Rapor Merah Didapatkan Zinedine Zidane di Akhir Musim Liga
A
A
A
MADRID - Mungkin, jika ada kemampuan menarik waktu, Zinedine Zidane akan melakukannya. Menarik waktu ke tempat di mana dia memiliki kesempatan menolak tawaran melatih Real Madrid untuk kedua kali menggantikan Santiago Solari.
Memiliki magis di Liga Champions pada dua musim sebelumnya, Zidane ternyata tak mampu membuat Madrid menyudahi musim 2018/2019 menjadi lebih baik. Rapornya di periode kepelatihan Los Blancos justru lebih buruk dibandingkan Solari yang digantikannya.
“Bukannya kami tidak ingin memenangkannya, tapi karena kami tidak bisa menang,” kata Zidane, setelah timnya dikalahkan Real Betis dua gol tanpa balas di Stadion Santiago Bernabeu. Musim ini, Madrid sangat terbiasa dengan kekalahan bahkan di kandang. Di Primera Liga, Los Blancos sudah menelan 12 kekalahan di Liga, sekaligus menjadi salah satu yang terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Jumlah kekalahan Madrid ini paling buruk dibandingkan lima tim anggota big five klasemen akhir Liga Primer. Lebih buruk dari Barcelona (3 kali kalah), Atletico Madrid (6), Valencia (7), dan Getafe (5). Sementara jika ditarik di seluruh ajang, Madrid sudah menelan 18 kekalahan dari 57 pertandingan yang diikuti.
Jika dibuat persentase, kekalahan Madrid mencapai 31%. Jumlah kekalahan ini menyamai catatan terburuk dalam 24 musim terakhir. Madrid terakhir kali menderita 18 kekalahan terjadi di musim 1984/1985 dan 1995/1996. Koleksi 68 angka di akhir Primera Liga menjadi jumlah terendah sejak 2001/2002. Jadi, wajar jika Zidane merasa beruntung musim sudah berakhir.
“Hal terbaik yang bisa terjadi bagi kami adalah mengakhiri musim sekarang dan memikirkan tahun depan karena ini akan berubah, pasti,” tandas pelatih asal Prancis tersebut. Zidane memang tak memiliki waktu panjang mengubah Madrid setelah menggantikan Solari.
Dia juga dihadapkan pada situasi jika dalam dua periode sebelumnya, Julen Lupetegui dan Solari sudah mengubah timnya, terutama di era Solari. Keinginan Lupetegui melakukan rotasi dengan memainkan pemain muda dan mencadangkan punggawa senior memunculkan instabilitas tim. Ditambah lagi, lini tengah tak pernah tampil komplet. Luka Modric dan Toni Kroos seperti berlomba dengan cedera.
Pun dengan Gareth Bale yang jumlah menit bermainnya masih bisa dihitung dengan jari. Pada saat bersamaan, pemain yang direkrut tak bisa berbuat banyak. Vinicius Junior belum pantas masuk starting line-up karena tak pernah konsisten. Sementara Bale nyaris sudah tak memiliki tempat di daftar pemain Zidane. Pemain asal Wales tersebut lebih banyak terlibat dalam spekulasi transfer.
“Ini salah kami sendiri. Kami memulai dan mengakhiri musim dengan buruk. Ini merupakan tahun yang sulit. Musim berikutnya akan segera dimulai dan kami tidak boleh membuat kesalahan sama,” kata Marcelo. Madrid membutuhkan perubahan besar. Belanja pemain menjadi salah satu langkah paling rasional untuk meremajakan skuad. Harapan itu datang dari Kylian Mbappe.
Pemain Paris Saint-Germain (PSG) tersebut memberi sinyal siap memulai petualangan baru dengan proyek baru. Sinyalemen itu disampaikan Mbappe pada malam penganugerahan Pemain Terbaik versi Pesepak Bola Prancis (UNFP). Pria kelahiran Bondy itu menginginkan adanya tanggung jawab yang lebih besar di usia yang masih muda. Menurut dia, ini momen penting karena merasa sedang mencapai titik balik pertama atau kedua dalam karier.
“Saya sudah mendapat banyak hal di sini dan merasa mungkin sudah waktunya mendapat tanggung jawab lebih besar. Saya berharap tanggung jawab itu ada bersama PSG yang pastinya akan memberi saya kehormatan besar atau mungkin di tempat lain dengan proyek baru,” ujar Mbappe, dalam pidatonya, mengutip dariESPN, Senin (20/5).
