Ganda Campuran Tontowi/Liliyana Memburu Kado Terakhir
A
A
A
JAKARTA - Ganda campuran Tontowi Ahmad/Liliyana Natsir memburu kemenangan pada partai final Indonesia Masters 2019. Gelar juara akan menjadi kado perpisahan manis bagi Liliyana Natsir yang dipastikan pensiun pada akhir turnamen.
Tontowi/Liliyana akan menjalani partai terakhir sebagai pasangan ganda campuran Indonesia saat menghadapi wakil China Zheng Siwei/Huang Yaqiong di Istora Senayan Jakarta, hari ini. Pasangan peringkat 3 dunia itu mengamankan tiket final lewat kemenangan dua game atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) dengan skor 22-20, 20-11.
Melawan Zheng/Huang akan menjadi penampilan terakhir Butet, sapaan Liliyana, yang sudah membulatkan diri pensiun seusai Indonesia Masters. Ini akan menjadi duet terakhirnya bersama Tontowi sejak dipasangkan pada 2010 di Makau GPG.
Menghadapi pertandingan terakhir, pebulu tangkis berusia 33 tahun itu bertekad memberikan persembahan terakhir bagi seluruh suporter yang dipastikan memenuhi Istora. Dia mengaku enggan terbebani dengan rekor pertemuan terakhir saat ditaklukkan Zheng/Huang.
Menurut Butet, keberhasilannya menembus partai final membuatnya menjadi lebih tenang menghadapi momen-momen terakhir sebagai pebulu tangkis. Karena itu, dia memilih menikmati jalannya pertandingan dan berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik.
“Kami berusaha enjoy, nothing to lose saja untuk pertandingan final. Kalau di pertemuan terakhir kami kalah, bukan berarti juga besok (hari ini) hasilnya sama. Kami sama-sama mulai dari nol dan akan mencoba menerapkan permainan. Mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik,” tandas Butet, kemarin.
Terkait penampilannya pada partai semifinal, Butet mengaku jika kemenangan dalam laga sengit pada game pertama meningkatkan rasa percaya diri. Hasilnya, mereka bermain lebih santai pada game kedua dan akhirnya memastikan tiket ke final.
“Kuncinya di game pertama. Apalagi, didukung suporter di Istora, lawan kena mentalnya di poin kritis. Di game kedua pola bermain kami jalan. Mereka sudah tertekan. Persiapan saya memang kurang. Latihan sama Owi, sapaan Tontowi, pun jarang.
Meski begitu, saya berusaha enjoy, apa pun hasilnya, saya sudah siap. Saya surprise dengan hasilnya. Saya berterima kasih sama Owi yang sudah berjuang,” katanya.
Di sisi lain, Tontowi mengaku tidak akan bisa melupakan motivasi yang diberikan Butet dalam setiap pertandingan. Menurutnya, mental tidak mau kalah dan ambisi besarnya sejauh ini belum dimiliki junior-juniornya di Pelatnas Cipayung.
“Pola pikirnya bagaimana cara menang di lapangan tidak gampang menyerah walaupun di detik-detik terakhir. Ini pelajaran bukan cuma buat saya, tapi juga adik-adik di pelatnas. Mental seperti ini masih sulit dicari,” katanya.
Sementara itu, Indonesia dipastikan meraih satu gelar dari nomor ganda putra setelah tercipta final sesama Indonesia di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2019. Pasangan peringkat 1 dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon akan menantang seniornya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Hendra/Ahsan lebih dulu lolos dengan menundukkan Han Chengkai/Zhou Haodong (China) dengan skor 21-11, 21-17. Kevin/Marcus kemudian menyusul seusai menekuk Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmusen (Denmark) dengan skor 21-19, 21-13.
“Di game pertama kami mainnya ketat. Saat unggul 20-16, mereka menyusul dan kami agak goyang. Kami lebih percaya diri di game kedua, mainnya lebih enak dan lawan tidak bisa keluar dari tekanan,” tutur Kevin.
Terkait laga final melawan Hendra/Ahsan, pasangan peringkat 1 dunia itu mengaku akan bermain lebih fokus. Alasannya, senior mereka di pelatnas itu bukan lawan mudah dan memiliki pengalaman panjang menghadapi partai final. “Pengalaman Hendra/Ahsan banyak. Mereka lebih sering main di sini (Istora) dibandingkan kami sehingga jam terbangnya tinggi. Mereka pasti lebih tahu cara dapat poinnya,” ungkap Marcus.
Sebelumnya tunggal putra Jonatan Christie gagal menembus partai final setelah ditaklukkan Anders Antonsen asal Denmark dua game langsung 18-21, 16-21. Jonatan membuka game pertama dengan keunggulan 16-11. Namun, kesalahan demi kesalahan terus dilakukan Jonatan dan membuat poin Antonsen terus bertambah hingga akhirnya memenangkan game pertama.
Kekalahan tersebut ternyata membawa dampak bagi penampilan Jonatan di game kedua. Konsistensi dan fokusnya kembali menjadi masalah sehingga kerap melakukan kesalahan sendiri. “Saya sudah berusaha bangkit dan tidak memikirkan game pertama. Tapi, tidak bisa dimungkiri memang ada kepikiran. Evaluasinya, kalau sudah leading, harus tetap konsisten, jangan kendorin serangan. Kalau terjadi lagi, jangan memikirkan menang atau kalah, tapi terapkan strategi,” ungkapnya.
