Bertemu Muenchen, Pelatih Liverpool Mengaku Lawan Musuh Abadi
A
A
A
LIVERPOOL - Sepanjang 38 tahun, Liverpool dan Bayern Muenchen baru sekali bertemu di ajang Liga Champions, tepatnya di babak semifinal 1980/1981. Bermain 0-0 di leg pertama di Stadion Anfield, The Reds lolos setelah berbagi angka 1-1 di Stadion Allains Olympia stadion, Muenchen, kandang The Bavarians.
Setelah itu, mereka bertemu di Piala Super Eropa 2001/2002. Liverpool berhasil menjadi pemenang setelah membukukan skor kemenangan 3-2 di Stade Louis-II, Prancis. Total kedua tim sudah bertemu lima kali dengan catatan 1-3-1. Untuk ukuran tim yang sama-sama memiliki lima gelar Liga Champions, pertemuan Liverpool dan Muenchen di Stadion Anfield, dini hari nanti terbilang langka.
“Bertahun-tahun saya telah menyaksikan banyak pertandingan Muenchen. Musim ini saya telah melihat lima atau enam laga. Mereka memiliki kualitas di setiap lini, dan itu adalah fakta,” kata Pelatih Liverpool Juergen Klopp di situs resmi klub.
Bagi Klopp, Muenchen adalah musuh abadi dalam memorinya, bahkan dibandingkan Manchester City, Manchester United, Chelsea, atau Arsenal di Liga Primer. Selama di Jerman, dia telah 11 kali menghadapi FC Hollywood dengan catatan 16 kali kekalahan, sembilan kemenangan, dan empat imbang.
Secara teori, ini jelas bukan hasil bagus, meski tidak dibilang jelek melihat superioritas Muenchen di Bundesliga. Di skuad Muenchen, Klopp memiliki musuh-musuh yang menjelma menjadi mesin pembunuh tim ditangani sebelumnya, baik sejak di Mainz atau Borussia Dortmund.
Pertama adalah Arjen Robben. Penyerang sayap veteran asal Belanda ini menjadi pemain paling sering menjebol gawang tim asuhan Klopp. Total sudah sembilan gol dilesakkan Robben ke gawang pasukan Klopp sekaligus menempatkannya sebagai pemain tersubur Muenchen vs Klopp.
Musuh kedua adalah Thomas Mueller. Meski musim ini sedang tidak dalam kondisi terbaik, Mueller adalah pemain kedua setelah Robben yang sering menjebol gawang tim asuhan Klopp. Total lima gol diciptakan penyerang timnas Jerman itu.
Karena itu, Klopp tak mau memandang The Bavarians hanya dari hasil pertandingan karena mereka sekarang di peringkat dua klasemen sementara Bundesliga. “Anda selalu menonton hasil dan gol, tetapi permainan lengkapnya berbeda. Saya telah menonton lima atau enam dan sekarang kami memiliki analisis lebih rinci, semua memperlihatkan kualitas. Ini adalah campuran dari kualitas dan pengalaman,” kata Klopp.
Pelatih berusia 51 tahun itu mengatakan, Muenchen tetaplah tim yang dalam 10 tahun terakhir sepanjang waktu berada di perempatfinal, semifinal, bahkan final Liga Champions. Materi mereka tidak berubah dengan tambahan Leon Goretzka, Serge Gnabry, dan Kingsley Coman, meski gaya main berubah. Perubahan gaya main tak lepas dari kehadiran pelatih baru Niko Kovac.
“Gaya permainan berubah. Jika anda adalah tim Pep Guardiola atau tim Jupp Heynckes atau sekarang tim Niko Kovac, tentu saja itu berubah dan itu berbeda, tetapi kami harus beradaptasi dengan itu sehingga kami tidak masuk ke permainan sebagai favorit atau apa pun,” katanya.
Sementara itu, Robben menganggap jika pertandingan ke Anfield tidak akan mudah. Dia merasakan betul bagaimana atmosfer Anfield yang tak bersahabat saat masih memperkuat Chelsea di Liga Primer. Pemain berusia 35 tahun itu menelan tujuh kekalahan dan hanya empat kemenangan dari 14 pertemuan melawan The Reds.
