Marin Kritik BWF: Atlet Bukan Robot, Harus Dilindungi
A
A
A
MUMBAI - Kritik pedas dilontarkan pebulu tangkis wanita asal Spanyol Carolina Marin kepada Badminton World Federation atau Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF). Marin mengungkapkan pemain 'dipaksa' tampil di 12 turnamen per musim demi lolos ke Final Tur Dunia BWF.
Marin melihat aturan BWF memaksa 15 pemain teratas harus ambil bagian dalam setidaknya 12 turnamen per musim, yang terlalu melelahkan. Dia berharap badan pengelola harus berbuat lebih banyak untuk melindungi para pemain dari cedera.
"Saya pikir mungkin mereka (BWF) harus berpikir lebih banyak tentang para pemain karena para pemain adalah hal utama bagi federasi dunia atau federasi Spanyol atau federasi apa pun," ungkapnya.
Setelah meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016, Marin mengalami cedera, yang terakhir adalah cedera di kaki kanannya yang membuatnya absen dari Final Tur Dunia BWF 2018 yang digelar 12-18 Desember.
"Ketika mereka memaksa para pemain untuk memainkan begitu banyak turnamen dalam setahun, kami tidak bisa melakukan itu. Kami adalah manusia, kami bukan robot, jadi kadang-kadang kami cedera karena kami dipaksa untuk memainkan begitu banyak turnamen. Jika kami tidak bermain karena kami cedera maka kami harus membayar denda."
Lepas dari hal di atas, Marin punya cita-cita mulia dalam membangun bulu tangkis di negaranya. Marin yang datang dari negara yang tidak memiliki silsilah bulu tangkis yang jelas, percaya bahwa dia dapat memopulerkan olahraga ini dengan banyak anak yang mengambil raket setelah keberhasilan Olimpiade.
(Baca Juga: Carolina Marin Target Jadi Pebulu Tangkis Putri Terbaik Sejagat).
Namun, dia tidak terlalu yakin apakah Spanyol akan melahirkan Marin-Marin lainnya. "Tidak mudah untuk menghasilkan Carolina Marin lain," tambahnya. "Mungkin karena Carolina Marin memiliki sesuatu yang istimewa yang mungkin tidak dimiliki atau sulit dilahirkan oleh wanita lain."
"Saya memiliki karakter khusus yang membuat saya merasa istimewa untuk melakukan upaya memperjuangkan mimpi saya."
Marin melihat aturan BWF memaksa 15 pemain teratas harus ambil bagian dalam setidaknya 12 turnamen per musim, yang terlalu melelahkan. Dia berharap badan pengelola harus berbuat lebih banyak untuk melindungi para pemain dari cedera.
"Saya pikir mungkin mereka (BWF) harus berpikir lebih banyak tentang para pemain karena para pemain adalah hal utama bagi federasi dunia atau federasi Spanyol atau federasi apa pun," ungkapnya.
Setelah meraih medali emas di Olimpiade Rio 2016, Marin mengalami cedera, yang terakhir adalah cedera di kaki kanannya yang membuatnya absen dari Final Tur Dunia BWF 2018 yang digelar 12-18 Desember.
"Ketika mereka memaksa para pemain untuk memainkan begitu banyak turnamen dalam setahun, kami tidak bisa melakukan itu. Kami adalah manusia, kami bukan robot, jadi kadang-kadang kami cedera karena kami dipaksa untuk memainkan begitu banyak turnamen. Jika kami tidak bermain karena kami cedera maka kami harus membayar denda."
Lepas dari hal di atas, Marin punya cita-cita mulia dalam membangun bulu tangkis di negaranya. Marin yang datang dari negara yang tidak memiliki silsilah bulu tangkis yang jelas, percaya bahwa dia dapat memopulerkan olahraga ini dengan banyak anak yang mengambil raket setelah keberhasilan Olimpiade.
(Baca Juga: Carolina Marin Target Jadi Pebulu Tangkis Putri Terbaik Sejagat).
Namun, dia tidak terlalu yakin apakah Spanyol akan melahirkan Marin-Marin lainnya. "Tidak mudah untuk menghasilkan Carolina Marin lain," tambahnya. "Mungkin karena Carolina Marin memiliki sesuatu yang istimewa yang mungkin tidak dimiliki atau sulit dilahirkan oleh wanita lain."
"Saya memiliki karakter khusus yang membuat saya merasa istimewa untuk melakukan upaya memperjuangkan mimpi saya."
(sha)