Jurgen Klopp dan Ancaman Ayahnya
A
A
A
“TEMPERAMEN Klopp yang meledak-ledak itu datang dari ayahnya. Begitu juga gaya bicaranya yang terus terang,” ucap Ulrich Rath, pendiri klub sepak bola junior, SV Glatten, tempat pertama kali Jurgen Klopp masuk ke klub sepak bola.
Kedekatan Klopp dengan ayahnya, Norbert Klopp, memang bukan hal yang aneh buat warga tempat keluarga Klopp tinggal, Glatten, Jerman. Setiap kali ayahnya pulang dari bekerja panjang, Klopp begitu bahagia karena saat itulah dia bisa bersama dengan ayahnya. Sepanjang tahun, waktu Norbert memang berada di jalan.
Dia hanya bisa mendapatkan waktu cuti selama 4 minggu setiap tahunnya. Dan di waktu-waktu itulah, Norbert mencurahkan hati dan pikirannya untuk melatih Klopp kecil. Di majalah Big Issue North , Klopp mengatakan ayahnya adalah bakat yang sangat luar biasa di bidang olahraga terutama sepak bola. Norbert sewaktu muda merupakan seorang penjaga gawang tim junior Kaisserslautern.
Hanya saja kondisi sosial Jerman yang waktu itu terpisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur membuat Norbert menguburkan mimpinya untuk meneruskan karier di sepak bola. Norbert sadar dia punya kemampuan lain yang sama bagusnya seperti dia menjaga gawang Kaisserslautern, yakni berbicara. Norbert kemudian menjadi seorang salesman yang bepergian ke seluruh Jerman menawarkan barang.
Di tengah kesibukannya, dia kemudian bertemu dengan seorang gadis Glatten yang keluarganya membuat bir. Setelah keduanya menikah, lahirlah ketiga anak Norbert, Isolde, Stefanie, dan Jurgen. Di mata Norbert, Jurgen adalah anak yang paling dia kasihani. Anak bungsu itu selalu kehilangan waktu bersamanya. Dan Norbert melihat sepak bola adalah cara yang tepat agar dia mampu menjalin tali kasih dengan anak bungsunya.
“Dia bukan termasuk orang yang sabar saat melihat saya tidak bisa memenuhi keinginannya. Awalnya memang tidak mengenakkan tapi saya melihatnya itu adalah caranya untuk bisa bersama-sama,” kata Klopp. Norbert memang sangat keras melatih Klopp.
Setiap kali latihan, Norbert memaksa Kloop adu cepat dari garis tengah lapangan ke garis gawang. Dan hal itu terus dilakukan oleh Norbert dan Klopp selama enam tahun.
“Saya sempat bertanya buat apa ini terus dilakukan karena saya pasti kalah. Namun, setelah enam tahun saya berhasil mengalahkannya, saya merasa kecepatan lari saya bertambah. Dia membuat saya menjadi seperti ini, setiap hari,” sebut Klopp. Meski berhasil mengalahkan ayahnya dalam adu lari, Klopp tidak pernah sekalipun mendengar ucapan pujian dari Norbert.
Begitu juga dalam hal apa pun, termasuk ketika dia berhasil mencetak 4 gol dalam satu pertandingan untuk Mainz 05. Norbert lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menguliti kekurangan yang dimiliki Klopp. Terdengar sadis memang, namun Klopp menyadari betul bahwa ayahnya bukanlah orang yang menghabiskan waktu dengan memuja-muji anaknya hanya untuk mendapatkan kebanggaan.
Norbert hanya ingin Klopp berhasil menjadi yang terbaik dengan mengatasi kekurangannya sendiri. “Di daerah kami ada ungkapan yang mengatakan, tidak mengucapkan kata apa pun sudah termasuk pujian. Saya rasa dia melakukan itu buat saya,” ucap Klopp. Sayangnya Norbert tidak berhasil melihat dengan mata kepala sendiri hasil gemblengannya pada Klopp.
Pada 2000 Norbert meninggal dunia setelah dua tahun bertahan dari kanker. Hal inilah yang membuat Klopp terkadang merasa sedih. Dia rindu dengan sikap kritis ayahnya dalam setiap usaha yang dia lakukan. Dia rindu dengan omelan ayahnya, terutama saat dia dua kali kalah dalam babak final Liga Champions.
“Saya tahu dia pasti bangga. Seandainya dia masih ada, kami akan menghabiskan banyak waktu dengan diskusi, terutama saat saya kalah di final. Dia akan menjelaskan kenapa saya kalah dan apa saja yang menurut dia harus saya lakukan,” ucap Klopp. Meski ayahnya telah lama tiada, Klopp hingga kini masih terus terngiang dengan ancaman ayahnya.
