Michelle Li Mengalahkan Rasa Sakit Demi Medali Olimpiade 2020
A
A
A
Michelle Li. Nama ini belum familiar di telinga publik bulu tangkis Indonesia. Namun sosok Michelle Li cukup terkenal di kalangan pebulu tangkis dunia.
Li menjadi andalan saat Kanada menggebrak Grup 2 Piala Sudirman 2019 di Nanning, China akhir Mei lalu. Sosok Li kembali menghebohkan saat melaju ke perempat final Turnamen BWF Qorld Tour Super 300 Australian Open yang berakhir Minggu (9/6) lalu.
Sejumlah nama menjadi korban kibasan raket Li seperti Gregoria Mariska Tunjung dan Aya Ohori, Di babak pertama, Li yang berperingkat 15 dunia menaklukkan Gregoria, tunggal putri Indonesia, dalam tiga game 13-21, 21-18, 21-13.
Li yang menjadi unggulan kedelapan melanjutkan kiprahnya dengan menaklukkan pemain Jepang, Aya Ohori, juga dalam tiga game 18-21, 21-13, 22-20. Sayang, di perempat final, li diganjal unggulan kedua asal China, Chen Yufei, 19-21, 11-21. Chen akhirnya bablas menjadi juara.
Tahukah Anda jika kondisi Li belum sepenuhnya pulih dari cedera engkel? Li sendiri tidak mau menyerah dengan kondisi cederanya tersebut. Sebab, dia sedang berburu poin agar bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Dia memutuskan tidak mau menjalani operasi dan memulihkan kondisinya.
’’Saya mengalami cedera hampir setahun, aku terpeleset dan mengalami sedikit keseleo di pergelangan kaki,’’kata Li.
Menurutnya, dia sudah berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk mengetahui seberapa parah cedera yang dialaminya. ’’Saya sudah bertemu beberapa dokter spesialis dan mereka semua menyarankan saya harus operasi dan membutuhkan beberapa bulan untuk istirahat. Saya tidak punya waktu untuk itu. Mereka mengatakan tidak terlalu bahaya tapi rasa sakitnya terasa sampai sekarang. Ini sangat berat karena saya harus menyeimbangkan latihan agar tidak mengalami pembengkakan dan peradangan,’’jelasnya.
Demi bisa tampil di Olimpiade 2020, Li melawan rasa sakit tersebut. Sejumlah turnamen yang berpotensi menambah poin kualifikasi Olimpiade 2020 sudah menunggu dari Juni hingga Juli 2019. Setelah Australian Open, Canada Open dan US Open menantinya sebelum terbang ke Peru mengikuti Pan Am Games.
’’Mulai musim panas sejumlah turnamen menanti. Di Juli, ada Canada Open, US Open, Indonesia Open, Jepang dan Pan-Am Games. Jadi, saya harus menjalani tur, berkompetisi, berlatih hingga Mei tahun depan,’’ungkapnya.
Motivasi tanding Li agar bisa berkompetisi di Olimpiade membuatnya melupakan rasa sakit tersebut. Dia bertekad bisa tampil di Olimpiade ketiganya setelah Olimpiade London 2012 dan Rio 2016. ’’Saya dedikasikan seluruh hidup saya untuk bulu tangkis dan impian setiap atlet bertanding di Olimpiade. Saya sudah tampil di dua Olimpiade dan saya pikir Olimpiade adalah segala-galanya,’’katanya.
’’Jika saya mendapat medali akan sangat berarti bagi saya. Gelar juara dunia dan medali olimpiade sangat spesial karena bisa mengobati rasa lelah setelah berlatih keras. Tapi, Olimpiade yang hanya empat tahun sekali sangat spesial bagi saya,’’lanjutnya.
Dalam dua Olimpiade sebelumnya, dia merasakan ada perasaan lain bila dibandingkan ketika mengikuti turnamen bulu tangkis apa pun. Karena itu, dia akan mengalahkan semua rasa sakit yang dialaminya. ’’Berikutnya Tokyo 2020, saya berharap bisa mendapat medali kali ini. Saya akan melakukan yang terbaik, mengerahkan semua kemampuan agar bisa mendapat pengalaman berkesan bagi saya,’’harapnya.
Pengalaman tampil di dua Olimpiade bisa menjadi penyuntik semangat agar bisa segera pulih dari rasa sakitnya. Apalagi, Olimpiade berlangsung empat tahun sekali yang tidak bisa terulang.
’’Saya bermain di Olimpiade 2012 di London dan Olimpiade 2016 di Rio. 2012 adalah Olimpiade pertama saya, sangat menyenangkan. Semuanya serbabaru dan saya tidak apa yang saya harapkan. Saya lolos tampil di tunggal dan ganda. Di tunggal saya melawan Wang Yihan (China), dia merah medali perak. Di ganda, karena beberapa pemain didiskualifikasi saya berkesempatan lolos ke perempat final dan terhenti di semifinal. Kemudian di 2016, saya bermain di tunggal dan kalah dari Pusarla V. Sindhu (India) yang juga meraih medali perak,’’paparnya.