“Anda bertanya (tentang) stadion yang buruk kepada saya, jawabannya mungkin Liverpool (Anfield). Di sana salah satunya. Anda selalu punya lawan yang lebih difavoritkan dan di sana selalu menjadi salah satu yang negatif,” kata Robben dikutip Sky Sports.
Setelah itu, mereka bertemu di Piala Super Eropa 2001/2002. Liverpool berhasil menjadi pemenang setelah membukukan skor kemenangan 3-2 di Stade Louis-II, Prancis. Total kedua tim sudah bertemu lima kali dengan catatan 1-3-1. Untuk ukuran tim yang sama-sama memiliki lima gelar Liga Champions, pertemuan Liverpool dan Muenchen di Stadion Anfield, dini hari nanti terbilang langka.
“Bertahun-tahun saya telah menyaksikan banyak pertandingan Muenchen. Musim ini saya telah melihat lima atau enam laga. Mereka memiliki kualitas di setiap lini, dan itu adalah fakta,” kata Pelatih Liverpool Juergen Klopp di situs resmi klub.
Bagi Klopp, Muenchen adalah musuh abadi dalam memorinya, bahkan dibandingkan Manchester City, Manchester United, Chelsea, atau Arsenal di Liga Primer. Selama di Jerman, dia telah 11 kali menghadapi FC Hollywood dengan catatan 16 kali kekalahan, sembilan kemenangan, dan empat imbang.
Secara teori, ini jelas bukan hasil bagus, meski tidak dibilang jelek melihat superioritas Muenchen di Bundesliga. Di skuad Muenchen, Klopp memiliki musuh-musuh yang menjelma menjadi mesin pembunuh tim ditangani sebelumnya, baik sejak di Mainz atau Borussia Dortmund.
Pertama adalah Arjen Robben. Penyerang sayap veteran asal Belanda ini menjadi pemain paling sering menjebol gawang tim asuhan Klopp. Total sudah sembilan gol dilesakkan Robben ke gawang pasukan Klopp sekaligus menempatkannya sebagai pemain tersubur Muenchen vs Klopp.
Musuh kedua adalah Thomas Mueller. Meski musim ini sedang tidak dalam kondisi terbaik, Mueller adalah pemain kedua setelah Robben yang sering menjebol gawang tim asuhan Klopp. Total lima gol diciptakan penyerang timnas Jerman itu.
Karena itu, Klopp tak mau memandang The Bavarians hanya dari hasil pertandingan karena mereka sekarang di peringkat dua klasemen sementara Bundesliga. “Anda selalu menonton hasil dan gol, tetapi permainan lengkapnya berbeda. Saya telah menonton lima atau enam dan sekarang kami memiliki analisis lebih rinci, semua memperlihatkan kualitas. Ini adalah campuran dari kualitas dan pengalaman,” kata Klopp.
Pelatih berusia 51 tahun itu mengatakan, Muenchen tetaplah tim yang dalam 10 tahun terakhir sepanjang waktu berada di perempatfinal, semifinal, bahkan final Liga Champions. Materi mereka tidak berubah dengan tambahan Leon Goretzka, Serge Gnabry, dan Kingsley Coman, meski gaya main berubah. Perubahan gaya main tak lepas dari kehadiran pelatih baru Niko Kovac.
“Gaya permainan berubah. Jika anda adalah tim Pep Guardiola atau tim Jupp Heynckes atau sekarang tim Niko Kovac, tentu saja itu berubah dan itu berbeda, tetapi kami harus beradaptasi dengan itu sehingga kami tidak masuk ke permainan sebagai favorit atau apa pun,” katanya.
Sementara itu, Robben menganggap jika pertandingan ke Anfield tidak akan mudah. Dia merasakan betul bagaimana atmosfer Anfield yang tak bersahabat saat masih memperkuat Chelsea di Liga Primer. Pemain berusia 35 tahun itu menelan tujuh kekalahan dan hanya empat kemenangan dari 14 pertemuan melawan The Reds.
“Anda bertanya (tentang) stadion yang buruk kepada saya, jawabannya mungkin Liverpool (Anfield). Di sana salah satunya. Anda selalu punya lawan yang lebih difavoritkan dan di sana selalu menjadi salah satu yang negatif,” kata Robben dikutip Sky Sports.
(bbk)