Indonesia v Denmark; Anthony Atau Jojo Lawan Axelsen di Tunggal?
A
A
A
NANNING - Siapa tunggal putra yang akan diturunkan saat Indonesia melawan Denmark di laga kedua Grup 1B Piala Sudirman 2019, Rabu (22/5) sore nanti. Apakah Anthony Sinisuka Ginting, Jonatan Christie atau Shesar Hiren Rhustavito?
Pelatih tunggal putra Indonesia, Hendry Saputra Ho, masih belum mengambil keputusan siapa yang akan diturunkan untuk menghadapi pemain Denmark, Viktor Axelsen. Bila melihat head to head, Anthony atau Jojo berpeluang besar yang akan diturunkan.
Anthony tercatat dua kali menang dalam pertemuan terakhirnya dengan Axelsen dan satu kali kalah di pertemuan pertama. Sedangkan Jonatan pernah satu kali menang dan tiga kali kalah dari Axelsen. Di dua turnamen terakhir di Malaysia Open 2019, Jonatan mengalahkan Axelsen dengan skor 21-18, 21-19. Sedangkan di Singapore Open 2019, Jonatan kalah dengan skor tipis 24-22, 18-21, 22-24.
"Penentuan pemain yang turun itulast minute, nanti ditentukan setelah rapat tim, kan ini pertandingan beregu. Intinya siapa pun yang diturunkan, yang penting selama dia bisa fokus, tidak melakukan kesalahan sendiri, kami yakin pasti bisa," ujar Hendry kepada Badmintonindonesia.org.
"Di pertemuan terakhir dengan Axelsen, Jonatan kalah difinishing, mati sendiri dan cara mainnya salah, salahstroke, sehingga mudah dimatikan lawan. Anthony pernah mengalahkan Axelsen, tapi jangan dilihat hanya dari rekor pertemuan, Anthony harus bisa kurangi kesalahan sendiri dan mainnya lebih fokus," jelas Hendry.
Hendry juga menuturkan bahwa penentuan penurunan pemain bukan hanya dilihat daritrack recorddan peluang, namun juga kondisi terakhir dan kesiapan atlet. Penampilan Anthony di laga penyisihan pertama melawan Toby Penty dari tim Inggris juga dikatakan Hendry tak bisa menjadi patokan karena lawan masih belum seimbang.
"Dilihat juga darifeelingterakhirnya bagaimana? Kalau pilih yang pasti menang kan pasti susah, dua-duanya kalau dipilih masih diharapkan bisa menang, bukan dipastikan menang," tutur Hendry.
"Kita semua tahu ya bahwa Axelsen pemain berpengalaman, mainnya bagus dan tidak mudah dikalahkan, yang penting pemain kami siap dan bisa antisipasi permainan lawan. Penampilan Anthony kemarin tidak bisa dijadikan patokan karenastandard-nya lawan di bawah Anthony satu tingkat. Tapi kemarin Anthony memang harus turun untuk coba lapangan, itu harus supaya dapatfeeling-nya, tidak bisa dadakan langsung main," jelas Hendry. beber Hendry.
Hendry juga menuturkan bahwa kali ini Anthony dan Jonatan dari segi pengalaman sudah lebih matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terutama di Piala Sudirman dua tahun lalu di Gold Coast, Australia.
"Tiga-empat tahun lalu, Jonatan dan Anthony ibaratnya masih bagaikan bumi dan langit dengan Axelsen, bisa mendekati, saya bersyukur. Tapi kan kita mau berharap lebih? Mau naik level yang lebih tinggi, ya saya harap mereka bisa konsisten, jangan gampang 'buang bola'. Belajar terus, sampai kapan? Sampai terus, sampai menang," jelas Hendry.
"Waktu dua tahun lalu di Gold Coast, Jonatan ketemu Srikanth (India) mainnya masih ngambang. Sekarang sudah mendekati. Kalau menurut saya Anthony dan Jonatan sudah bisa dibilang satu level dengan Axelsen dan pemain top lainnya, ini menurut pandangan saya, setiap orang kan punya pandangan yang beda-beda. Kalau dari rangking memang masih di bawah, tapi misalnya waktu lawan (Kento) Momota, apakah pemain rangking satu dunia tidak bisa kalah? kan bisa kalah juga," kata Hendry.
