Voter Tolak Calon Tunggal Ketum Munas KONI
A
A
A
JAKARTA - Suasana mulai memanas menjelang musyawarah Nasional Komite Olaharaga Nasional Indonesia (KONI) Pusat, Selasa, 2 Juli mendatang. Terlebih kabar beredar bakal terjadinya aklamasi yang memilih salah satu calon Ketua Umum (Caketum). Namun, para voter atau pemilik suara menolak wacana aklamasi atau calon tunggal tersebut.
Salah satunya Wakil Ketua Umum KONI Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti. Dia mengatakan ajang pemilihan Ketua KONI Pusat periode 2019-2023, hendaknya terbuka kepada siapa pun bagi Caketum yang akan ikut meramaikan ajang ini dan harus mendengarkan aspirasi para anggotanya.
"Jangan jadi belenggu dengan menerapkan syarat-syarat yg memberatkan para Caketum yang akan mencalonkan diri. Jika ada lebih dari satu calon biarkan bertanding dengan sportif. Jangan ada upaya pengkondisian hanya satu calon saja. Degarkan aspirasi para anggotanya," kata La Nyalla Mattalitti.
Dikatakan, jika nantinya Munas hanya diikuti oleh satu calon saja, maka dikhawatirkan muncul sikap otoriter bagi calon yang terpilih secara aklamasi.
"Maka dari itu fungsi dari Tim Penjaringan dan Penyaringan juga harus bersikap lebih fair. Mereka tugasnya bukan menyeleksi calon tapi hanya merekomendasikan calon untuk kemudian diserahkan kepada Pleno dalam Munas nanti. Jadi yang memutuskan calon itu berhak atau tidak untuk maju adalah melalui Pleno bukan oleh Tim Penjaringan dan Penyaringan yang dibentuk KONI Pusat," ungkapnya lagi.
Hal senada diungkapkan, Tony Kullit, Sekretaris Jendral KONI Sulawesi Utara. Dia juga menolak calon tunggal atau aklamasi pada Munas KONI pada 2 Juli mendatang. "Saya tidak setuju kalau calon tunggal. Karena tidak demokratis dan tidak sportif. Sebaiknya minimal dua calon atau lebih agar ramai," ujarnya.
Salah satunya Wakil Ketua Umum KONI Jawa Timur, La Nyalla Mahmud Mattalitti. Dia mengatakan ajang pemilihan Ketua KONI Pusat periode 2019-2023, hendaknya terbuka kepada siapa pun bagi Caketum yang akan ikut meramaikan ajang ini dan harus mendengarkan aspirasi para anggotanya.
"Jangan jadi belenggu dengan menerapkan syarat-syarat yg memberatkan para Caketum yang akan mencalonkan diri. Jika ada lebih dari satu calon biarkan bertanding dengan sportif. Jangan ada upaya pengkondisian hanya satu calon saja. Degarkan aspirasi para anggotanya," kata La Nyalla Mattalitti.
Dikatakan, jika nantinya Munas hanya diikuti oleh satu calon saja, maka dikhawatirkan muncul sikap otoriter bagi calon yang terpilih secara aklamasi.
"Maka dari itu fungsi dari Tim Penjaringan dan Penyaringan juga harus bersikap lebih fair. Mereka tugasnya bukan menyeleksi calon tapi hanya merekomendasikan calon untuk kemudian diserahkan kepada Pleno dalam Munas nanti. Jadi yang memutuskan calon itu berhak atau tidak untuk maju adalah melalui Pleno bukan oleh Tim Penjaringan dan Penyaringan yang dibentuk KONI Pusat," ungkapnya lagi.
Hal senada diungkapkan, Tony Kullit, Sekretaris Jendral KONI Sulawesi Utara. Dia juga menolak calon tunggal atau aklamasi pada Munas KONI pada 2 Juli mendatang. "Saya tidak setuju kalau calon tunggal. Karena tidak demokratis dan tidak sportif. Sebaiknya minimal dua calon atau lebih agar ramai," ujarnya.
(bbk)