“Jangan pernah kalah enam kali berturut-turut di babak final,” kenang Klopp. Semoga saja babak final Liga Champions 2019 antara Liverpool dan Tottenham Hotspurs bisa jadi jawaban buat ancaman Norbert. (Wahyu Sibarani)
Kedekatan Klopp dengan ayahnya, Norbert Klopp, memang bukan hal yang aneh buat warga tempat keluarga Klopp tinggal, Glatten, Jerman. Setiap kali ayahnya pulang dari bekerja panjang, Klopp begitu bahagia karena saat itulah dia bisa bersama dengan ayahnya. Sepanjang tahun, waktu Norbert memang berada di jalan.
Dia hanya bisa mendapatkan waktu cuti selama 4 minggu setiap tahunnya. Dan di waktu-waktu itulah, Norbert mencurahkan hati dan pikirannya untuk melatih Klopp kecil. Di majalah Big Issue North , Klopp mengatakan ayahnya adalah bakat yang sangat luar biasa di bidang olahraga terutama sepak bola. Norbert sewaktu muda merupakan seorang penjaga gawang tim junior Kaisserslautern.
Hanya saja kondisi sosial Jerman yang waktu itu terpisah antara Jerman Barat dan Jerman Timur membuat Norbert menguburkan mimpinya untuk meneruskan karier di sepak bola. Norbert sadar dia punya kemampuan lain yang sama bagusnya seperti dia menjaga gawang Kaisserslautern, yakni berbicara. Norbert kemudian menjadi seorang salesman yang bepergian ke seluruh Jerman menawarkan barang.
Di tengah kesibukannya, dia kemudian bertemu dengan seorang gadis Glatten yang keluarganya membuat bir. Setelah keduanya menikah, lahirlah ketiga anak Norbert, Isolde, Stefanie, dan Jurgen. Di mata Norbert, Jurgen adalah anak yang paling dia kasihani. Anak bungsu itu selalu kehilangan waktu bersamanya. Dan Norbert melihat sepak bola adalah cara yang tepat agar dia mampu menjalin tali kasih dengan anak bungsunya.
“Dia bukan termasuk orang yang sabar saat melihat saya tidak bisa memenuhi keinginannya. Awalnya memang tidak mengenakkan tapi saya melihatnya itu adalah caranya untuk bisa bersama-sama,” kata Klopp. Norbert memang sangat keras melatih Klopp.
Setiap kali latihan, Norbert memaksa Kloop adu cepat dari garis tengah lapangan ke garis gawang. Dan hal itu terus dilakukan oleh Norbert dan Klopp selama enam tahun.
“Saya sempat bertanya buat apa ini terus dilakukan karena saya pasti kalah. Namun, setelah enam tahun saya berhasil mengalahkannya, saya merasa kecepatan lari saya bertambah. Dia membuat saya menjadi seperti ini, setiap hari,” sebut Klopp. Meski berhasil mengalahkan ayahnya dalam adu lari, Klopp tidak pernah sekalipun mendengar ucapan pujian dari Norbert.
Begitu juga dalam hal apa pun, termasuk ketika dia berhasil mencetak 4 gol dalam satu pertandingan untuk Mainz 05. Norbert lebih banyak menghabiskan waktunya untuk menguliti kekurangan yang dimiliki Klopp. Terdengar sadis memang, namun Klopp menyadari betul bahwa ayahnya bukanlah orang yang menghabiskan waktu dengan memuja-muji anaknya hanya untuk mendapatkan kebanggaan.
Norbert hanya ingin Klopp berhasil menjadi yang terbaik dengan mengatasi kekurangannya sendiri. “Di daerah kami ada ungkapan yang mengatakan, tidak mengucapkan kata apa pun sudah termasuk pujian. Saya rasa dia melakukan itu buat saya,” ucap Klopp. Sayangnya Norbert tidak berhasil melihat dengan mata kepala sendiri hasil gemblengannya pada Klopp.
Pada 2000 Norbert meninggal dunia setelah dua tahun bertahan dari kanker. Hal inilah yang membuat Klopp terkadang merasa sedih. Dia rindu dengan sikap kritis ayahnya dalam setiap usaha yang dia lakukan. Dia rindu dengan omelan ayahnya, terutama saat dia dua kali kalah dalam babak final Liga Champions.
“Saya tahu dia pasti bangga. Seandainya dia masih ada, kami akan menghabiskan banyak waktu dengan diskusi, terutama saat saya kalah di final. Dia akan menjelaskan kenapa saya kalah dan apa saja yang menurut dia harus saya lakukan,” ucap Klopp. Meski ayahnya telah lama tiada, Klopp hingga kini masih terus terngiang dengan ancaman ayahnya.
“Jangan pernah kalah enam kali berturut-turut di babak final,” kenang Klopp. Semoga saja babak final Liga Champions 2019 antara Liverpool dan Tottenham Hotspurs bisa jadi jawaban buat ancaman Norbert. (Wahyu Sibarani)
(nfl)