Memiliki magis di Liga Champions pada dua musim sebelumnya, Zidane ternyata tak mampu membuat Madrid menyudahi musim 2018/2019 menjadi lebih baik. Rapornya di periode kepelatihan Los Blancos justru lebih buruk dibandingkan Solari yang digantikannya.
“Bukannya kami tidak ingin memenangkannya, tapi karena kami tidak bisa menang,” kata Zidane, setelah timnya dikalahkan Real Betis dua gol tanpa balas di Stadion Santiago Bernabeu. Musim ini, Madrid sangat terbiasa dengan kekalahan bahkan di kandang. Di Primera Liga, Los Blancos sudah menelan 12 kekalahan di Liga, sekaligus menjadi salah satu yang terburuk dalam 10 tahun terakhir.
Jumlah kekalahan Madrid ini paling buruk dibandingkan lima tim anggota big five klasemen akhir Liga Primer. Lebih buruk dari Barcelona (3 kali kalah), Atletico Madrid (6), Valencia (7), dan Getafe (5). Sementara jika ditarik di seluruh ajang, Madrid sudah menelan 18 kekalahan dari 57 pertandingan yang diikuti.
Jika dibuat persentase, kekalahan Madrid mencapai 31%. Jumlah kekalahan ini menyamai catatan terburuk dalam 24 musim terakhir. Madrid terakhir kali menderita 18 kekalahan terjadi di musim 1984/1985 dan 1995/1996. Koleksi 68 angka di akhir Primera Liga menjadi jumlah terendah sejak 2001/2002. Jadi, wajar jika Zidane merasa beruntung musim sudah berakhir.
“Hal terbaik yang bisa terjadi bagi kami adalah mengakhiri musim sekarang dan memikirkan tahun depan karena ini akan berubah, pasti,” tandas pelatih asal Prancis tersebut. Zidane memang tak memiliki waktu panjang mengubah Madrid setelah menggantikan Solari.
Dia juga dihadapkan pada situasi jika dalam dua periode sebelumnya, Julen Lupetegui dan Solari sudah mengubah timnya, terutama di era Solari. Keinginan Lupetegui melakukan rotasi dengan memainkan pemain muda dan mencadangkan punggawa senior memunculkan instabilitas tim. Ditambah lagi, lini tengah tak pernah tampil komplet. Luka Modric dan Toni Kroos seperti berlomba dengan cedera.
Pun dengan Gareth Bale yang jumlah menit bermainnya masih bisa dihitung dengan jari. Pada saat bersamaan, pemain yang direkrut tak bisa berbuat banyak. Vinicius Junior belum pantas masuk starting line-up karena tak pernah konsisten. Sementara Bale nyaris sudah tak memiliki tempat di daftar pemain Zidane. Pemain asal Wales tersebut lebih banyak terlibat dalam spekulasi transfer.
“Ini salah kami sendiri. Kami memulai dan mengakhiri musim dengan buruk. Ini merupakan tahun yang sulit. Musim berikutnya akan segera dimulai dan kami tidak boleh membuat kesalahan sama,” kata Marcelo. Madrid membutuhkan perubahan besar. Belanja pemain menjadi salah satu langkah paling rasional untuk meremajakan skuad. Harapan itu datang dari Kylian Mbappe.
Pemain Paris Saint-Germain (PSG) tersebut memberi sinyal siap memulai petualangan baru dengan proyek baru. Sinyalemen itu disampaikan Mbappe pada malam penganugerahan Pemain Terbaik versi Pesepak Bola Prancis (UNFP). Pria kelahiran Bondy itu menginginkan adanya tanggung jawab yang lebih besar di usia yang masih muda. Menurut dia, ini momen penting karena merasa sedang mencapai titik balik pertama atau kedua dalam karier.
“Saya sudah mendapat banyak hal di sini dan merasa mungkin sudah waktunya mendapat tanggung jawab lebih besar. Saya berharap tanggung jawab itu ada bersama PSG yang pastinya akan memberi saya kehormatan besar atau mungkin di tempat lain dengan proyek baru,” ujar Mbappe, dalam pidatonya, mengutip dariESPN, Senin (20/5).
(don)