Sebelumnya pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga harus mengubur asa menembus partai final. Wakil Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi kembali menjadi batu sandungan setelah mereka dikalahkan dengan skor 20-22, 22-20, 12-21
Tontowi/Liliyana akan menjalani partai terakhir sebagai pasangan ganda campuran Indonesia saat menghadapi wakil China Zheng Siwei/Huang Yaqiong di Istora Senayan Jakarta, hari ini. Pasangan peringkat 3 dunia itu mengamankan tiket final lewat kemenangan dua game atas Chan Peng Soon/Goh Liu Ying (Malaysia) dengan skor 22-20, 20-11.
Melawan Zheng/Huang akan menjadi penampilan terakhir Butet, sapaan Liliyana, yang sudah membulatkan diri pensiun seusai Indonesia Masters. Ini akan menjadi duet terakhirnya bersama Tontowi sejak dipasangkan pada 2010 di Makau GPG.
Menghadapi pertandingan terakhir, pebulu tangkis berusia 33 tahun itu bertekad memberikan persembahan terakhir bagi seluruh suporter yang dipastikan memenuhi Istora. Dia mengaku enggan terbebani dengan rekor pertemuan terakhir saat ditaklukkan Zheng/Huang.
Menurut Butet, keberhasilannya menembus partai final membuatnya menjadi lebih tenang menghadapi momen-momen terakhir sebagai pebulu tangkis. Karena itu, dia memilih menikmati jalannya pertandingan dan berusaha mengeluarkan kemampuan terbaik.
“Kami berusaha enjoy, nothing to lose saja untuk pertandingan final. Kalau di pertemuan terakhir kami kalah, bukan berarti juga besok (hari ini) hasilnya sama. Kami sama-sama mulai dari nol dan akan mencoba menerapkan permainan. Mudah-mudahan bisa memberikan yang terbaik,” tandas Butet, kemarin.
Terkait penampilannya pada partai semifinal, Butet mengaku jika kemenangan dalam laga sengit pada game pertama meningkatkan rasa percaya diri. Hasilnya, mereka bermain lebih santai pada game kedua dan akhirnya memastikan tiket ke final.
“Kuncinya di game pertama. Apalagi, didukung suporter di Istora, lawan kena mentalnya di poin kritis. Di game kedua pola bermain kami jalan. Mereka sudah tertekan. Persiapan saya memang kurang. Latihan sama Owi, sapaan Tontowi, pun jarang.
Meski begitu, saya berusaha enjoy, apa pun hasilnya, saya sudah siap. Saya surprise dengan hasilnya. Saya berterima kasih sama Owi yang sudah berjuang,” katanya.
Di sisi lain, Tontowi mengaku tidak akan bisa melupakan motivasi yang diberikan Butet dalam setiap pertandingan. Menurutnya, mental tidak mau kalah dan ambisi besarnya sejauh ini belum dimiliki junior-juniornya di Pelatnas Cipayung.
“Pola pikirnya bagaimana cara menang di lapangan tidak gampang menyerah walaupun di detik-detik terakhir. Ini pelajaran bukan cuma buat saya, tapi juga adik-adik di pelatnas. Mental seperti ini masih sulit dicari,” katanya.
Sementara itu, Indonesia dipastikan meraih satu gelar dari nomor ganda putra setelah tercipta final sesama Indonesia di ajang Daihatsu Indonesia Masters 2019. Pasangan peringkat 1 dunia Kevin Sanjaya Sukamuljo/Marcus Fernaldi Gideon akan menantang seniornya, Hendra Setiawan/Mohammad Ahsan.
Hendra/Ahsan lebih dulu lolos dengan menundukkan Han Chengkai/Zhou Haodong (China) dengan skor 21-11, 21-17. Kevin/Marcus kemudian menyusul seusai menekuk Kim Astrup/Anders Skaarup Rasmusen (Denmark) dengan skor 21-19, 21-13.
“Di game pertama kami mainnya ketat. Saat unggul 20-16, mereka menyusul dan kami agak goyang. Kami lebih percaya diri di game kedua, mainnya lebih enak dan lawan tidak bisa keluar dari tekanan,” tutur Kevin.
Terkait laga final melawan Hendra/Ahsan, pasangan peringkat 1 dunia itu mengaku akan bermain lebih fokus. Alasannya, senior mereka di pelatnas itu bukan lawan mudah dan memiliki pengalaman panjang menghadapi partai final. “Pengalaman Hendra/Ahsan banyak. Mereka lebih sering main di sini (Istora) dibandingkan kami sehingga jam terbangnya tinggi. Mereka pasti lebih tahu cara dapat poinnya,” ungkap Marcus.
Sebelumnya tunggal putra Jonatan Christie gagal menembus partai final setelah ditaklukkan Anders Antonsen asal Denmark dua game langsung 18-21, 16-21. Jonatan membuka game pertama dengan keunggulan 16-11. Namun, kesalahan demi kesalahan terus dilakukan Jonatan dan membuat poin Antonsen terus bertambah hingga akhirnya memenangkan game pertama.
Kekalahan tersebut ternyata membawa dampak bagi penampilan Jonatan di game kedua. Konsistensi dan fokusnya kembali menjadi masalah sehingga kerap melakukan kesalahan sendiri. “Saya sudah berusaha bangkit dan tidak memikirkan game pertama. Tapi, tidak bisa dimungkiri memang ada kepikiran. Evaluasinya, kalau sudah leading, harus tetap konsisten, jangan kendorin serangan. Kalau terjadi lagi, jangan memikirkan menang atau kalah, tapi terapkan strategi,” ungkapnya.
Sebelumnya pasangan ganda putri Greysia Polii/Apriyani Rahayu juga harus mengubur asa menembus partai final. Wakil Jepang Misaki Matsutomo/Ayaka Takahashi kembali menjadi batu sandungan setelah mereka dikalahkan dengan skor 20-22, 22-20, 12-21
(don)