Li menjadi andalan saat Kanada menggebrak Grup 2 Piala Sudirman 2019 di Nanning, China akhir Mei lalu. Sosok Li kembali menghebohkan saat melaju ke perempat final Turnamen BWF Qorld Tour Super 300 Australian Open yang berakhir Minggu (9/6) lalu.
Sejumlah nama menjadi korban kibasan raket Li seperti Gregoria Mariska Tunjung dan Aya Ohori, Di babak pertama, Li yang berperingkat 15 dunia menaklukkan Gregoria, tunggal putri Indonesia, dalam tiga game 13-21, 21-18, 21-13.
Li yang menjadi unggulan kedelapan melanjutkan kiprahnya dengan menaklukkan pemain Jepang, Aya Ohori, juga dalam tiga game 18-21, 21-13, 22-20. Sayang, di perempat final, li diganjal unggulan kedua asal China, Chen Yufei, 19-21, 11-21. Chen akhirnya bablas menjadi juara.
Tahukah Anda jika kondisi Li belum sepenuhnya pulih dari cedera engkel? Li sendiri tidak mau menyerah dengan kondisi cederanya tersebut. Sebab, dia sedang berburu poin agar bisa tampil di Olimpiade Tokyo 2020. Dia memutuskan tidak mau menjalani operasi dan memulihkan kondisinya.
’’Saya mengalami cedera hampir setahun, aku terpeleset dan mengalami sedikit keseleo di pergelangan kaki,’’kata Li.
Menurutnya, dia sudah berkonsultasi dengan dokter spesialis untuk mengetahui seberapa parah cedera yang dialaminya. ’’Saya sudah bertemu beberapa dokter spesialis dan mereka semua menyarankan saya harus operasi dan membutuhkan beberapa bulan untuk istirahat. Saya tidak punya waktu untuk itu. Mereka mengatakan tidak terlalu bahaya tapi rasa sakitnya terasa sampai sekarang. Ini sangat berat karena saya harus menyeimbangkan latihan agar tidak mengalami pembengkakan dan peradangan,’’jelasnya.
Demi bisa tampil di Olimpiade 2020, Li melawan rasa sakit tersebut. Sejumlah turnamen yang berpotensi menambah poin kualifikasi Olimpiade 2020 sudah menunggu dari Juni hingga Juli 2019. Setelah Australian Open, Canada Open dan US Open menantinya sebelum terbang ke Peru mengikuti Pan Am Games.
’’Mulai musim panas sejumlah turnamen menanti. Di Juli, ada Canada Open, US Open, Indonesia Open, Jepang dan Pan-Am Games. Jadi, saya harus menjalani tur, berkompetisi, berlatih hingga Mei tahun depan,’’ungkapnya.
Motivasi tanding Li agar bisa berkompetisi di Olimpiade membuatnya melupakan rasa sakit tersebut. Dia bertekad bisa tampil di Olimpiade ketiganya setelah Olimpiade London 2012 dan Rio 2016. ’’Saya dedikasikan seluruh hidup saya untuk bulu tangkis dan impian setiap atlet bertanding di Olimpiade. Saya sudah tampil di dua Olimpiade dan saya pikir Olimpiade adalah segala-galanya,’’katanya.
’’Jika saya mendapat medali akan sangat berarti bagi saya. Gelar juara dunia dan medali olimpiade sangat spesial karena bisa mengobati rasa lelah setelah berlatih keras. Tapi, Olimpiade yang hanya empat tahun sekali sangat spesial bagi saya,’’lanjutnya.
Dalam dua Olimpiade sebelumnya, dia merasakan ada perasaan lain bila dibandingkan ketika mengikuti turnamen bulu tangkis apa pun. Karena itu, dia akan mengalahkan semua rasa sakit yang dialaminya. ’’Berikutnya Tokyo 2020, saya berharap bisa mendapat medali kali ini. Saya akan melakukan yang terbaik, mengerahkan semua kemampuan agar bisa mendapat pengalaman berkesan bagi saya,’’harapnya.
Pengalaman tampil di dua Olimpiade bisa menjadi penyuntik semangat agar bisa segera pulih dari rasa sakitnya. Apalagi, Olimpiade berlangsung empat tahun sekali yang tidak bisa terulang.
’’Saya bermain di Olimpiade 2012 di London dan Olimpiade 2016 di Rio. 2012 adalah Olimpiade pertama saya, sangat menyenangkan. Semuanya serbabaru dan saya tidak apa yang saya harapkan. Saya lolos tampil di tunggal dan ganda. Di tunggal saya melawan Wang Yihan (China), dia merah medali perak. Di ganda, karena beberapa pemain didiskualifikasi saya berkesempatan lolos ke perempat final dan terhenti di semifinal. Kemudian di 2016, saya bermain di tunggal dan kalah dari Pusarla V. Sindhu (India) yang juga meraih medali perak,’’paparnya.
(aww)