Paulo Fonseca Usung Formasi 4-2-3-1, Giallorossi Tak Asing
A
A
A
ROMA - Pelatih anyar AS Roma, Paulo Fonseca, dikenal sangat gemar menggunakan formasi 4-2-3-1. Formasi tersebut sebuah skema permainan yang sangat familiar untuk pemain Giallorossi.
Hanya saja skema 4-2-3-1 racikan Fonseca memiliki pendekatan bekerja berbeda dibandingkan formasi sama pelatih Giallorossi terdahulu.
Saat melatih Shakhtar Donetsk dan bermain di kompetisi lokal, Fonseca senang menginstruksikan semua pemain di lini belakang terlibat dalam mengalirkan bola ke depan. Sangat sering, kedua bek sayap bahkan sama-sama maju membantu serangan. Sangat agresif.
Dua gelandang yang bermain di depan lini belakang juga memiliki peran berbeda. Satu berperan sebagai penghancur serangan lawan dan fokus mengambil bola dari kaki lawan.
Satu gelandang lainnya bertugas untuk mendikte permainan lawan, playmaker sekaligus otak permainan tim. Cara menyerang tim asuhan Fonseca juga sangat menarik.
Dia menginstruksikan anak asuhnya untuk berada di zona back line lawan. Baik para winger, gelandang serang, dan striker tunggal. Gelandang serang bahkan kerap menjelma menjadi false nine, sehingga membuat fokus lawan terpecah.
Layak ditunggu, apakah Fonseca akan menerapkan srategi serupa di Roma. Mengingat Serie A tentunya lebih sulit ketimbang Premier League Ukraine.
Hanya saja skema 4-2-3-1 racikan Fonseca memiliki pendekatan bekerja berbeda dibandingkan formasi sama pelatih Giallorossi terdahulu.
Saat melatih Shakhtar Donetsk dan bermain di kompetisi lokal, Fonseca senang menginstruksikan semua pemain di lini belakang terlibat dalam mengalirkan bola ke depan. Sangat sering, kedua bek sayap bahkan sama-sama maju membantu serangan. Sangat agresif.
Dua gelandang yang bermain di depan lini belakang juga memiliki peran berbeda. Satu berperan sebagai penghancur serangan lawan dan fokus mengambil bola dari kaki lawan.
Satu gelandang lainnya bertugas untuk mendikte permainan lawan, playmaker sekaligus otak permainan tim. Cara menyerang tim asuhan Fonseca juga sangat menarik.
Dia menginstruksikan anak asuhnya untuk berada di zona back line lawan. Baik para winger, gelandang serang, dan striker tunggal. Gelandang serang bahkan kerap menjelma menjadi false nine, sehingga membuat fokus lawan terpecah.
Layak ditunggu, apakah Fonseca akan menerapkan srategi serupa di Roma. Mengingat Serie A tentunya lebih sulit ketimbang Premier League Ukraine.
(bbk)