntut Edy turun dari jabatan ketum PSSI karena tidak bisa mengatasi masalah sepak bola Indonesia, yang salah satunya adalah tewasnya 22 suporter sejak dia memimpin PSSI pada 10 November 2016.
Selain itu, mereka juga mengkhawatirkan PSSI akan di bawah ke ranah politik praktis pada 2019 jika Edy tidak segera turun di kursi ketum PSSI. Terakhir, mereka meminta Menpora membekukan PSSI karena mantan Pangkostrad ini dinilai telah gagal menciptakan iklim sepak bola yang sportif di Indonesia. Situasi itu muncul karena konsentrasi Edy terpecah. Selain menjadi ketua umum PSSI, dia juga merupakan Gubernur Sumatera Utara.
Manajer Madura United Haruna Soemitro menyatakan bahwa desakan mundur Edy dari kursi ketua umum PSSI tersebut bakal dibicarakan saat kongres tahunan yang rencananya digelar pada awal 2019. Agenda tersebut bakal membahas berbagai macam hal yang telah dicapai PSSI tahun ini dan perencanaan tahun depan. ”Ketum PSSI dipilih melalui kongres, mundur pun via kongres. Beri kesempatan Pak Edy mempertanggungjawabkannya via kongres," kata Haruna.
Dia menambahkan, pihaknya ingin semua pihak percaya dengan mekanisme kongres. “Beri kesempatan Pak Edy. Jadi, biarkan publik menilai beliau gagal atau tidak. Tapi, kami sebagai anggota PSSI tak mau ambil pusing dengan tuntutan yang ada ini," tambahnya.
Koordinator Save Our Soccer (SOS) Indonesia Akmal Marhali menilai wajar jika ada tuntutan perubahan yang revolusioner dalam sepak bola Indonesia. Menurutnya, posisi Edy sebagai ketua umum semakin berat setelah terpilih sebagai Gubernur Sumut karena sekarang ada dua rakyat yang butuh perhatian serius, yakni Rakyat Sumut dan Rakyat Sepak Bola.
“Keduanya butuh perhatian penuh 24 jam. Tak bisa dikerjakan secara sambilan. Dibutuhkan orang-orang yang benar-benar berintegritas dan mewakafkan diri sepenuhnya untuk sepak bola," tegas Akmal.
Menurut dia, rangkap jabatan akan menghadirkan banyak masalah selain terlihat tidak profesional. Terutama, akan banyaknya benturan kepentingan yang dihadapi, dan itu akan dialami setiap hari yang membuat Edy gagal fokus.
(bbk)