Meski Menang atas Venezuela, La Albiceleste Belum Memuaskan
A
A
A
RIO DE JANEIRO - Venezuela pernah kalah 11 gol dari Argentina di era 1970-an. Sementara Argentina dalam tiga pertandingan terakhir, sebelum perempat final dini hari kemarin, tidak pernah menang atas Venezuela, termasuk kalah 1-3 tiga bulan lalu. Jadi, kalau dini hari kemarin Argentina bisa mengalahkan Venezuela dua gol tanpa balas di Estadio Jornalista Mario Filho, seharusnya semua menyambut gembira.
Apalagi, mereka kemudian lolos ke semifinal dan akan bertemu musuh bebuyutan di Amerika Latin, yakni Brasil. Faktanya, tak semua puas dengan penampilan Argentina. La Albiceleste dianggap beruntung karena mereka menghadapi lawan ringan di partai perempat final. Mereka juga relatif beruntung setelah hanya bertemu Qatar di pertandingan terakhir yang menentukan masa depan mereka di fase penyisihan grup.
Secara kasatmata pasukan Lionel Scaloni memang memperlihatkan tren naik. Setelah kalah 0-2 dari Kolombia di partai pembuka grup, imbang menghadapi Paraguay, akhirnya menang atas Qatar dan Venezuela tanpa kebobolan. Tapi, secara statistik penampilan Lionel Messi dkk tak pernah benar-benar stabil dilihat dari lawannya. Argentina benar-benar biasa saja sepanjang Copa America.
Tak kalah mengkhawatirkan adalah penampilan para pemain bintangnya yang bersinar bersama klub. Sergio Aguero yang bersinar bersama Manchester City, Paulo Dybala (juara bersama Juventus), Angel di Maria (kampiun Ligue 1 di Paris Saint-Germain), dan tentu saja Messi, sang peraih sepatu emas Eropa, justru tenggelam.
Sinar mereka kalah dibandingkan pemuda berusia 21 tahun Lautaro Martinez. Martinez sementara menjadi pencetak gol terbanyak Argentina di Copa America dengan dua gol dari tiga penampilan. Messi dan Aguero baru satu gol, sedangkan Dybala baru memberikan satu assist. Messi tak menampik jika Copa America 2019 bukan miliknya. “Ini bukan Copa America terbaik saya,” kata Messi, setelah pertandingan.
Martinez memang terlihat menonjol karena selain membuat gol pembuka menghadapi Venezuela, dia juga mencetak gol cepat pada menit kelima ketika melawan Qatar. Saat dipercaya menempati posisi starting line-up, banyak yang meragukan kemampuannya. Faktanya, Martinez adalah tandem terbaik Messi sejak era Scaloni. Golnya ke gawang tim berjuluk La Vinotinto adalah kelima dari tujuh pertandingan bersama Messi di semua ajang.
Dia menjadi pencetak gol paling produktif di bawah Scaloni, bahkan di atas tiga gol Messi. Kematangan Martinez tak lepas dari penampilan impresifnya bersama Inter Milan saat menggantikan Mauro Icardi yang diparkir sepanjang musim 2018/2019. Hasilnya, dari 35 penampilan, dia mencetak sembilan gol untuk Nerazzurri.
Scaloni mengatakan Messi tetap memiliki peran penting dalam keberhasilan timnya melangkah ke semifinal. Meski gol kemenangan Argentina ditentukan Martinez dan pemain pengganti Geovani Lo Celso, Messi memiliki peran lain sebagai pembuka ruang, penarik perhatian bek lawan yang membuat keduanya bisa membuat gol.
Menurut Scaloni, Messi adalah Messi terbaik dibandingkan yang lain. Dia mengatakan orang harus melihat kontribusi pemain berusia 32 tahun itu secara keseluruhan. Bagaimana dia berkontribusi di lapangan untuk rekan satu timnya dan di ruang ganti semua pasti akan berpikir berbeda. "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa dia adalah bagian besar dari tim. Kami tidak ragu tentang itu," tandasnya.
Messi diharapkan bisa memberikan kontribusi saat bertemu Brasil di Belo Horizonte pada Selasa mendatang. Tuan rumah Brasil lolos ke semifinal setelah menyingkirkan Paraguay melalui adu penalti. "Pertandingan ini akan menjadi sesuatu yang indah untuk dinikmati kalian semua dan untuk semua penggemar sepak bola di luar sana," tandasnya.
Tiket semifinal juga dikantongi juara bertahan Cile yang berhasil menyingkirkan Kolombia melalui adu penalti. Alexis Sanchez yang menjadi penendang terakhir dari Cile membuat negaranya menang 5-4 setelah penendang keempat Kolombia William Tessilo gagal menjalankan tugasnya.
Pertandingan Cile melawan Kolombia sempat tertunda 20 menit karena kedua tim terjebak macet. Selain itu, Cile juga harus berjuang melalui adu penalti setelah dua gol mereka dianulir video assistant referee (VAR) di Stadion Arena Corinthians, kemarin. Cile sempat mencetak gol lewat Charles Aranguiz pada menit ke-15 dan Arturo Vidal (72).