Pelatih tunggal putra Indonesia, Hendry Saputra Ho, masih belum mengambil keputusan siapa yang akan diturunkan untuk menghadapi pemain Denmark, Viktor Axelsen. Bila melihat head to head, Anthony atau Jojo berpeluang besar yang akan diturunkan.
Anthony tercatat dua kali menang dalam pertemuan terakhirnya dengan Axelsen dan satu kali kalah di pertemuan pertama. Sedangkan Jonatan pernah satu kali menang dan tiga kali kalah dari Axelsen. Di dua turnamen terakhir di Malaysia Open 2019, Jonatan mengalahkan Axelsen dengan skor 21-18, 21-19. Sedangkan di Singapore Open 2019, Jonatan kalah dengan skor tipis 24-22, 18-21, 22-24.
"Penentuan pemain yang turun itulast minute, nanti ditentukan setelah rapat tim, kan ini pertandingan beregu. Intinya siapa pun yang diturunkan, yang penting selama dia bisa fokus, tidak melakukan kesalahan sendiri, kami yakin pasti bisa," ujar Hendry kepada Badmintonindonesia.org.
"Di pertemuan terakhir dengan Axelsen, Jonatan kalah difinishing, mati sendiri dan cara mainnya salah, salahstroke, sehingga mudah dimatikan lawan. Anthony pernah mengalahkan Axelsen, tapi jangan dilihat hanya dari rekor pertemuan, Anthony harus bisa kurangi kesalahan sendiri dan mainnya lebih fokus," jelas Hendry.
Hendry juga menuturkan bahwa penentuan penurunan pemain bukan hanya dilihat daritrack recorddan peluang, namun juga kondisi terakhir dan kesiapan atlet. Penampilan Anthony di laga penyisihan pertama melawan Toby Penty dari tim Inggris juga dikatakan Hendry tak bisa menjadi patokan karena lawan masih belum seimbang.
"Dilihat juga darifeelingterakhirnya bagaimana? Kalau pilih yang pasti menang kan pasti susah, dua-duanya kalau dipilih masih diharapkan bisa menang, bukan dipastikan menang," tutur Hendry.
"Kita semua tahu ya bahwa Axelsen pemain berpengalaman, mainnya bagus dan tidak mudah dikalahkan, yang penting pemain kami siap dan bisa antisipasi permainan lawan. Penampilan Anthony kemarin tidak bisa dijadikan patokan karenastandard-nya lawan di bawah Anthony satu tingkat. Tapi kemarin Anthony memang harus turun untuk coba lapangan, itu harus supaya dapatfeeling-nya, tidak bisa dadakan langsung main," jelas Hendry. beber Hendry.
Hendry juga menuturkan bahwa kali ini Anthony dan Jonatan dari segi pengalaman sudah lebih matang dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, terutama di Piala Sudirman dua tahun lalu di Gold Coast, Australia.
"Tiga-empat tahun lalu, Jonatan dan Anthony ibaratnya masih bagaikan bumi dan langit dengan Axelsen, bisa mendekati, saya bersyukur. Tapi kan kita mau berharap lebih? Mau naik level yang lebih tinggi, ya saya harap mereka bisa konsisten, jangan gampang 'buang bola'. Belajar terus, sampai kapan? Sampai terus, sampai menang," jelas Hendry.
"Waktu dua tahun lalu di Gold Coast, Jonatan ketemu Srikanth (India) mainnya masih ngambang. Sekarang sudah mendekati. Kalau menurut saya Anthony dan Jonatan sudah bisa dibilang satu level dengan Axelsen dan pemain top lainnya, ini menurut pandangan saya, setiap orang kan punya pandangan yang beda-beda. Kalau dari rangking memang masih di bawah, tapi misalnya waktu lawan (Kento) Momota, apakah pemain rangking satu dunia tidak bisa kalah? kan bisa kalah juga," kata Hendry.
(aww)