Bocah Gua Thailand Diundang ke Old Trafford
A
A
A
MANCHESTER - Masih ingat 12 bocah pemain sepak bola yang terjebak di gua selama dua pekan di Thailand awal Juli lalu? Mereka dapat mewujudkan mimpinya menonton pertandingan Manchester United di Old Trafford, Inggris, Minggu (28/10).Tak hanya itu, sebagian dari mereka akhirnya mendapatkan kewarganeragaan Thailand. Saat itu Manchester United berhasil mengalahkan Everton. Kisah para anak dan pelatih sepak bola yang akhirnya dapat diselamatkan para penyelam itu menjadi perhatian dunia pada Juli lalu.
Mereka pun diundang menonton pertandingan setelah proses penyelamatan yang luar biasa tersebut. Anak-anak itu diundang ke Inggris oleh executive vice-chairman Manchester United Ed Woodward. Anak-anak itu menonton pertandingan dari tempat duduk para direktur klub.
“Anak-anak itu bertemu manajer Manchester United Jose Mourinho pada Sabtu (27/10),” ungkap laporan BBC. Sebelumnya, badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyambut keputusan pemerintah Thailand memberi kewarganegaraan kepada tiga bocah dan pelatih sepak bola mereka.
Keempat orang itu bagian dari 13 orang yang diselamatkan dari gua yang banjir. Sebanyak 12 anak dan pelatih tim sepak bola Wild Boars, Ekapol Chanthawong, sempat terjebak selama 17 hari di Gua Tham Luang, utara Provinsi Chiang Rai. Proses penyelamatan yang dramatis itu berakhir pada 10 Juli.
Satu penyelam tewas selama proses penyelamatan tersebut. Setelah 12 anak dan pelatihnya itu keluar dari gua, muncul fakta bahwa ada beberapa anak yang tidak memiliki kewarganegaraan. Seseorang yang tak memiliki kewarganegaraan biasanya dibatasi hak dan kesempatannya.
Tiga bocah dan Ekapol saat itu di anggap tak memiliki kewarganegaraan, meski mereka lahir di Thailand. Keempatnya pun mendapat kewarganegaraan pada awal Agustus lalu.
“Dengan memberi kewarganegaraan kepada anak-anak dan pelatih mereka, Thailand memberi mereka peluang untuk mimpi masa depan lebih cerah dan mencapai potensi penuh mereka,” kata Carol Batchelor, penasihat khusus UNHCR untuk Mereka yang Tanpa Kewarganegaraan.
Batchelor menjelaskan, sebagian besar orang yang tak memiliki kewarganegaraan Thailand itu tinggal di daerah terpencil di perbatasan sehingga aksesnya sangat terbatas untuk mendapat informasi atau cara mengajukan kewarga negaraan. Keempat anak itu pun diberi kartu identitas nasional Thailand.
“Mereka memiliki semua syarat. Semua anak yang lahir di Thailand harus memiliki sertifikat kelahiran Thailand untuk dapat mengajukan kewarganegaraan Thailand,” kata Somsak Kanakam, kepala kantor distrik Mae Sai di Chiang Rai.
Somsak menambahkan, permintaan kewarganegaraan untuk sekitar 20 orang lainnya yang sebagian besar anak-anak juga telah disetujui. Insiden di gua itu pun membuka mata publik bahwa banyak warga dari Kamboja, Laos, dan Myanmar yang tinggal di Thailand.
Mereka ditolak sejumlah hak dan peluangnya karena mereka bukan warga negara Thailand. Lebih dari 486.000 orang terdata sebagai tanpa kewarganegaraan di Thailand. Dari jumlah tersebut, 146.269 orang berusia kurang dari 18 tahun.
Mereka pun diundang menonton pertandingan setelah proses penyelamatan yang luar biasa tersebut. Anak-anak itu diundang ke Inggris oleh executive vice-chairman Manchester United Ed Woodward. Anak-anak itu menonton pertandingan dari tempat duduk para direktur klub.
“Anak-anak itu bertemu manajer Manchester United Jose Mourinho pada Sabtu (27/10),” ungkap laporan BBC. Sebelumnya, badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNHCR) menyambut keputusan pemerintah Thailand memberi kewarganegaraan kepada tiga bocah dan pelatih sepak bola mereka.
Keempat orang itu bagian dari 13 orang yang diselamatkan dari gua yang banjir. Sebanyak 12 anak dan pelatih tim sepak bola Wild Boars, Ekapol Chanthawong, sempat terjebak selama 17 hari di Gua Tham Luang, utara Provinsi Chiang Rai. Proses penyelamatan yang dramatis itu berakhir pada 10 Juli.
Satu penyelam tewas selama proses penyelamatan tersebut. Setelah 12 anak dan pelatihnya itu keluar dari gua, muncul fakta bahwa ada beberapa anak yang tidak memiliki kewarganegaraan. Seseorang yang tak memiliki kewarganegaraan biasanya dibatasi hak dan kesempatannya.
Tiga bocah dan Ekapol saat itu di anggap tak memiliki kewarganegaraan, meski mereka lahir di Thailand. Keempatnya pun mendapat kewarganegaraan pada awal Agustus lalu.
“Dengan memberi kewarganegaraan kepada anak-anak dan pelatih mereka, Thailand memberi mereka peluang untuk mimpi masa depan lebih cerah dan mencapai potensi penuh mereka,” kata Carol Batchelor, penasihat khusus UNHCR untuk Mereka yang Tanpa Kewarganegaraan.
Batchelor menjelaskan, sebagian besar orang yang tak memiliki kewarganegaraan Thailand itu tinggal di daerah terpencil di perbatasan sehingga aksesnya sangat terbatas untuk mendapat informasi atau cara mengajukan kewarga negaraan. Keempat anak itu pun diberi kartu identitas nasional Thailand.
“Mereka memiliki semua syarat. Semua anak yang lahir di Thailand harus memiliki sertifikat kelahiran Thailand untuk dapat mengajukan kewarganegaraan Thailand,” kata Somsak Kanakam, kepala kantor distrik Mae Sai di Chiang Rai.
Somsak menambahkan, permintaan kewarganegaraan untuk sekitar 20 orang lainnya yang sebagian besar anak-anak juga telah disetujui. Insiden di gua itu pun membuka mata publik bahwa banyak warga dari Kamboja, Laos, dan Myanmar yang tinggal di Thailand.
Mereka ditolak sejumlah hak dan peluangnya karena mereka bukan warga negara Thailand. Lebih dari 486.000 orang terdata sebagai tanpa kewarganegaraan di Thailand. Dari jumlah tersebut, 146.269 orang berusia kurang dari 18 tahun.
(don)