Sadio Mane, Teladan Kesederhanaan Pesepak Bola Afrika

Kamis, 03 Januari 2019 - 10:42 WIB
Sadio Mane, Teladan...
Sadio Mane, Teladan Kesederhanaan Pesepak Bola Afrika
A A A
SADIO Mane menjadi pesepak bola Afrika termahal di dunia setelah digaet klub Liga Inggris, Liverpool. Di balik rekor itu tersimpan banyak kesederhanaan. Seperti apa ceritanya?

Sadio Mane terlihat resah saat seorang pengunjung Masjid Al-Rahma, Liverpool, merekam dia yang tengah membersihkan area wudu dan toilet masjid. Selama Mane, panggilan akrabnya, membersihkan lantai, pemuda itu terus-menerus merekam dia dan kedua temannya.

Tidak lama kemudian, Mane mencoba menyapa pemuda itu. Dia berharap video rekaman itu tidak perlu disebarluaskan, apalagi sampai diunggah ke media sosial. Keesokan harinya Mane terkejut ketika puluhan ribu akun media sosial menyapanya.

Mereka takjub melihat seorang pemuda Senegal dengan pendapatan 150.000 pound sterling atau setara Rp2,7 miliar per pekan itu mau membersihkan area wudu dan toilet masjid.

“Saya meminta pria itu untuk tidak mengunggahya. Nyatanya, besoknya sudah tersebar ke mana-mana. Saya memintanya karena memang hal ini bukan hal luar biasa,” ujar pria kelahiran 10 April 1992 itu.

Bagi Mane, membersihkan masjid bukanlah yang aneh baginya. Ayahnya adalah pendiri masjid dan imam untuk kampungnya di Bambali, Senegal. Tidak mengherankan jika Mane setiap hari diminta ayahnya untuk membersihkan masjid.

“Setiap kali hendak bermain bola, dia meminta saya membersihkan masjid terlebih dulu. Bahkan, setiap azan berkumandang, saya harus cepat-cepat kembali ke masjid untuk salat,” tutur nominator pesepak bola Afrika terbaik 2018 ini.

Dari situlah, Mane selalu menaruh masjid di hatinya. Ke mana pun pergi, Mane berusaha menjalankan ibadah salat di masjid, tidak terkecuali di Masjid Al-Rahma, Liverpool, di mana dia ketahuan tengah asyik membersihkan masjid.

Mane mengaku cukup beruntung datang ke Liverpool. Warga Liverpool terbuka dengan banyak perbedaan. Sebagai kota pelabuhan, Liverpool kerap menyambut orang-orang baru dengan latar belakang dan kultur yang berbeda dengan para scousser .

Bagi Mane, Liverpool tidak ubahnya seperti Southampton, kota di mana dia pertama kali datang ke Inggris. Di kota ini Mane tidak mengalami gegar budaya atau kekagetan kehidupan mewah karena dia tidak mendarat di kota besar seperti London. Mane tetap bisa membumi dan menjadi pribadi yang sama seperti sebelumnya.

Abu Usamah Al-Tahabi, imam Masjid Al-Rahma, mengaku sangat tahu jika Sadio Mane memiliki beberapa mobil mewah, seperti Bentlet dan Land Rover, yang terparkir di rumahnya. Hanya, dia tidak pernah mengendarai mobil tersebut.

Mobil itu hanya digunakan untuk acara-acara khusus yang melibatkan klub. “Dia datang ke masjid dengan mobil kecil, sama sekali tidak mencolok. Jika orang lain tidak tahu, dia pasti dianggap seperti orang kebanyakan di Liverpool,” ujarnya.

Di Liverpool semuanya menjadi lebih mudah buat Sadio Mane untuk berlaku sederhana. Apalagi, di kota ini dia menemukan temannya sesama muslim yang juga bermain di Liverpool, Mohamed Salah.

Seperti Salah, saat banyak pemain beragama Islam berusaha menyesuaikan diri dengan mengikuti budaya Eropa, Mane memilih tetap berpegang kepada keyakinannya.

Dalam sebuah wawancara, Mane menyebut bahwa dia tidak hanya berusaha selalu datang ke masjid, tetapi juga tidak akan pernah menyentuh alkohol yang memang diharamkan agama Islam.

Bagi dia, Islam merupakan sesuatu yang penting. Dalam kesempatan yang sama, Mane juga menyebut bahwa perbedaan keyakinan tidak akan menjadi hal yang mempersulit kariernya.

“Saya tidak akan menyentuh alkohol. Agama merupakan sesuatu yang penting bagi saya. Saya sangat menghormati aturan-aturan Islam. Saya juga selalu salat lima waktu,” ucapnya.

“Di Senegal, 90% beragama Islam dan mungkin 10% sisanya beragama Kristen. Tapi, kami bisa hidup berdampingan dengan harmonis. Saya punya sahabat bernama Luke yang beragama Kristen dan kami sering mengunjungi rumah satu sama lain. Tidak ada pertentangan antara agama saya dan fakta bahwa saya kini bermain sepak bola,” ujar Mane.

Mane malah mengakui seorang temannya yang nonmuslim justru memiliki cerita khusus saat dia memutuskan kabur dari rumah untuk menjadi pemain sepak bola.

Keluarga Mane awalnya memang tidak pernah setuju akan keinginan Mane bermain sepak bola. Karena tidak mendapat dukungan, Mane memutuskan kabur dan mengutarakan keinginannya kepada temannya itu.

“Saya bilang, saya mau pergi ke Dakar untuk bermain sepak bola. Tetapi, saya tidak punya uang. Tanpa disangka, dia mengantar saya dan memberikan sejumlah uang,” ujarnya.

Kepergian Mane ke Dakar sontak membuat keluarganya kebingungan. Mereka tidak percaya anak mereka menghilang entah ke mana. Karena tidak tega, akhirnya teman Mane mengatakan bahwa Mane pergi ke Dakar untuk bermain sepak bola.

Mereka sekeluarga pun datang ke Dakar menjemput Mane pulang. Ayah Mane akhirnya memberikan kesempatan Mane mewujudkan mimpinya.

“Asalkan, saya menyelesaikan pendidikan dulu,” kata Mane. Walau setuju, ayah Mane tetap merasa berat jika anaknya menjadi pemain sepak bola. Dia khawatir anaknya yang sederhana itu akan berubah dan tertular gaya hidup mewah dan foya-foya ala bintang sepak bola.

Inilah mengapa ayah Mane sempat menentang keras ketika sang putra memilih mengecat rambutnya. Hanya, kekhawatiran ayah Mane sepertinya tidak beralasan. Pendidikan sang ayah ternyata terus menghunjam kuat pikiran Mane. Mane tidak pernah berubah meski sudah pindah dari Senegal ke Inggris.

Dia tetap menjadi muslim yang taat dan berusaha tampil sederhana. Ayah Mane seharusnya bangga saat ini Mane menjelma menjadi pesepak bola top dunia. Gajinya melimpah dan tidak ada habisnya. Namun, sepertinya yang membuat ayah Mane bahagia justru pendirian Mane yang masih bangga sebagai muslim.

Dia tidak hanya membuat ayahnya serta penduduk Bambali dan Senegal bangga, tetapi juga seluruh Afrika dan komunitas muslim secara global. Sebab, keberadaan Mane dengan seluruh kemampuan hebat dan kepribadiannya mengikis citra buruk dan ketakutan besar kepada imigran Afrika dan umat Islam.
(nfl,afs)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1261 seconds (0.1#10.140)