Gagal Lolos Fase Grup, Bima Mengaku Siap Terima Keputusan PSSI

Jum'at, 23 November 2018 - 13:02 WIB
Gagal Lolos Fase Grup, Bima Mengaku Siap Terima Keputusan PSSI
Gagal Lolos Fase Grup, Bima Mengaku Siap Terima Keputusan PSSI
A A A
JAKARTA - Hasil imbang Filipina melawan Thailand membuat Timnas Indonesia tersingkir dari perebutan tiket semifinal Piala AFF 2018. Apapun hasil laga terakhir skuad Garuda melawan Filipina di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Minggu (25/11), tak akan berdampak besar pada timnas. Sejak laga pembuka, posisi Indonesia memang sudah sulit.

Kekalahan dari Singapura di National Stadium membuat peta menjadi sangat rumit. Singapura yang selama ini dikatakan masih sedikit di bawah Indonesia, membuat tekanan langsung menghampiri. Indonesia sempat membuka asa saat mengalahkan Timor Leste dan Filipina mengalahkan Singapura sehingga asa skuad Garuda membesar, tinggal berhitung menghadapi Thailand dan Filipina di kandang.

Sayangnya, hitungan itu menjadi berantakan karena Hansamu Yama dkk justru dipermalukan Thailand di Rajamangala Stadium dan saat bersamaan Filipina mengalahkan Timor Leste. “Sebagai pelatih, kami siap menerima konsekuensinya dan keputusan PSSI. Kalau memang PSSI memutuskan mundur, kami siap,” kata Bima seusai latihan Timnas Indonesia di Stadion Madya, Kamis (22/11).

Sebenarnya ini bukan kali pertama Indonesia gagal melewati fase grup, tapi tetap saja ini hal langka. Sebab dari 11 pergelaran sebelumnya, Indonesia hanya tiga kali gagal melewati fase grup. Jumlah ini lebih sedikit dibanding rekor Indonesia yang memiliki catatan lima kali ke final meski selalu gagal juara. “Ke depan siapa pun pelatihnya, asing atau lokal, kita harus dukung semaksimal mungkin. Jadi, tim pelatih tak mudah. Saya harap media terutama masyarakat mengerti bahwa ini proses yang tak mudah,” tutur Bima.Kegagalan timnas senior Indonesia menjadi pelengkap dari tahun kegagalan sepak bola di 2018. Menjadi tuan rumah banyak ajang olahraga, termasuk sepak bola, sebagian besar target yang dicanangkan gagal terpenuhi. Dimulai dari Asian Games 2018. Menjadi tuan rumah pesta olahraga terbesar Asia tersebut cabang sepak bola diharapkan bisa mencapai semifinal. Dengan persiapan berlebih dan memiliki Luis Milla di kursi pelatih, Stefano Lilipaly dkk diharapkan bisa memenuhi target empat besar.
Nyatanya, jangankan semifinal, Indonesia harus terhenti di 16 besar setelah kalah adu penalti melawan Uni Emirates Arab. Timnas Indonesia juga memasang ambisi tinggi saat menjadi tuan rumah Piala AFC U-19.

Setelah sempat guncang karena gagal di ajang pemanasan dengan pemecatan Indra Sjafri sebagai pelatih kepala, sebelum dikembalikan karena desakan suporter, Indonesia memasang target menembus Piala Dunia. Caranya dengan mencapai semifinal untuk dapat kuota empat tiket jalur AFC.

Tampil heroik sepanjang fase grup, Egy Maulana Vikri dkk terhenti di perempat final. Adalah Jepang yang menghentikan langkah pasukan Indra Sjafri. Hasil agak lumayan diperoleh Timnas Indonesia U-16. Di bawah asuhan Fachry Husaini, skuad Garuda Asia berhasil menjadi juara setelah mengalahkan Thailand di babak final melalui adu penalti. Sayangnya, kemenangan itu tak berimbas positif pada penampilan mereka di Piala AFC U-16.

Tampil perkasa di fase penyisihan grup, mimpi Indonesia tampil di Piala Dunia U-17 kembali pupus dihentikan Australia 2-3. “Jika bicara evaluasi, jangan hanya pelatih. Tapi, juga dari federasi, apa yang mereka lakukan untuk membangun timnas,” kata Fachry kepada KORAN SINDO.

Pelatih, kata Fachry, sudah mendapatkan evaluasi setelah menyelesaikan tugasnya. Di timnas U-16, dia sudah memberikan laporan serta evaluasi tim. Tim U-19 juga telah dilakukan hal sama, sedangkan AFF mungkin setelah pertandingan.

Namun, katanya, ketika pelatih sudah memberikan laporan dan diberikan evaluasi, apakah PSSI juga telah melakukan hal sama atas pencapaian sepak bola sepanjang tahun ini. “Secara umum, terlepas dari berprestasi atau tidak, sepak bola adalah primadona dibanding cabor lain.

Karena primadona, harus serius dikelola,” kata mantan pemain Timnas Indonesia itu. Dia menyebut, banyak hal harus dilakukan mulai dari pengelolaan liga, wasit, organisasi, sampai dengan timnas. Terkait liga, dia memberi contoh adanya gol-gol hantu dan penalti yang gagal.

Menurut dia, kejadian itu harus ditindaklanjuti serius. “Kasus penalti yang gagal itu kan terang benderang. Orang bodoh juga tahu bagaimana penalti itu dilakukan,” katanya. Wasit juga harus diberi catatan.

Alasannya, sebagus apa pun rencana pengaturan hasil pertandingan, tapi kalau wasit tidak jujur tentu tidak mungkin terjadi. Dari sisi organisasi, dia bahkan mengaku mengalami ada fungsi tidak bekerja di PSSI. Dia memberi contoh saat menangani timnas U-16.

“Meski di PSSI ada direktur pembinaan usia muda, tapi saya tidak pernah sekalipun bertemu mereka, termasuk ketuanya. Padahal U-16 kan bagian dari usia muda,” ujarnya. Contoh lain saat penunjukan Bima sebagai pelatih, setelah Milla tidak perpanjang kontrak.

“Saya menghormati Bima, dia tidak salah dan salut karena sudah bersedia menanggung beban berat. Tapi, saat PSSI menunjuk Bima sebagai pelatih sempat ada pertanyaan, apakah kita serius ingin mendapatkan gelar,” tuturnya.

Menangani timnas senior dengan beban harus juara karena lama tidak juara dibutuhkan pelatih berpengalaman. “Sekali lagi saya respek dengan Bima, tapi banyak pelatih lebih senior dan berpengalaman. Jadi, seolaholah memang tak mau menjadi juara AFF,” ujarnya.

Pada akhirnya, dia berharap agar tahun depan semuanya dilakukan dengan baik. Ada sinergi antara stakeholdersepak bola di Indonesia. PSSI, pemerintah, dan swasta, harus bekerja bersama memajukan sepak bola Indonesia.

Jika tidak, tentu akan rumit. PSSI juga harus memaksimalkan Asprov dalam memutar kompetisi amatir atau remaja. PSSI juga bisa bekerja sama dengan peme rintah agar tersedia sarana dan prasarana untuk mengem bang kan pemain di semua level.

“Bisa dibayangkan, kita negara dengan penggemar sepak bola terbesar, tapi lapangan sendiri saja tidak punya,” ujarnya. Jika semua bekerja ber sama, tentu akan ada harapan lebih baik. “Jika kamu bertanya kapan, sekarang saya bertanya, lebih baik memulai untuk yang lebih baik atau begini-begini saja,” kata Fachry.
(don)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.5224 seconds (0.1#10.140)