Namun, kedua gol itu dianulir wasit Nestor Pitana asal Argentina setelah dikonfirmasi VAR. Gol Aranguiz dianulir karena dalam tayangan VAR terlihat Sanchez berada di posisi offside sebelum melepaskan tembakan. Sementara gol Vidal dianulir lantaran VAR mengonfirmasi bola mengenai tangan Guillermo Maripan atau handball sebelum gol terjadi.
Apalagi, mereka kemudian lolos ke semifinal dan akan bertemu musuh bebuyutan di Amerika Latin, yakni Brasil. Faktanya, tak semua puas dengan penampilan Argentina. La Albiceleste dianggap beruntung karena mereka menghadapi lawan ringan di partai perempat final. Mereka juga relatif beruntung setelah hanya bertemu Qatar di pertandingan terakhir yang menentukan masa depan mereka di fase penyisihan grup.
Secara kasatmata pasukan Lionel Scaloni memang memperlihatkan tren naik. Setelah kalah 0-2 dari Kolombia di partai pembuka grup, imbang menghadapi Paraguay, akhirnya menang atas Qatar dan Venezuela tanpa kebobolan. Tapi, secara statistik penampilan Lionel Messi dkk tak pernah benar-benar stabil dilihat dari lawannya. Argentina benar-benar biasa saja sepanjang Copa America.
Tak kalah mengkhawatirkan adalah penampilan para pemain bintangnya yang bersinar bersama klub. Sergio Aguero yang bersinar bersama Manchester City, Paulo Dybala (juara bersama Juventus), Angel di Maria (kampiun Ligue 1 di Paris Saint-Germain), dan tentu saja Messi, sang peraih sepatu emas Eropa, justru tenggelam.
Sinar mereka kalah dibandingkan pemuda berusia 21 tahun Lautaro Martinez. Martinez sementara menjadi pencetak gol terbanyak Argentina di Copa America dengan dua gol dari tiga penampilan. Messi dan Aguero baru satu gol, sedangkan Dybala baru memberikan satu assist. Messi tak menampik jika Copa America 2019 bukan miliknya. “Ini bukan Copa America terbaik saya,” kata Messi, setelah pertandingan.
Martinez memang terlihat menonjol karena selain membuat gol pembuka menghadapi Venezuela, dia juga mencetak gol cepat pada menit kelima ketika melawan Qatar. Saat dipercaya menempati posisi starting line-up, banyak yang meragukan kemampuannya. Faktanya, Martinez adalah tandem terbaik Messi sejak era Scaloni. Golnya ke gawang tim berjuluk La Vinotinto adalah kelima dari tujuh pertandingan bersama Messi di semua ajang.
Dia menjadi pencetak gol paling produktif di bawah Scaloni, bahkan di atas tiga gol Messi. Kematangan Martinez tak lepas dari penampilan impresifnya bersama Inter Milan saat menggantikan Mauro Icardi yang diparkir sepanjang musim 2018/2019. Hasilnya, dari 35 penampilan, dia mencetak sembilan gol untuk Nerazzurri.
Scaloni mengatakan Messi tetap memiliki peran penting dalam keberhasilan timnya melangkah ke semifinal. Meski gol kemenangan Argentina ditentukan Martinez dan pemain pengganti Geovani Lo Celso, Messi memiliki peran lain sebagai pembuka ruang, penarik perhatian bek lawan yang membuat keduanya bisa membuat gol.
Menurut Scaloni, Messi adalah Messi terbaik dibandingkan yang lain. Dia mengatakan orang harus melihat kontribusi pemain berusia 32 tahun itu secara keseluruhan. Bagaimana dia berkontribusi di lapangan untuk rekan satu timnya dan di ruang ganti semua pasti akan berpikir berbeda. "Saya dapat meyakinkan Anda bahwa dia adalah bagian besar dari tim. Kami tidak ragu tentang itu," tandasnya.
Messi diharapkan bisa memberikan kontribusi saat bertemu Brasil di Belo Horizonte pada Selasa mendatang. Tuan rumah Brasil lolos ke semifinal setelah menyingkirkan Paraguay melalui adu penalti. "Pertandingan ini akan menjadi sesuatu yang indah untuk dinikmati kalian semua dan untuk semua penggemar sepak bola di luar sana," tandasnya.
Tiket semifinal juga dikantongi juara bertahan Cile yang berhasil menyingkirkan Kolombia melalui adu penalti. Alexis Sanchez yang menjadi penendang terakhir dari Cile membuat negaranya menang 5-4 setelah penendang keempat Kolombia William Tessilo gagal menjalankan tugasnya.
Pertandingan Cile melawan Kolombia sempat tertunda 20 menit karena kedua tim terjebak macet. Selain itu, Cile juga harus berjuang melalui adu penalti setelah dua gol mereka dianulir video assistant referee (VAR) di Stadion Arena Corinthians, kemarin. Cile sempat mencetak gol lewat Charles Aranguiz pada menit ke-15 dan Arturo Vidal (72).
Namun, kedua gol itu dianulir wasit Nestor Pitana asal Argentina setelah dikonfirmasi VAR. Gol Aranguiz dianulir karena dalam tayangan VAR terlihat Sanchez berada di posisi offside sebelum melepaskan tembakan. Sementara gol Vidal dianulir lantaran VAR mengonfirmasi bola mengenai tangan Guillermo Maripan atau handball sebelum gol terjadi.
(don)